Salah
satu keuntungan yang kita peroleh sebagai penonton dari semakin “besarnya”
posisi over-the-top media service (OTT) di industri hiburan seperti film dan
serial televisi adalah, berbagai macam ide gila itu kini memiliki panggung
untuk tampil. Ya mungkin memang ide-ide gila itu sebenarnya sudah pernah exist
sejak lama sebelum pamor dan pengaruh OTT sekuat sekarang ini, tapi mereka
tidak berhasil menyapa penonton karena tidak memiliki wadah yang mau menampung
dan memberi akses. Contohnya tahun lalu ada ‘Squid Games’ yang pada awal
dipresentasikan oleh Hwang Dong-hyuk kesulitan untuk membuat beberapa Korean
production groups yakin dan mau memberikan lampu hijau, sebelum pada akhirnya
setelah menunggu sepuluh tahun Netflix datang dan memberi kesempatan di tahun
2019. Hasilnya? Sensational.


Sensasional
dalam hal atensi yang ia raih, critical acclaim and international attention dan
berhasil membawa pulang satu piala dari Golden Globes, dua dari Critics' Choice
Television Awards, tiga dari Screen Actors Guild Awards dan berhasil sukses
duduk bersanding manis dengan serial ‘The Handmaid's Tale’ dan ‘Succession’ di
kategori drama Producers Guild of America Awards tahun ini. Hal tersebut
merupakan bukti bahwa pergeseran yang dahulu telah diprediksi banyak pakar di
Korea sana bahwa cable television sedang dalam perjalanan untuk mengalahkan
terrestrial television kini mulai bergeser ka posisi yang berbeda, bahwa OTT
punya peluang menjadi raja dan mengalahkan dua “seniornya” tersebut.
Penyebabnya adalah karena kebebasan berekspresi yang ditawarkan kepada para
sineas.


Jadi
jangan heran jika kedepannya kamu akan banyak menemukan sineas yang telah
terlebih dahulu punya nama dan pamor besar di kancah industri perfilman
perlahan mulai mengisi kursi penting di serial televisi. Salah satunya adalah
Yeon Sang-ho, ia sudah menyapa penonton televisi lewat ‘The Cursed’ yang keren
itu dan kini kembali dengan mencoba mendorong ide gila, yakni bagaimana jika
Tuhan yang merupakan Sang Pencipta tidak lagi memberi “kesempatan” kepada
manusia ketika berurusan dengan ajal, kamu tahu prediksi kapan akan mati dan
bersiap menyambut datangnya death angel untuk membunuhmu. Itu sebuah ide yang
gila sebenarnya tapi ditata dengan baik oleh Yeon Sang-ho di paruh pertama ini,
pelan tapi mencekam, menebar rasa takut yang tidak kalah dengan serang zombie
di ‘Train To Busan.’


Tapi
rasa takut itu tidak hanya berasal dari tiga makhluk asing yang dengan lantang
menunjukkan eksistensi mereka di jalanan kota, maupun wajah sosok misterius
yang menjadi semacam pewarta bagi mereka yang sudah “mendapat” tanggal pasti
akan kematiannya, di sini dinamai decree atau surat keputusan. Rasa takut itu
juga datang dari isu yang coba didorong, ditulis oleh Choi Gyu-seok dari
webcomic karya Yeon Sang-ho kita bertemu dengan sebuah organisasi bernama The New
Truth yang berusaha untuk menyebarkan sebuah konsep baru tentang hubungan
antara Tuhan dan manusia. Intinya sebenarnya sama dengan ajaran baik lainnya,
yakni mengajak manusia untuk patuh pada Tuhan namun cara yang digunakan jauh
berbeda, yaitu dengan menunjukkan secara langsung akibat dari penolakan untuk
berbuat baik.


“Humans have refused to understand God's
will no matter how relentless He's been in His pursuit of us”, begitu salah
satu pernyataan dari kelompok yang dikomandoi oleh Jeong Jin-soo itu, menyebut
diri mereka sebagai pintu masuk ke dalam sebuah dunia baru, the new world where
nobody sins. Itu konsep baik namun mengerikan, karena dengan demikian tidak ada
lagi kesempatan untuk bertobat dan memohon ampun, siapapun yang berbuat dosa
dan menolak ajaran The New Truth otomatis akan dihabisi. Mereka melabeli aksi
tersebut sebagai God's will untuk mengajarkan pada manusia the weight of sin.
And letting the world know of God's wish, for us to live more righteously
menjadi misi utama mereka. Ya, sebenarnya kalimat terakhir tadi merupakan
sebuah niatan yang sangat baik, tapi berputar lagi ke awal bahwa cara dan
konsep yang digunakan dalam praktiknya sangat negatif.


Tapi apa lagi yang membuat manusia bertobat
selain rasa takut? Hal tersebut yang dieksplorasi secara cermat oleh Yeon
Sang-ho dan tim, menyelipkan isu lain berupa rasa kecewa terhadap man-made law
yang masih gagal memberikan true justice bagi manusia. Kesombongan dan
kekeraskepalaan manusia kini harus berhadapan secara langsung dengan campur tangan
ilahi, dan juga penyesalan, menurut mereka dosa ada karena manusia memilih
untuk berbuat dosa. Ujungnya adalah kemunculan tiga makhluk asing tadi, God’s
way to directly present to you a perfect demonstration of exactly what hell is
like, a demonstration of damnation. Dan menariknya adalah The New Truth
menyebut peristiwa pencabutan nyawa secara ekstrem itu merupakan bagian dari
God's deeds. Perbuatan Tuhan.


Itu yang mengerikan sebenarnya buat saya,
karena ketika terus mengikat atensi para penontonnya pada proses pembunuhan
beserta misteri yang tersimpan di balik itu, apakah itu nyata atau hanya
rekayasa, di sisi lain Yeon Sang-ho sukses menunjukkan bagaimana kini umat
manusia semakin mudah jatuh ke dalam provokasi yang telah dipoles sedemikian
rupa! Tentu saja isu tentang perbuatan baik dan dosa itu jelas menjadi
spotlight utamanya, menunjukkan bahwa tidak ada satu orang pun di dunia ini
yang dapat menghindari penghakiman Tuhan, tapi rasa takut yang dipermainkan
lewat munculnya makhluk asing itu menempatkan manusia justru di dalam bahaya
untuk terjebak di dalam ajaran yang salah. Mereka bertanya “bagaimana jika
semua itu benar?”, bukan bertanya sebaliknya dan teguh pada pendirian dan iman
mereka.


Tiga episode dan dengan sangat efektif Yeon
Sang-ho berhasil mempresentasikan apa yang ia ingin penonton rasakan, bukan
hanya rasa takut saja tapi juga “bermain” dengan rasa takut itu sendiri,
memanipulasi pikiran mereka dengan menggunakan isu miring lainnya seperti
ketika hukum tidak lagi bisa berdiri tegak hanya dengan mengacu pada keputusan
dari manusia. Harus ada Tuhan di dalamnya agar dunia yang lebih baik dapat
tercipta! Tapi bukankah manusia sendiri perpanjangan tangan dari Tuhan? Oleh
sebab itu manusia punya autonomy. Perlukah kita bertemu dengan tiga makhluk
asing yang menakutkan itu dahulu untuk dapat live more righteously? ‘Hellbound’
mempermainkan itu dengan cantik di tiga episode pertama ini, bersama visual,
score, dan kinerja akting yang memikat dari para aktornya.
"Letting the world know of God's wish for us to live more righteously. That's the only goal that matters to me."
ReplyDelete