TV Series Review: Our Beloved Summer - Part 3

“You can't control how you feel.”

Sepasang mantan kekasih berjanji untuk melupakan kisah cinta mereka dan tidak bertemu lagi, tapi ternyata takdir berkehendak lain. Video dokumentasi kehidupan mereka di masa sekolah, tentang interaksi antara siswa peringkat satu dari atas dan siswa peringkat satu dari bawah mendadak viral dan kini disukai banyak orang. Hal tersebut membuat sahabat mereka, yang kini berprofesi sebagai program director kemudian meminta keduanya untuk membuat ulang dokumenter yang telah berusia sepuluh tahun tersebut, dan memaksa mantan kekasih itu membuka kembali lembar memori masa lalu mereka yang ternyata masih berdenyut dengan perasaan yang rumit.

Sinopsis:

Choi Ung (Choi Woo-shik) adalah siswa peringkat paling bawah, sedangkan Kook Yeon-soo (Kim Da-mi) merupakan siswa terpintar dan menduduki peringkat teratas di bidang akademis. Keduanya yang saling asing satu sama lain suatu hari diminta untuk ambil bagian di dalam sebuah proyek dokumenter, fokusnya adalah meliput kegiatan mereka sehari-hari di sekolah baik itu saat berada di kelas serta interaksi mereka di luar jam belajar. Ung adalah seorang pria muda berjiwa bebas yang gemar menggambar, sedangkan selain pintar Yeon-soo tipikal wanita muda yang tidak suka jika kesehariannya diganggu oleh orang lain, termasuk oleh teman sekelasnya yang membuat Yeon-soo jadi tidak begitu populer.

Hubungan Tom and Jerry itu sempat berubah menjadi kisah cinta tapi sayangnya kandas karena alasan yang tidak jelas. Choi Ung kini building illustrator dengan alias Go-oh, sedangkan Yeon-soo bekerja sebagai public relations expert. Celakanya, klien Yeon-soo, Jang Do-yoon (Lee Joon-hyuk) ingin Go-oh ikut dalam proyek terbarunya, mantan kekasih yang putus dan berjanji tidak bertemu lagi itu kini harus bekerja sama. Tawaran itu Choi Ung anggap sebagai peluang membalas rasa sakit hatinya pada Yeon-soo, namun ternyata tidak sesederhana seperti yang ia bayangkan. Video dokumenter mereka mendadak viral, atas permintaan Kim Ji-ung (Kim Sung-cheol) hidup Choi Ung dan Kook Yeon-soo kembali diikuti sorotan kamera.

 

Our Beloved Summer

Title: 그 해 우리는 / Geu Hae Urineun

Also known as: That Year We

Genre: Romance, Comedy, Drama, Coming of Age

Director: Kim Yoon-jin

Writer: Lee Na-eun

Broadcast Network: SBS

 

Cast:

Choi Woo-shik as Choi Ung

Kim Da-mi as Kook Yeon-soo

Kim Sung-cheol as Kim Ji-ung

Roh Jeong-eui as NJ

Ahn Dong-goo as Gu Eun-ho

Park Won-sang as Choi Ho

Seo Jeong-yeon as Lee Yeon-ok

Jung Kang-Hee as Chang-sik

Park Jin-joo as Lee Sol-yi

Cha Mi-kyung as Kang Ja-kyung

Yoon Sang-jeong as Ji Ye-in

Park Yeon-woo as Kim Myung-ho

Jo Bok-rae as Park Dong-il

Jeon Hye-won as Jeong Chae-ran

Lee Seung-woo as Lim Tae-hoon

Lee Seon-hee as Lee Min-kyung

Ahn Soo-bin as Ahn Mi-yeon

Heo Jun-seok as Bang Yi-hoon

Park Yeon-woo as Kim Myung-ho

Yoon Sang-jung as Ji Ye-in

Cha Seung-yeop as Kang Ji-woon

Park Mi-hyun as Kim Ji-ung's mother

Lee Joon-hyuk as Jang Do-yoon

Kwak Dong-yeon as Artist Nu-ah

Kang Ki-doong as Jin-seop

 

[Spoiler Alert]

 Our Beloved Summer

Episode 9 - Episode 12

Setiap orang punya kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam hidupnya. Memang terdapat beberapa faktor yang ikut bermain tapi jelas sikap dari orang tersebut terhadap keputusan yang ia ambil juga berpengaruh terhadap berapa lama waktu yang ia butuhkan. Mungkin sekarang ini sikap dari Ung pasca ciuman di tengah guyuran hujan itu akan diasosiasikan sebagai aksi ghosting, aksi tidak bertanggung jawab dengan mencoba menghilang atau lari dari masalah, meski kita tahu di episode sebelumnya Ung juga punya kecenderungan untuk ambil sikap tersebut ketika berhadapan dengan masalah. Reaksi yang ditunjukkan Kook juga tidak salah, tapi bukankah dia juga mengambil waktu cukup banyak sehingga pada akhirnya berani mengambil action duluan dengan datang ke rumah Ung?

Sungguh sebuah kelanjutan yang klise sebenarnya pasca ending episode delapan itu, tapi caranya dikemas itu yang berhasil membuat saya tersenyum bahagia. Kadang kita memang harus memberi ruang bagi logika dan perasaan untuk bertemu dan lalu berdiskusi, action macam apa yang harus diambil selanjutnya. Yang terjadi di antara Ung dan Kook sebenarnya tidak rumit tapi yang dibutuhkan dalam proses bercerita tentu saja bukan hanya sekedarn menjelaskan masalah saja tapi juga kemampuan dalam membuat penontonnya ikut merasakan masalah tersebut. Dengan terampil di sini hal tersebut “dirangkul” oleh Sutradara Kim Yoon-jin dan Screenwriter Lee Na-eun, mereka sadar bagaimana penonton telah hanyut bersama kisah cinta lama yang bersemi kembali sejak awal itu dan mencoba mengeksploitasinya secara manis.

Kisah seperti ini mungkin tampak mudah dari kulit luarnya, tapi sebenarnya butuh keterampilan dalam mengemas “sengatan” yang membuat pesona baik itu karakter dan juga cerita memiliki progress yang baik secara konsisten. Termasuk ketika kamu dibawa bertemu dengan kejutan berupa belokan kecil di dalam cerita, seperti ketika Ung dan Kook sepakat untuk mencoba menjadi teman. Mungkin pada awalnya akan terkesan seperti mengulur waktu atau bahkan kehabisan ide, tapi jalan memutar itu justru sesuatu yang cerdik dan membuat babak kedua hubungan Ung dan Kook jadi terasa lebih menarik. Bukankah dengan demikian mereka berdua sepakat mencoba lepas dari masa lalu yang kurang positif itu? Babak pertama yang lalu kandas karena sejak awal mereka mulai sebagai “rival”, bagaimana jika dimulai sebagai teman?

Itu asumsi saya saat mengikuti episode sembilan, hingga kemudian ternyata datang kejutan lain. Tapi saya senang dengan kejutan tersebut, bahwa belokan tadi ternyata tidak coba dieksploitasi terlalu jauh oleh Screenwriter Lee Na-eun namun justru jadi semacam momen rehat yang membuat dua karakter utama bertemu triggers terkait perasaan mereka satu sama lain. Saat ini. Hal tersebut sebenarnya telah jadi salah satu pertanyaan sejak awal, proyek dokumenter itu merupakan alasan klise tentunya untuk mempertemukan kembali Ung dan Kook, lantas bagaimana cara pertemuan itu agar menjadi arena bagi mereka menyadari “kesalahan” dalam kisah cinta mereka di masa lalu? Di sana kamu bisa rasakan kepiawaian Kim Yoon-jin dalam membentuk cerita, terutama caranya menjaga pesona di balik permainan tarik dan ulur.

Mungkin lebih tepatnya sebuah permainan di mana Ung dan Kook mencoba untuk memastikan bahwa “getaran” yang mereka rasakan kini bukan hanya sebuah hasrat sesaat. Banyak momen manis yang tersaji di sana, didominasi situasi canggung yang jelas memanfaatkan latar belakang hubungan mereka: Tom and Jerry. Sutradara Kim Yoon-jin tidak terburu-buru di sini namun justru memanfaatkan dengan sangat baik kesempatan untuk bermain-main dengan emosi serta perasaan karakter, ada proses yang manis dan sederhana tapi sukses mengunci atensi, dibangun perlahan dengan melibatkan emosi penonton sehingga tidak heran saya ikut tersenyum ketika momen yang saya nantikan itu muncul. Klise dan klasik memang, seperti menaruh jealousy misalnya, tapi bukankah kisah cinta mayoritas memang demikian?

Berbicara tentang jealousy ada dua nama yang menggunakan kesempatan mereka dengan sangat baik di empat episode ini, yakni Kim Ji-ung dan NJ. Kamu jelas sudah tahu posisi Ji-ung sejak awal, penggambaran dari cinta yang bertepuk sebelah tangan dan tidak pernah coba didorong terlalu dekat dan mengancam romance di main lead. Tapi saya suka ia tidak ditinggal begitu saja, tidak sebatas menjadi tempelan demi menjalankan narasi, ia diberikan kesempatan untuk belajar dan move on. Dari Ji-ung pula kita bisa lihat bagaimana persahabatan tetap memiliki peluang menang mudah atas cinta, meskipun jelas akan terasa berat bagi salah satu pihak. Kim Ji-ung sendiri dibekali konflik yang simple tapi menarik, yakni punya masalah dengan ibunya yang eksistensinya seolah mewakili masalah yang selama ini membelenggu dirinya.

Yakni merasa bahwa tidak ada orang lain yang dapat mengerti perasaannya, padahal itu dampak dari sikapnya yang tertutup, termasuk pada perasaan suka dari Chae-ran. Sikap itu pula yang menjadi penghalang proses editing dokumenter, ketika Ji-ung terjebak di dalam imajinasinya yang bersumber dari rasa sukanya pada Kook. Tidak heran muncul karakter screenwriter senior itu, dia menjadi alarm yang tidak hanya membuat proses editing jadi punya fokus dan pesona yang menarik tapi juga jadi semacam pintu bagi Ji-ung untuk “move on” dari masa lalunya. Dan seperti yang saya sebutkan di atas, bahwa setiap orang punya kemampuan yang berbeda-beda dalam menyelesaikan berbagai masalah dalam hidupnya, keterlibatannya di dalam proyek dokumenter menjadi menjadi garis start bagi Ji-ung untuk bergerak maju.

Untuk saat ini memang, karena masih ada empat episode tersisa dan mungkin saja akan hadir kejutan kecil lainnya, meski rasanya akan sulit untuk terjadi mengingat bagaimana kisah Ung dan Kook berjalan layaknya jalan bebas hambatan, NJ saja kini tidak lagi seberbahaya yang saya kira, have some respect pada Ung. Hal semacam ini memang membuat cerita jadi terasa kekurangan warna tapi menariknya tidak ada rasa terganggu yang saya rasakan ketika mengikuti ‘Our Beloved Summer’ sejauh ini, hal tersebut karena sejak awal Kim Yoon-jin serta Lee Na-eun berhasil mendorong “konsep” yang hendak mereka sajikan di sini. Menggunakan dasar kisah cinta yang telah redup dan kini bersemi kembali, kisah cinta Ung dan Kook bermain demikian dengan tweak yang manis, bersama dengan karakter lain mencoba untuk “sembuh” dari luka yang selama ini membuat mereka kesulitan untuk mekar dan bersemi. To begin again. 

MAIN  EPISODE 9 - EPISODE 12