Karakter
seperti Han Ki-joon dan Chae Yoo-jin sangat mudah untuk ditemukan di serial
drama Korea meskipun memang fungsinya sendiri tidak melulu harus sebatas
menjadi antagonis saja. Beberapa memang punya peran untuk sebagai “tandingan”
bagi karakter utama, memberi tekanan berupa masalah misalnya, tapi ada pula
yang justru exist untuk membantu karakter utama semakin bersinar. Di beberapa
episode awal sangat mudah untuk memberi label antagonis yang sinis kepada
Ki-joon serta Yoo-jin, terlebih dengan status mereka yang meninggalkan pasangan
yang telah lama mereka pacari, dalam hal ini Ha-kyung dan Shi-woo. Sejak awal
saya ada di kelompok tersebut, menantikan gebrakan mereka sembari mengamati
gejolak yang terjadi di dalam KMA, dan tentu saja di hubungan percintaan
Ha-kyung dan Shi-woo.
Senang
mereka ternyata menjadi contoh bukan hanya pada bagaimana mengambil keputusan
tanpa disertai pondasi yang kuat itu berbahaya. Bukan berarti menikah itu
salah, tapi sebelum menjejakkan kaki di tahap tersebut butuh persiapan yang
matang, tidak hanya dari segi ekonomi saja tapi juga dari segi mental. Ki-joon
dan Yoo-jin tampaknya memang belum siap sepenuhnya dari segi ekonomi, namun
jelas merek terguncang secara mental ketika dihadapkan pada realita sebuah
pernikahan. Komunikasi yang menjadi salah kunci penting absen di antara mereka,
sumbernya dari sikap keduanya yang masih kesulitan untuk move on dari masa lalu
mereka. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Ha-kyung dan Shi-woo sudah berpacaran,
sebuah perahu yang baru mencoba berlayar namun langsung diterpa angin kencang
penuh gelombang ombak besar dan berusaha menemukan arah.
At
least Ha-kyung dan Shi-woo di tahap menyepakati arah, Ki-joon dan Yoo-jin
justru terancam tenggelam. Intensinya sendiri di awal tidak jelas tapi sikap
agresif yang ditunjukkan Ki-joon adalah penggambaran sebuah boomerang yang
berbahaya ketika seseorang tidak mampu mengendalikan jealousy miliknya.
Sedangkan Yoo-jin yang di awal tampak lebih “menakutkan” ketimbang Ki-joon
justru menunjukkan sikap dewasa saat menyikapi masalah yang baru saja tiba di
dalam rumah tangganya. Meskipun memang ia belum sepenuhnya move on juga dari
Shi-woo. Polemik di rumah tangga pasangan muda ini terasa menarik, tiba sebagai
momok menakutkan dan berpotensi merusak kisah cinta pasangan utama kita justru
berkembang dengan baik pesonanya dan berperan penting dalam memoles pesona dari
pasangan utama.
Hubungan
Eom Dong-han istrinya pun demikian. Semakin buruk, sang istri masih tidak mampu
membuka matanya untuk melihat perjuangan Dong-han dari sisi yang berbeda. Itu
justru sudah berhasil dimulai oleh anak mereka, saya suka cara tersebut dipilih
sebagai pintu. Bae Soo-ja juga semakin agresif memaksa Jin Ha-kyung untuk
segera menikah, dan sikapnya itu punya sisi positif dan negative. Positifnya
kini Tae-kyung yang sebelumnya sudah coba didorong perlahan sebagai calon
pasangan bagi Shin Seok-ho kini telah semakin dekat dengan pria introvert yang
menolak untuk membuka hatinya itu. Senang rasanya melihat pintu masuk itu
justru tidak jauh dari benda yang mempertemukan mereka di toko buku, yakni
rencana Tae-kyung untuk meminta bantuan Seok-ho dalam project terbarunya.
Porsinya memang tidak banyak tapi tiap kesempatan mereka gunakan dengan baik.
Jelas
akan mudah bagi Soo-ja untuk bahagia akan prospect terbaru kisah cinta salah
satu anaknya, tapi sisi negative dari aksinya tadi adalah keputusan Ha-kyung
untuk tidak mau menikah. Dasarnya sendiri sangat jelas, dari perasaan sayangnya
kepada Shi-woo dan dari sana membuatnya mengalah untuk ikut dengan sikap yang
Shi-woo punya terhadap pernikahan. Terkesan terburu-buru memang tapi seperti
yang Ki-joon sebutkan bahwa Ha-kyung merupakan wanita yang berkomitmen ketika
ia telah melabuhkan hati pada seorang pria, dia memberikan segalanya, termasuk
impiannya untuk menikah. Tapi ketika perubahan itu terjadi di sisi lain Shi-woo
juga mencoba untuk melakukan hal serupa, yakni mencoba untuk mengesampingkan
ego miliknya dan berniat untuk menimbang lagi kemungkinan menikah.
Intinya
memang terasa monoton di empat episode ini, yakni perjuangan karakter untuk
menemukan jawaban atas kebimbangan hati mereka, layaknya rollercoaster
bersanding manis dengan berbagai istilah meteorologi sebagai pendamping manis
di sampingnya. ‘Dry Changma’ menjadi pembuka yang terasa cantik bagi babak baru
tersebut sebuah fenomena kondisi cuaca di Semenanjung Korea ketika curah hujan
cukup besar, tapi ada kalanya justru tidak terjadi hujan atau hanya hujan
sedikit. Kebingungan itu yang dialami oleh karakter, bahkan oleh Oh Myung-joo
yang harus berjibaku menyeimbangkan pekerjaan dan tugas di rumah. Itu disambung
dengan baik oleh 'Tropical night' yang penuh gelombang panas, lalu '1°C' yang
menunjukkan sensitifitas pada perubahan kecil, serta 'Variation Area' yang
menunjukkan area di mana angin topan panas berubah saat melewati udara dingin.
Pengemasannya
sendiri memang hadir dengan tone yang lebih serius kali ini namun bukan berarti
narasi kehilangan sentuhannya saat berurusan dengan materi komedi. Justru momen
penuh emosi ketika saya merasa ingin menonjok Ayahnya Shi-woo itu ditemani
dengan berbagai macam momen lucu cenderung komikal, sukses membuat saya
tersenyum dan tertawa. Terungkapnya apa yang terjadi di apartement Ha-kyung
menghasilkan beberapa momen lucu yang oke, bahkan Ki-joon juga memiliki satu
momen lucu ketika ia menguntit Ha-kyung dan Shi-woo. Materi semacam itu sukses
berpadu dengan dramatisasi penuh dengan emosi yang dibentuk sebagai pilar utama
cerita, ditata dengan baik sehingga koneksinya terasa baik dan membuat narasi
jadi terasa mengalir lembut di mana semua bagian berkembang secara positif.
Setiap
bagian dalam cerita punya pesona yang oke dan berhasil tumbuh perlahan dengan
baik di tiap episode, baik itu konflik, isu hingga pesan, dari tentang profesi
people working in Korea Meteorological Administration, tentang cinta, tentang
trust and respect, and also about there are no formulas or manuals to be a good
parents. Tapi mari bicara tentang Jin Ha-kyung dan Lee Shi-woo, bagaimana
kebimbangan yang lahir penolakan untuk merasa takut akan tersakiti lagi itu
berkembang menjadi sebuah momok yang sulit untuk diprediksi oleh keduanya. Ini
tidak lagi tentang apa yang akan terjadi ketika semua orang tahu bahwa Ha-kyung
dan Shi-woo ternyata berpacaran, tapi apakah keduanya mampu menemukan sikap
yang teguh meskipun kelak akan muncul berbagai macam gelombang yang hadir di
luar prediksi mereka? Karena saling mencinta tidak semudah mengubah kau dan aku
jadi kita.
"A married couple isn't a union of two complete people. Two people have to come together and become one. That process is called married life. That's how a married couple becomes complete."
ReplyDelete