Tidak
ada yang tahu kapan dia akan jatuh cinta. Bisa saja cinta berhasil seseorang
peroleh setelah menyusun rencana yang sangat matang dengan proses pendekatan
yang cukup lama. Namun cinta bekerja dengan cara yang berbeda pada
masing-masing orang, cinta juga bisa membuat dua orang merasa mereka akhirnya
menemukan orang yang tepat ketika berada di dalam sebuah pertempuran yang
berbahaya. Film ini menggunakan itu sebagai pondasi, sebuah kisah cinta yang
timbul di dalam aksi kejar yang melibatkan Triad
dan Yakuza di dalamnya. First Love (Hatsukoi) : a lovely gangster comedy.
Leo Katsuragi (Masataka Kubota) adalah
seorang petinju berbakat yang belum terlalu dikenal, ia menjadi putus asa
setelah didiagnosa mengidap penyakit tumor. Sedangkan Monica (Sakurako Konishi) terpaksa menjadi "gadis
panggilan" untuk membayar hutang ayahnya, ia juga seorang pecandu
narkotika. Suatu hari Monica ternyata menjadi bagian dari sebuah rencana jahat
penyelundupan narkoba yang disusun oleh seorang Polisi bernama Ōtomo (Nao Omori)
bersama dengan Kase (Shota Sometani).
Kase
merupakan anggota Yakuza yang dipimpin oleh Gondō (Seiyo Uchino),
ia tangan kanan Gondō
bersama dengan Ichikawa (Jun Murakami).
Rencana jahat dari Ōtomo
dan Kase juga melibatkan Yasu (Takahiro
Miura), sosok yang kemudian membuat wanita bernama Julie (Becky) marah besar kepada Kase. Tidak berhenti di sana rencana
tersebut juga membuat sebuah kelompok Triad ikut ambil bagian, dipimpin Chiachi (Mami Fujioka) mereka bergerak
mencari Monica, yang sedang bersama dengan Leo.
Di
film terbarunya ini sutradara kenamaan asal Jepang, Takashi Miike, kembali sukses menghadirkan sebuah hiburan yang
terasa menyenangkan diikuti karena memiliki nyawa yang memikat. Pada dasarnya
cerita yang ditulis oleh Masaru Nakamura
itu mengambil premis bagaimana takdir terkadang dapat membawa kita ke dalam hal
buruk dan hal baik, kadang terpisah tapi juga bisa di saat bersamaan. Di sini
kita punya karakter Leo yang bersama dengan Monica pada dasarnya merupakan
karakter utama cerita, mereka berada dalam kondisi yang tampak sudah tidak
tertarik untuk menjalani hidup mereka masing-masing. Dua anak muda itu kemudian
bertemu secara tidak sengaja yang sayangnya memang ikut membawa berbagai manusia
kriminal di dalamnya.
Kisah
antara Leo dan Monica sebenarnya tidak selalu menjadi sorotan sepanjang film,
namun berhasil menjadi alasan yang menarik hadirnya berbagai “kekacauan” yang
terasa menyenangkan itu. Takashi Miike
menaruh cerita untuk bertumpu pada elemen komedi di sini, meskipun kita terus
bertemu dengan aksi-aksi kejahatan yang frontal
seperti kepala putus dari tubuh setelah bertemu dengan samurai. Karakter masing-masing punya pesona yang menarik, ada yang
punya karisma tinggi seperti Gondō,
ada Kase yang tengil, bahkan Julie memiliki aura badass yang kuat, namun mereka seolah telah disuntikkan comedic dalam dosis besar. Tidak heran
sepanjang film penonton cukup sering bertemu dengan gags dan adegan-adegan yang terasa lucu.
Kemudian
gabungkan mereka dengan elemen crime
hasilnya sebuah pertempuran yang terasa energik. Elemen drama berupa pertempuran
antar organisasi kriminal itu terintegrasi dengan sangat baik ke dalam elemen
komedi dan juga sedikit sentuhan romance,
berhasil Takashi Miike rangkai agar
dapat saling berjalan bersama. Kisah tentang Leo dan Monica sendiri merupakan
sebuah tragedi, dan menyaksikan mereka ikut terlibat di dalam pertempuran itu
semakin menambah kelam tragedi tersebut. Namun menariknya meskipun memiliki
banyak benang merah namun eksekusi Takashi
Miike tidak pernah tampak kesulitan, mereka justru ia tata dengan baik
bersama dengan sensitifitas yang memikat.
Salah
satu hal menarik dari First Love
(Hatsukoi) ini adalah bagaimana cara Takashi Miike menaruh fokus pada aksi
kejar. Melibatkan banyak pihak elemen action ia tingkatkan secara bertahap,
porsinya sendiri terasa oke dan menghasilkan puncak dengan punch yang menarik. Staging
dari berbagai kekerasan yang hadir juga ditata dengan baik, meninggalkan
pukulan yang kuat dan keras namun tidak berlebihan, dan yang paling penting
tidak merusak emosi yang sejak awal sudah eksis namun diatur agar muncul secara
sedikit demi sedikit oleh Takashi Miike.
Emosi di sini terasa unik, karena setiap karakter punya pesona menarik
eksistensi mereka di dalam cerita kerap menjadi something to cherish, meskipun di sisi lain Takashi Miike memakai cara tegas dan lugas untuk “menghabisi”
mereka.
Hal-hal
tadi yang membuat film ini terasa menarik, kombinasi antar berbagai genre yang tidak hanya sukses
menghasilkan karakter dan cerita yang memiliki pesona saja, namun juga memiliki
nyawa. Terkadang lucu, tidak jarang tampil sadis, dipenuhi dengan berbagai aksi
comedic dengan humor-humor yang
terasa dark, First Love (Hatsukoi) terus
bergerak dengan nafas yang teratur, tidak pernah terlalu terburu-buru apalagi
kehabisan nafas. Takashi Miike juga
sukses membuat semuanya tampak artsy,
membantu rasa jengkel Kase dengan nada tinggi itu penonton selalu disajikan visual yang manis dan tepat guna,
menggunakan teknik yang simple namun
justru efektif dalam menciptakan punch di setiap adegan.
Last but not least
tentu saja kontribusi dari para pemeran. Masataka
Kubota dan Sakurako Konishi
berhasil menjalankan tugas karakter mereka menjadi jangkar utama cerita, elemen
romance tidak pernah diumbar jelas
namun terwakili oleh setiap perhatian kecil di antara mereka yang terasa manis.
Seiyo Uchino berhasil memancarkan
aura pemimpin yang kuat sedangkan Nao
Omori menggunakan kesempatan yang ia miliki dengan baik. Yang mencuri
perhatian di sektor ini adalah Becky
dan Shota Sometani. Julie adalah
penggambaran betapa buasnya seorang wanita jika orang yang ia sayangi dilukai,
dan Becky tampilkan itu dengan sangat baik. Sedangkan Kase selain menjadi
dalang masalah juga mengemban tugas menjadi sumber terbesar unsur komedi, Shota
Sometani membuat berbagai aksi tengil Kase terasa kuat dan memorable.
Overall, First Love (Hatsukoi / 初恋)
adalah film yang memuaskan. Berangkat dari dua anak muda yang terjebak di dalam
pertempuran para gangster dengan aksi-aksi sadis dan gila mereka, sutradara
Takashi Miike berhasil menyajikan
sebuah presentasi penuh warna yang menghibur dan menyenangkan diikuti. Ada action, ada comedy, ada crime drama,
dan ada romance, crazy and bloody ini
merupakan sebuah kisah cinta yang unik, menjadi bukti bagaimana cinta dapat
muncul dan tercipta bahkan pada saat yang sangat tidak tepat sekalipun, yang di
sini hadir di sebuah malam bersama Triad
dan juga Yakuza. Such a lovely gangster
comedy.
“Everyone is already struggling to survive in this world.”
ReplyDelete