'I
was born with extraordinary powers.'
Adaptasi
video-game ke dalam media film seolah
semakin lekat dengan kesan "sulit" untuk dapat sukses, pendahulu film
ini sudah merasakan pahitnya kegagalan hingga mendapat label medioker. ‘Sonic
the Hedgehog’ sendiri nyaris masuk ke dalam kategori tersebut sedari awal
trailer-nya rilis, memperoleh berbagai kritikan pedas di dunia internet dengan fokus utama kala itu
adalah bagaimana design “aneh” yang
dimiliki oleh karakter Sonic.
Bagaimana hasilnya setelah direvisi? ‘Sonic
the Hedgehog’ : a cliche package with good energy.
Meskipun
telah dilarang oleh penjaganya yang bernama Longclaw
(Donna Jay Fulks) anak kecil bernama Sonic
(Ben Schwartz) tetap saja tidak bisa diam dan terus menerus berkeliaran
penuh energi. Sonic memiliki kemampuan yang selalu membuatnya merasa gembira,
ia dapat bergerak dengan kecepatan yang sangat tinggi, hal yang ditakutkan oleh
Longclaw dapat membahayakan diri Sonic. Hal itu terjadi, sebuah serbuan yang
menyasar Sonic sebagai target memaksa Sonic kemudian harus berpisah dengan
Longclaw. Berbekal sekantung cincin yang dapat ia gunakan untuk berpindah antar
planet, Sonic pada akhirnya terdampar
di bumi.
Sonic
kini menetap di Green Hills, Montana,
namun karena wujudnya yang “berbeda” itu ia tidak memiliki teman dan hanya
dapat menyaksikan manusia bergembira. Sosok favoritnya adalah Thomas Wachowski (James Marsden).
Dijuluki oleh Sonic sebagai “Donut Lord”
pria yang tinggal bersama istrinya Maddie
(Tika Sumpter) itu merupakan seorang polisi yang haus akan tantangan. Suatu
ketika kesempatan itu tiba, Tom direkrut untuk menjadi bagian San Francisco Police Department, tapi
sayangnya di saat bersamaan muncul masalah besar di Green Hills yaitu Dr. Robotnik (Jim Carrey), seorang
ilmuwan yang ingin memenuhi ambisinya untuk menguasai dunia.
‘Sonic the Hedgehog’
berhasil menghindar dari "kutukan" yang telah lekat pada film-film adaptasi dari video-game tadi, memilih menghindar dari
berusaha terlalu keras untuk tampak “wow” di tangan sutradara Jeff Fowler, petualangan Sonic di bumi
sukses menjadi sebuah kombinasi nostalgia dan fun yang oke. Ya, bagi mereka yang dahulu mengenal dan pernah bermain
video game Sonic yang dirilis oleh Sega ini akan membawa mereka ke dalam
nostalgia dari pesona yang dimiliki video
game tersebut, karakter yang memiliki kemampuan gerak cepat di mana
terpancar energi menyenangkan darinya, yang kemudian ia gunakan untuk melewati
berbagai rintangan yang ada di hadapannya.
Tidak
banyak memang namun Jeff Fowler
secara cerdik menempatkannya dalam kuantitas yang cukup namun dengan punch yang oke, salah satu contohnya
adalah bagaimana berkat kemampuan bergerak super
cepat yang ia miliki Sonic pada
dasarnya memilih untuk “menghentikan waktu” untuk menunjukkan kepada penonton
aksi bersenang-senangnya ketika karakter lainnya berada dalam kondisi bergerak super super lambat. Aksi mengatur dan
mengendalikan apa yang kemudian akan terjadi itu (mengingatkan kita pada aksi Quicksilver di X-Men: Days of Future Past) dikemas dengan baik dan tidak
berlebihan, tidak diekploitasi terlalu jauh namun berhasil meninggalkan kesan
keren ketika gerak lambat selesai dan semua kembali normal.
Adegan
yang memanfaatkan gerak cepat ketika Sonic “bermain” baseball itu juga terasa
sangat oke. Impresi seperti itu tidak hanya terasa di momen ketika slow motion dan super speed muncul saja, namun juga di mayoritas bagian cerita yang
bergerak dengan kecepatan normal. Formula yang diterapkan di film ini adalah buddy-road trip yang tidak mencoba untuk
menghadirkan ekplorasi cerita yang terlalu jauh. Penonton menemukan plot yang sederhana, Dr. Robotnik mengejar Sonic dan Sonic
berusaha melarikan diri dari kejaran Dr.
Robotnik, semua bergerak cepat berisikan rangkaian adegan action yang oke
dengan berbagai teknologi menarik di dalamnya.
Screenwriter Pat Casey
dan Josh Miller sedari awal membentuk
cerita agar dapat menghasilkan jalan atau alur di mana karakter serta konflik
dapat terus bergerak dengan cepat, senjata utama yang berasal dari karakter
utama dan memang selayaknya dimanfaatkan. Mereka tidak memberi penonton banyak
momen di mana konflik mencuri posisi terdepan, yang terpenting adalah bagaimana
membuat konflik-konflik itu dapat terus loncat dari satu tempat ke tempat lain
secara konstan, dalam gerak cepat. Jeff
Fowler membentuk hal tersebut dengan baik, tidak ada special dari segi cerita namun hal tersebut tidak terasa mengganggu
karena penonton "hanyut" bersama gerak cepat penuh energi tadi.
Tapi
di samping itu pesona dari karakter juga memiliki peran yang tidak kalah
penting. Terus menerus bergerak cepat sesungguhnya juga dapat membuat cerita
menjadi terasa jenuh dan monoton, namun di sini hal tersebut tidak terjadi
berkat pesona dari karakter, terutama Sonic dan Dr. Robotnik. Fakta bahwa
sedari kecil ia tidak memiliki teman membuat Sonic terasa excited ketika bertemu sosok favoritnya, banter di antara mereka terasa renyah sedangkan karakter Sonic yang
likeable membuat Tom memiliki heartwarming moment yang oke. Sedangkan Dr. Robotnik merupakan memiliki pesona
eksentrik yang terasa menawan, sikap angkuhnya tidak jatuh menjadi terasa
menjengkelkan namun justru menghibur.
Pencapaian
tersebut tidak lepas dari kinerja akting yang dihadirkan oleh Jim Carrey. Materi yang dimiliki oleh Dr. Robotnik merupakan sesuatu yang
terasa tricky, ia harus menjadi sosok
yang mengintimidasi namun sekaligus terlihat konyol dengan berbagai gags, hal yang ditangani dengan baik
oleh Jim Carrey. Kejeniusan Carrey dalam hal komedi terpancar melalui Dr.
Robotnik, sebuah penampilan yang terasa segar dan santai dengan dance sequences yang memorable itu. Karakter Sonic sendiri
berhasil memperoleh suntikan nyawa yang menarik dari Ben Schwartz sedangkan James
Marsden menjalankan tugas karakternya dengan baik sebagai seorang penolong.
Overall, ‘Sonic the Hedgehog’
adalah film yang memuaskan. Dibalut dengan kualitas visual yang oke adaptasi karakter game dengan kemampuan bergerak
super cepat ke dalam media film ini terhitung berhasil. Seperti karakter Sonic
itu sendiri ‘Sonic the Hedgehog’
bergerak cepat sejak awal hingga akhir, menggunakan plot yang simple dan oke membawa penonton untuk
terus bergerak dengan energi dan pesona yang oke serta menyenangkan untuk
diikuti. Hasil akhirnya memang tidak megah dan sedikit klise namun jelas ini
merupakan sebuah sajian action-adventure
dengan balutan komedi yang menghibur. One
more level won’t hurt, right?
'Confidence, a fool's substitute for intelligence.'
ReplyDelete