Jika
ada konten yang menarik di social media
sekarang kita tinggal mencari ikon yang kemudian mengarahkan kita untuk
membagikan foto tersebut, lalu re-posting,
lalu kembali re-posting, dan kembali re-posting. Namun bagaimana jika konten
tersebut merupakan sesuatu yang negatif? Ya, di jaman sekarang ini dengan
bantuan teknologi yang semakin canggih manusia semakin mudah untuk berbagi
dengan sesamanya, dari berbagai informasi, bantuan, support, kegembiraan, namun
juga berbagi hal-hal negatif serta berbahaya. ‘Guns Akimbo’ : a good ultra-violent party.
Di Shrapnel City kini telah eksis
organisasi kriminal Skizm yang
memperoleh kesuksesan besar dengan mengadakan sebuah permainan real time yang berisikan para penjahat
dan psikopat. Kematian di dalam permainan itu adalah nyata dan disiarkan secara
live-streaming ke seluruh penjuru
kota sehingga semua orang dapat menyaksikan pertandingan tersebut dengan sangat
mudah. Termasuk Miles (Daniel Radcliffe),
seorang programmer komputer yang menjalani hidup seolah tanpa visi yang jelas
akan masa depannya.
Masih
terbelenggu akan masa lalu bersama mantan kekasihnya Nova (Natasha Liu Bordizzo), Miles yang juga merupakan seorang
penggemar video game dan trolling di internet suatu ketika masuk ke dalam Skizm. Tujuan utama Miles adalah untuk menghina para pemirsa Skizm
dan ia tidak merasa takut karena anonimitas yang dimiliki komputernya.
Celakanya hal tersebut menjadi boomerang bagi
Miles, berawal dari aksi gembong kriminal dan psikopat bernama Riktor (Ned Dennehy), Miles mendapati
dua tangannya telah terkunci pada pistol dan ia harus berhadapan dengan Nix (Samara Weaving), sosok yang tidak
ingin dihadapi oleh semua kontestan.
Tidak
banyak yang bisa diketahui dari seorang Jason
Lei Howden mengingat sebagai sutradara ia baru menghasilkan satu buah film
layar lebar yang rilis lima tahun lalu, sebuah komedi dengan balutan horror yang menyenangkan berjudul 'Deathgasm'. Di film yang juga diisi
dengan elemen action tersebut Jason
Lei Howden seolah ingin menciptakan sebuah “pesta”, itu tercapai dan coba ia
ulangi kembali di film ini. Menciptakan sebuah paket yang dipenuhi dengan “teror
unik” sepertinya menjadi style yang
digemari oleh Howden, cerita yang kembali ia tulis sendiri ini kembali bermain
di action dan komedi dengan
menggunakan permasalahan terkait cyberbullying
sebagai pondasi utamanya.
Kembali
dipenuhi dengan adegan action dosis tinggi, ‘Guns
Akimbo’ merupakan sebuah dark comedy
yang mengusung premis menarik. Permasalahannya film ini terletak pada script yang seolah tidak ragu untuk
bersentuhan langsung dengan hal-hal klise dari survivial subgenre. Dari segi cerita kisah yang coba menyentil
penonton terkait bagaimana kini manusia seolah terikat dengan teknologi ini
tidak akan mengejutkan penonton, upaya bertahan hidup yang dilakukan Miles
tidak ditemani dengan inovasi-inovasi baru yang terasa segar. Karena memang
Howden sepertinya tidak tertarik melakukan itu, ‘Guns Akimbo’ ia kemas oleh dengan tetap menggunakan berbagai
materi klasik dari survivial subgenre.
Memang
pada akhirnya tidak ada kesan terasa segar dari film ini namun keputusan Howden
tersebut di sisi lain justru membuat ‘Guns
Akimbo’ terasa padat. Jason Lei
Howden kembali berhasil membangun sebuah “pesta” di mana karakter utama
masuk ke dalam sebuah permainan yang gila, sebuah usaha bertahan hidup yang
sukses menangkap atensi penonton sejak awal dan kemudian membawa mereka
“menari” bersama dengan berbagai kekacauan yang menyenangkan. Dibantu editing yang oke ritme cerita terasa
oke, setiap rintangan yang harus Miles hadapi dibentuk oleh Howden layaknya level dalam permainan yang di sini
diinjeksi dengan berbagai action ultra
violence.
Satu-satunya
bagian dari film ini yang terasa halus adalah bagaimana script mencoba menghadirkan komentar terkait teknologi layaknya
tamparan kecil di wajah. Sama seperti backstories
pada karakter, dari cerita yang mencoba menghadirkan critical look terkait viral
videos beserta “kekerasan” yang terkandung di dalamnya hingga dampak dari
kebebasan media social, mereka terasa
kecil kuantitas meskipun secara kualitas terasa oke. Tidak terasa lemah memang
terlebih dengan bagaimana kondisi yang Miles harus hadapi penonton secara tidak
langsung disadarkan tentang bagaimana sistem yang ada kini semakin keras, salah
satunya akibat teknologi yang sukses menjadi semacam power yang berbahaya.
Dan
sisanya? Howden mengajak penonton bermain-main bersama kegilaan yang terasa goofy dan blood-soaked, penuh maskulinitas yang terasa toxic dengan berbagai ledakan yang menarik. Berjalan mondar-mandir
Howden seperti mencoba untuk membuat agar tidak banyak bagian yang dapat
membuat penonton bernafas lega, terus memborbardir mereka dengan feel yang mungkin akan membuat beberapa
dari penonton teringat pada ‘Hardcore
Henry’. Howden juga tergolong berhasil membentuk dan menggunakan senjata
utamanya, yaitu karakter Miles, ia sukses menjadi semacam pahlawan di dalam
permainan yang juga memiliki beberapa momen slow-mo oke serta penggunaan musik
yang menarik.
Last but not least
adalah kinerja akting yang juga menjadi salah satu kunci dari terbentuknya
“pesta” yang menyenangkan ini. Howden berhasil menciptakan script yang baik untuk masing-masing karakternya dan mereka
berhasil membentuk pesona dari karakter tersebut. Sangat menyenangkan
menyaksikan Daniel Radcliffe (Harry Potter, Swiss Army Man, Now You See Me 2) di sini,
‘Guns Akimbo’ semakin menambah
panjang daftar penampilan impresif yang ia miliki serta membuktikan bahwa ia
tidak lagi hanya sebatas Harry Potter
belaka. Daniel Radcliffe mencoba
untuk menjadi aktor yang versatile,
hal yang juga dibuktikan oleh Samara
Weaving (Ready or Not) di film ini, bad girl persona
yang ia hadirkan di karakter Nix terasa menarik sedang chemistry yang ia bangun bersama Daniel Radcliffe terasa kuat.
Overall, ‘Guns Akimbo’
adalah film yang cukup memuaskan. Ini adalah film di mana ‘Hardcore Henry’ ingin capai beberapa tahun lalu, sebuah sajian
action yang agresif dengan pesona yang terasa impresif. Tidak menawarkan
sesauatu yang baru atau benar-benar segar memang, ceritannya klise dan build-up
juga terasa klise, namun konsep dan premis yang unik dan klise tadi itu ditata
dengan baik oleh Jason Lei Howden untuk menciptakan sebuah “ultra-violent party” yang cukup menyenangkan untuk dinikmati. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment