“Ugh.
They both call each other "babe." Kill me right now.”
Sydney Novak (Sophia Lillis)
adalah wanita muda berusia 17 tahun yang tinggal bersama ibunya, Maggie (Kathleen Rose Perkins) dan adik
laki-lakinya Liam (Aidan Wojtak-Hissong).
Hubungan antara Sydney dan Maggie kurang harmonis terutama dengan kondisi di
mana Maggie menolak untuk menceritakan tentang kematian ayah Sydney yang tewas
bunuh diri. Terus diliputi amarah Sydney bahkan telah disarankan oleh konselor
di sekolahnya untuk menumpahkan emosinya dengan menulis buku harian, saran yang
diterima oleh Sydney. Sayangnya permasalah yang Sydney hadapi tidak hanya dari
rumah.
Di
lingkungan sekolah Sydney juga harus berhadapan dengan berbagai masalah, hal
yang kerap membuatnya kesulitan mengendalikan emosi dan amarahnya. Sahabat
Sydney, Dina (Sofia Bryant)
memutuskan untuk berkencan dengan Brad
Lewis (Richard Ellis), sosok popular di sekolah yang tidak disukai oleh
Sydney. Suatu ketika Sydney kesal dengan tingkah laku Brad Lewis dan ketika
Sydney berusaha menahan amarahnya tiba-tiba hidung Brad mengeluarkan darah. Hal
tersebut menimbulkan kepanikan bagi Sydney yang di saat bersamaan juga baru
saja berkenalan dengan Stanley Barber
(Wyatt Oleff) tetangga yang mencoba berteman dengan Sydney.
Setting
waktu di dalam cerita terjadi di masa kini namun di tangan sutradara Jonathan Entwistle “rasa” yang dimiliki
‘I Am Not Okay with This’ dibentuk
seolah untuk terus menebar aura tahun 80-an kepada penontonnya. Dari design dan juga kostum hingga referensi
film mereka sukses menghidupkan kesan klasik atau vintage tersebut, sesuatu yang tidak terasa mengherankan mengingat
ada tim dari ‘Stranger Things’ di
jajaran produser sedangkan sang sutradara sendiri adalah sosok yang mengepalai ‘The End of the F***ing World’ season
pertama, tv-series yang juga memiliki nafas serupa. Kehadiran mereka di dalam
tim ‘I Am Not Okay with This’ sejujurnya
merupakan salah satu daya tarik yang membuat series ini tampak menjanjikan.
Dan
ketika penonton telah merasakan kesan nostalgic
yang kental tersebut tadi kemudian dari dalam cerita hadir premis yang sangat
menarik, bahwa karakter utama kita merupakan wanita muda yang memiliki kekuatan
supernatural. Sebenarnya ini bukan
merupakan sesuatu yang benar-benar baru, sebelumnya telah eksis berbagai
tv-series yang mencoba mengangkat premis serupa. Yang membuat ‘I Am Not Okay with This’ terasa
menyenangkan diikuti adalah ketika ia berhasil menggunakan premis yang sudah
lazim itu untuk membentuk sebuah kisah coming-of-age
yang terasa segar. Kuncinya terletak pada berbagai pertanyaan yang bergejolak
di dalam pikiran karakter utama, Sydney
Novak.
Fakta
bahwa Sydney memiliki kemampuan supernatural tidak pernah diumbar oleh
Entwistle, mereka sesekali muncul untuk memberi kejutan sembari terus berada di
posisi atau tugas utamanya yaitu menggoda penonton. Dampak dari masalah yang dialami
oleh Sydney tersebut terasa kuat, sukses menarik penonton untuk merasa ingin
tahu dan berjalan bersama narasi dari Sydney di dalam alur penceritaan yang terasa
tidak cepat. Entwistle seperti mencoba memberi banyak ruang di mana keraguan
serta perasaan tidak aman terus berkecamuk dan tumbuh di dalam diri Sydney.
Emosi dari karakter Sydney terasa menarik diamati, ia layaknya sebuah bom waktu
yang siap meledak meskipun terus ditemani dengan berbagai konten comic di sekitarnya.
Tidak
melulu tentang supernatural, berbagai
materi lain yang lebih ringan sukses menjadi penyeimbang yang baik bagi cerita.
Sydney punya hubungan yang unik dengan ibunya dan percakapan penuh konfrontasi
itu dikemas dengan baik untuk di bagian pertama ini, meskipun sesungguhnya ada
potensi yang lebih besar di sana. Konfrontasi yang Sydney hadapi juga terjadi
dengan teman sekolahnya, seolah melengkapi gejolak lain seperti discovery of sexuality misalnya. Cerita
juga punya Stanley Barber, pria muda
yang meskipun perannya tidak didorong terlalu jauh oleh Entwistle ke posisi
terdepan namun sukses menciptakan tim yang terasa dinamis bersama Sydney yang
akan mengingatkan penonton pada James dan
Alyssa di ‘The End of the F***ing World’.
Berbagai
materi tadi yang sukses membuat series ini terasa seimbang, dan yeah, terasa
cukup compact. Bersama dengan kinerja
akting yang mumpuni dari cast terutama
Sophia Lillis mereka mampu menjaga
daya tarik cerita yang sebenarnya memiliki konflik yang kurang berkembang dan
memuaskan. Berbagai masalah yang ada di pikiran Sydney kurang dieksplorasi,
mereka lebih condong digunakan untuk menopang narasi ketimbang untuk terus
menggali misteri sehingga membuat punch yang
dihasilkan terasa kurang kuat. Tidak heran ketika momen akhir di penghujung
episode ketujuh itu muncul yang tersisa dari petualangan Sydney adalah bahwa
ini hanya sekedar bagian pembuka, meskipun harus diakui kisah Sydney dan
mitologi menggunakan supernatural itu
punya potensi besar kedepannya.
Overall, ‘I Am Not Okay with This’ adalah series yang cukup memuaskan. Ya,
‘I Am Not Okay with This’ punya
potensi yang sangat besar jika dilanjutkan ke season berikutnya, proses
pengenalan dan kick-off di season
pertama ini terasa oke dengan pondasi baik pada karakter dan cerita yang terasa
cukup kuat. Proses self-discovery
yang terasa oke itu kini sudah berlalu dan menarik untuk dinantikan apa yang
selanjutnya akan dihadirkan oleh tim kreatif di balik kisah Sydney. Semoga saja
ada perkembangan yang sangat besar nantinya, tidak hanya sekedar sukses meraih
atensi penonton lalu menggoda mereka dengan berbagai twist yang oke namun kurang kuat, sehingga apa yang terjadi di
season pertama ini tidak terulang kembali, sebuah kisah coming-of-age yang terasa fresh,
compact, dan menawan namun tidak terlalu memorable.
0 komentar :
Post a Comment