Diproduksi oleh Blumhouse Productions menarik ketika
mendapati ‘Viral’ dirilis lewat video on demand. Memang selain beberapa
“produk” andalannya yang telah populer film-film dari movie production company
yang fokus di genre horror ini kerap terasa seperti trial and error, putar
kembali premis klasik bersama budget yang kecil. Apakah treatment yang ia
peroleh menandakan ‘Viral’ tidak
lebih baik dari film-film lain Blumhouse yang mendapat kesempatan rilis di
layar lebar? No, together with ‘Hush’ so far this one is this year not-bad-film from the studio that brought you Paranormal
Activity, Insidious, Sinister, The Purge, Oculus, Ouija, The Visit, and Whiplash.
Virus yang bersifat
parasit menyerupai cacing bergerak cepat untuk memusnahkan populasi manusia,
mereka yang terinfeksi akan berubah menjadi zombie
gila dengan kekuatan super. Akibat ibu mereka yang terjebak di dalam kekacauan
akibat penyebaran virus tersebut Emma
(Sofia Black D'Elia) dan Stacey
(Analeigh Tipton) kini harus berjuang sendiri untuk menghindar dari virus
tersebut ketika orang-orang di sekitar mereka mulai jatuh sakit, menunjukkan
tingkah laku psychotic dan melakukan aksi agresif.
Ya, dari sinopsis tadi mudah menduga kemana ‘Viral’ akan berjalan selanjutnya,
serangan dan bertahan, tapi menariknya formula yang klise itu tidak
menghasilkan hiburan yang terasa terlalu buruk di sini. Emma dan Stacey
merupakan karakter standard, mereka mencoba dan tidak semuanya berhasil, berada
di dalam sebuah “karantina” berisikan rasa cemas yang perlahan semakin
membesar. Tapi sutradara Henry Joost dan
Ariel Schulman cukup berhasil menjaga
perputaran yang dilakukan Emma dan Stacey menjadi aksi survival yang cukup oke, menghadirkan momen intens yang tentu saja
jadi senjata utama tapi di sisi lain juga menaruh fokus pada unsur drama. Sama
seperti ‘Into the Forest’ film ini
mencoba mengeksplorasi isu sisterhood, memberimu skema lari dan sembunyi karena
siapa yang tertangkap akan mati tapi juga memiliki unsur dramatic dengan emosi yang uniknya terasa menarik.
Itu bagian yang paling
mengejutkan dari ‘Viral’ dan tidak saya
harapkan sejak awal. Seperti film-film produksi Blumhouse pada umumnya 'Viral' merupakan horor yang tampil
dengan formula cheap, materinya juga terasa biasa, tapi hasil akhirnya tidak
ternyata tidak terlalu cheap. Meskipun terasa konyol ‘Viral’ tidak terasa
menjengkelkan and frustrating, stupidity yang ditampikan masih oke dan
skenario “permainan” yang harus dilakukan Emma dan Stacey juga cukup believable, good decisions dan bad
decisions yang dilakukan karakter di ruang yang terbatas itu tidak menjadi
distraksi yang mengganggu. Hal menarik lainnya ‘Viral’ punya sedikit feel realism, mampu membuat penonton
merasa tertarik untuk berjalan bersama karakter. Meskipun power dari virus itu
sendiri sesungguhnya kurang kuat tapi mampu dibantu dengan baik oleh relationship drama yang dimiliki cerita
yang mempunyai intimitas yang cukup oke.
Ditunjang dengan
kualitas elemen teknis yang tidak menunjukkan kualitas film Direct-to-VOD ‘Viral’ berhasil membuat penonton merasakan tekanan dari pandemic yang mengancam dengan cara yang
intens tapi intim. Salah satu bagian terbaik dari ‘Viral’ terletak pada cara karakter membuat cerita terus tumbuh,
meskipun tidak semuanya menarik karena kesan cheesy yang juga ia miliki at
least cukup mampu untuk terus mendorong karakter dan cerita untuk bergerak.
Masalahnya fokus yang terbagi tadi membuat cerita memiliki pacing yang lamban, dapat membuat beberapa penonton kehilangan rasa
tertarik apalagi kualitas gore
‘Viral’ juga rendah. Tapi ini tidak terasa “dreadful”
buat saya, lambat tapi berhasil mempertahankan antisipasi pada sesuatu yang
akan terjadi selanjutnya. Pencapaian itu juga berkat kinerja akting dua pemeran
utama, Sofia Black-D’Ella (Project Almanac) tampil oke
sebagai heroine yang bermain dengan
emosi dan Analeigh Tipton (Warm Bodies) yang terasa
oke dalam mempertahankan unsur dramatis cerita.
Memadukan horror dengan
unsur drama yang terasa sedikit lebih besar tidak membuat ‘Viral’ terasa menjemukan meskipun pace miliknya itu memang terasa lamban. Ini standard, cheesy, tampil dengan hal-hal “konyol” yang dimiliki genre horror, tapi skenario terjebak dan
bertahan hidup itu mampu mengalir dengan cukup baik dan tetap terasa cukup
menarik hingga akhir. Berisikan aksi survival
dengan ditemani kisah tentang sisterhood
yang cukup oke, ‘Viral’ merupakan sebuah sajian horror yang cukup
menghibur, bermain standard namun mampu selamat dari penyakit klasik horror
standard. Oh, last but not least, the
jump scare, ‘Viral’ punya jump scare
yang oke, predictable but good.
Segmented.
0 komentar :
Post a Comment