"I can make you happy."
Loving
can hurt, loving can hurt sometimes. But, loving can heal, loving can mend your
soul. Bukankah dengan begitu cinta tampak seperti sesuatu
yang licik dan manipulatif? Itu alasan mengapa “cinta” terasa menyenangkan, it can make you smile, it can make you cry,
that's the thrill we love from love. Kekuatan yang dimiliki oleh cinta itu
coba ditampilkan oleh film ini, Me Before
You, sebuah drama romance dengan
formula klasik dan klise yang mencoba memberikan sebuah manipulasi emosi
standar namun tepat sasaran. It’s cute
and charming.
Untuk membantu keuangan
keluarganya Louisa "Lou" Clark
(Emilia Clarke) menerima pekerjaan menjadi perawat bagi pria bernama Will Traynor (Sam Claflin). Will
merupakan mantan banker yang kini hampir seluruh tubuhnya telah lumpuh setelah
mengalami kecelakaan sehingga harus menggunakan kursi roda. Meskipun awalnya
canggung perlahan mulai terjalin persahabatan di antara Will dan Lou. Will
punya waktu enam bulan sebelum berangkat bersama orangtuanya ke Swiss untuk
melakukan euthanasia. Lou mengetahui
hal tersebut dan berencana untuk membuat agar Will mengubah keputusannya
tersebut, salah satunya dengan menunjukkan pada Will bahwa kehidupan ini indah.
Dapatkah kekuatan cinta melakukannya?
Berdasarkan romantic novel dengan judul yang sama
karya Jojo Moyes, Me Before You merupakan sebuah romantic
drama yang berani, sejak berangkat dari sinopsis
percaya diri menjadi usaha manipulasi emosi. Itu sebenarnya hal yang
familiar di genre ini tapi menariknya yang ditampilkan Me Before You di sini tidak terasa menjengkelkan, tidak peduli seberapa
standar Thea Sharrock mengolah naskah
yang ditulis langsung oleh Jojo Moyes.
Cara mainnya tidak jauh berbeda dengan drama romance dengan dasar masalah
serupa, dipenuhi tete-a-tete dua
karakter utama, tapi yang membuat Me
Before You selamat dari berbagai “penyakit” klasik genre ini meskipun di
sisi lain ia juga tidak terasa luar biasa adalah karakter dan cerita punya
pesona yang menarik, Me Before You
memiliki thrill dari kisah romance yang terasa menarik di balik konflik standar
yang ia punya.
Kelebihan tadi semakin
kuat karena di debut fitur layar lebarnya ini Thea Sharrock juga cukup
mampu menangani subjek dan cerita dengan baik. Cerita Me Before You punya dua buah sisi, ia merupakan roman di mana
persahabatan berubah jadi cinta, di sisi lain ini juga tampak seperti studi
pada situasi emosi manusia apalagi ada sebuah isu tentang hidup di dalamnya.
Memiliki sisi gelap dan sisi terang Me
Before You berhasil menyeimbangkan keduanya dengan cukup baik, menampilkan
beberapa isu berat tapi tidak membuat kesan dark yang berlebihan karena ada
hal-hal ceria di sampingnya, walaupun beberapa isu sensitive memang terkesan
kurang dieksplorasi. Meskipun tidak sepenuhnya yakin bagaimana ia akan berakhir
kita tahu kemana film ini akan berjalan, dan nafas optimis yang digunakan di
hampir 70% durasi menghasilkan dampak positif karena waktu tersebut digunakan
untuk mengamati interaksi antara Will dan Lou, hal terbaik dari film ini.
Me
Before You tidak pernah jatuh menjadi drama romance yang
menjengkelkan karena ia punya interaksi menarik di antara dua karakter
utamanya. Klasik tapi ringan, interaksi Will & Lou tidak pernah terasa “excessive," berbagi kesedihan dan
harapan memperkuat ikatan di antara mereka. Hasilnya ini seperti menyaksikan
proses naik dan turun dari kisah cinta yang mencoba untuk mekar, fokus cerita
kuat pada bagaimana emosi bermain di antara mereka meskipun beberapa subplot
juga perlahan muncul. Kisah di antara mereka seperti bernafas bebas, you can
feel sengatan cinta perlahan tumbuh semakin besar, hubungan mereka terasa believable dan alami. Itu juga berkat
kinerja yang oke dari Emilia Clarke
dan Sam Claflin, Sam Claflin mampu merebut dan menjaga simpati penonton terhadap
Will, sedangkan Emilia Clarke
menyuntikkan kegembiraan pada Lou sehingga kita dapat merasakan sikap optimis
yang gadis manic itu tampilkan.
Me
Before You adalah drama romance yang infectious, meskipun ia tidak sempurna. Walaupun punya alur cerita
yang terasa lancar di beberapa bagian Me
Before You terasa kurang "masak", pace cerita kurang stabil, dan tidak semua upaya membuat cerita
ringan sejenak bekerja dengan baik. Tapi berkat kinerja dan chemistry dua lead-nya yang terasa kuat
film ini terus mengikat atensi lewat manipulasi permainan emosi yang klasik
namun tidak menjengkelkan, merawat dramatisasi agar tidak berlebihan sehingga
proses mencari tahu isi hati dari dua karakter terasa menarik untuk diikuti.
Kisah yang mengangkat ide “the power of
love” seperti ini selalu mudah jatuh menjadi kemasan yang annoying, namun Me Before You berhasil menjadi
pertunjukkan yang cute and charming. Segmented.
Thanks to rory pinem
liat full movienya di mana ya?? mohon info thanks
ReplyDelete