"My nerves is bad, man! Oh my God! Here, zombie! Headshot, Walking Dead!"
Dua tahun lalu Ride Along kala itu berhasil meraih
rekor sebagai the highest domestic
opening weekend gross di bulan Januari, dan dengan modal $25 juta berhasil
meraih pencapaian box office sebesar
$154.5 juta, enam kali lipat dari budgetnya. So, dengan kesuksesan tersebut
sekuel tentu menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dihindari karena secara
tidak langsung Ride Along telah berhasil menjadi sebuah mesin pencetak
keuntungan yang menjanjikan. Tapi bukannya dirawat mesin itu justru menemukan kendala besar di sekuelnya, yang tentu saja tidak tampil dengan nama
berbeda, Ride Along 2.
Satu minggu sebelum
acara pernikahannya, polisi yang masih berada dalam tahap percobaan bernama Ben Barber (Kevin Hart) memohon calon
abang iparnya James Payton (Ice Cube)
untuk ikut serta dalam tugas menangkap seorang boss kriminal bernama Antonio Pope (Benjamin Bratt). Niat
utama Ben adalah untuk mencoba membuktikan pada James bahwa ia merupakan calon
adik ipar yang dapat diandalkan. James setuju membawa Ben, mereka berkerjasama
dengan polisi local bernama Maya (Olivia
Munn) dengan mengandalkan seorang saksi ahli komputer A.J. (Ken Jeong).
Sudah? Sinopsisnya
hanya seperti itu? Ya, hal menarik dari sinopsis yang dimiliki Ride Along 2 hanya sampai di sana karena
setelah itu yang Tim Story tampilkan
dari script yang disusun oleh Phil Hay
dan Matt Manfredi adalah bagaimana caranya agar banyak ruang di
mana Ben dan James dalam saling berteriak dan saling ejek. Ride Along sebenarnya juga menggunakan konsep yang serupa tapi dua
tahun lalu ia berhasil meminimalisir elemen-elemen yang potensial untuk
menimbulkan hal negative dengan alur yang fun dan tik-tok yang menarik dan
tentu saja lucu antara Kevin Hart dan
Ice Cube. Sementara yang dihasilkan
oleh Ride Along 2 justru sangat bertolak belakang.
Ride
Along 2 ini seperti kemasan film pertama yang datang hanya
sebatas mencoba peruntungan dengan menggunakan isi yang sama namun topeng yang
berbeda. Di luar dugaan menghasilkan uang enam kali lebih besar dari budget
awal usaha tersebut memang wajar, tapi bukankah akan lebih baik jika disertai
dengan beberapa sentuhan baru yang bisa menciptakan impresi yang sedikit
berbeda ketimbang pendahulunya. Di sini itu tidak terjadi, copy paste yang bukan cuma pemalas baik itu dari dialog hingga
karakter tapi juga seolah bingung ketika bercerita kepada penontonnya.
Contohnya, banyak momen di mana materi sebenarnya lucu tapi Ride Along 2 tidak melepasnya agar
tampil lucu, justru seolah memaksa penonton untuk tertawa karena itu lucu.
Bagian terbaik dari Ride Along 2 adalah aksi saling ejek antara James dan Ben, yang walaupun
mayoritas miss dan chemistry terasa kurang konsisten tapi tertolong oleh memori
penonton pada banter mereka di film pertama. Selebihnya, Ride Along 2 adalah kemasan yang tidak menarik terlebih ia sendiri
juga tampak kurang tertarik untuk menjadi komedi yang menarik. Ini seperti
banyak materi potensial yang dilempar sembarangan kedalam cerita, fokus utama
pembuktian diri Ben saja seperti jadi anak tiri dibalik elemen action yang juga
eksekusinya terasa setengah matang dan kusam. Memasukkan Ken Jeong awalnya
cukup membantu plot yang sangat tipis, tapi setelah ia klik ke dalam cerita
bahan yang sangat standar itu perlahan mulai tercium bau basi, jadi monoton,
jadi hambar, dan jadi membosankan.
Jika pencapaian film
pertamanya tidak baik mungkin yang diberikan Ride Along 2 ini akan terasa wajar, tapi Ride Along adalah komedi bodoh yang baik, ia menciptakan pondasi yang oke terutama pada dua karakter utama,
sehingga terasa aneh ketika Tim Story justru kerepotan meneruskan pencapaian
tersebut di sini. Berikan saja Kevin Hart
dan Ice Cube ruang yang oke, itu
cukup, tapi di sini seolah ingin tumbuh lebih besar Ride Along 2 chemistry
yang jadi kunci justru terpinggirkan dan diganti dengan sajian copycat game Grand Theft Auto penuh kesan parody yang
bukan cuma terburu-buru tapi mayoritas terasa tidak perlu. Oh, slapstick dapat dibentuk menjadi komedi
yang pintar, tapi di sini hal tersebut sangat sulit untuk ditemukan.
Thanks to: rory pinem
0 komentar :
Post a Comment