"If you only do what you can do, you'll never be better than what you are."
Rentang waktu lima
tahun memang tidak singkat, namun tidak seperti Sherk yang perlahan mulai kehilangan pesona di sekuel yang silih
berganti hadir film ketiga dari Kung Fu
Panda ini justru berhasil melakukan hal sebaliknya. Kung Fu Panda 3 merupakan kelanjutan penuh “respect” kepada Po dan keluarga panda serta teman-teman
binatangnya itu, masih dengan karakter yang memiliki pesona serta humor yang
penuh energy berhasil menjadi sebuah animasi yang tidak hanya memperdaya
penonton lewat visual namun juga cerita yang mengandalkan isu sikap positif. We missed you, Po. Welcome back.
Po
(Jack Black), yang bertemu dengan ayahnya yang telah
lama menghilang, Li (Bryan Cranston) sedang bersiap menerima kepercayaan dari Master Shifu (Dustin Hoffman) untuk
menjadi pemimpin Dragon Warrior. Bersama anggota Furious Five, Master Tigress (Angelina Jolie), Master
Crane (David Cross), Master Mantis (Seth Rogen), Master Viper (Lucy Liu),
dan Master Monkey (Jackie Chan), Po
mulai belajar untuk melatih kung fu. Semua itu Po dan timnya lakukan untuk
bersiap menghadapi ancaman dari Kai (J.K.
Simmons), spirit warrior yang
memiliki kemampuan untuk mencuri chi
prajurit lain.
Filmnya yang kedua, Kung Fu Panda 2, merupakan sebuah
downgrade dari pencapaian yang dihasilkan film pertamanya. Dari segi cerita ia
mencoba untuk sedikit lebih gelap, dari segi narasi malah lebih sering terlihat
bingung, meskipun dari segi visual tetap menghibur dan karakter tetap kembali
dengan pesona mereka yang membuat kita jatuh cinta di film pertama. Dua hal
terakhir tadi kembali hadir di film ketiga ini, namun yang menjadikan Kung Fu Panda 3 berhasil lebih baik dari
film keduanya adalah ia berhasil mengembalikan dua hal yang hilang di film
kedua tadi, sebuah skenario yang mencoba untuk kembali mengajak kamu menelusuri
kisah persahabatan sembari terus mendorong maju karakter Po pada proses
penemuan jati diri dengan cara yang lepas.
Sejak sinopsis awal Kung Fu Panda 3 seperti tidak membawa beban yang menganggu bagi
dirinya sendiri, itu kunci kesuksesan film ini. Dari niat utamanya saja
sederhana, alur cerita tidak pernah mencoba untuk terlalu gelap walaupun jangan
kaget ketika kamu bertemu dengan beberapa momen yang punya kualitas emosi yang
terasa manis. Kehadiran Li memang di sengaja namun sukses menciptakan arena
baru untuk proses di mana Po mulai berjuang kembali menaikkan level yang ia
punya. Po kembali belajar, dan itu hal yang mengasyikkan terlebih karena isu
tentang “belajar” itu ditampilkan dengan sangat pas oleh Jennifer Yuh Nelson dan Alessandro
Carloni, terasa sangat seimbang, lucu tapi tetap meninggalkan impresi yang
kuat baik bagi penonton muda maupun penonton dewasa.
Tapi yang menarik
adalah meskipun fokus ditaruh pada proses pematangan karakter Po didampingi
dengan isu tentang keluarga, mereka tidak terasa kaku. Kung Fu Panda 3 punya momen sentimental tapi mereka lebih ditempatkan
sebagai moment stealer ketimbang sebagai pusat cerita, dan kombinasi antara
emosi dan humor juga secara mengejutkan terasa sangat klik. Dan selebihnya kamu
kembali diajak menyaksikan berbagai “keajaiban” yang penuh tawa dan tentu saja,
rasa aneh. Konsep cerita di film pertama diputar kembali di sini dengan cara
yang pas, dan saya sangat suka bagaimana Jennifer
Yuh Nelson dan Alessandro Carloni
mendorong berbagai pesan positif yang dimiliki skenario untuk begitu mudah di
tangkap tanpa menciptakan korban seperti alur dan nada cerita misalnya.
Namun bukan hanya segi
cerita dari Kung Fu Panda 3 dengan
berbagai pesan tentang sikap positif seperti jangan menilai seseorang hanya
dari tampilan luar hingga selalu ada hal menarik untuk terus belajar yang terasa
manis, visual juga sama manisnya. Ini adalah animasi yang cantik dari segi
visual, warna-warni yang eye candy
begitu memanjakan mata, desain yang cantik dan karakter yang ekspresif semakin
menambah nilai positif terlebih pada karakter Kai, favorit terbaru saya.
Pengisi suara juga memberikan kinerja yang sama baiknya, beberapa orang baru
seperti Bryan Cranston dan J.K. Simmons langsung membuat karakter
mereka mencuri perhatian, namun karakter lama tetap berhasil mempertahankan
status mereka sebagai pemain utama.
Melihat apa yang
diberikan film keduanya harapan saya pada awalnya tidak begitu tinggi sehingga
ketika ia menampilkan animasi penuh komedi dan visual yang manis serta beberapa
percikan emosi yang menjadi kejutan tersendiri tidak heran Kung Fu Panda 3 meninggalkan penontonnya dengan rasa terkejut. Kung Fu Panda 3 merupakan sebuah
kelanjutan yang menawan, menggunakan konsep lama dan melakukan daur ulang
dengan pembaharuan kecil yang terasa pas, berhasil menjadi sebuah animasi eye candy dengan pesona, emosi, dan
komedi yang penuh energi.
Thanks to: rory pinem
0 komentar :
Post a Comment