"Children are not machines, Peabody! I tried to build one, it was creepy."
Agar dapat menjadi sebuah kenangan tak terlupakan
sesungguhnya sebuah film animasi punya tugas yang jauh lebih mudah, cukup
tampil kokoh di level tinggi pada elemen utama, cerita dan visual. Sayangnya
tidak semua mampu memenuhi syarat sederhana itu, banyak diantara mereka justru
tampil sebatas menjadi visual entertainment tanpa disertai sebuah penceritaan
yang memiliki isi mumpuni. Film ini berhasil tampil baik di dua elemen tadi, Mr. Peabody & Sherman, a fun random
parade with ancient things.
Sejak kecil Mr.
Peabody (Ty Burrell) telah menjadi seekor anjing dengan kemampuan berbicara
yang non-mainstream. Kecerdasan yang ia miliki menjadikan Peabody selalu tidak
mampu menarik perhatian manusia yang hendak mengadopsi, namun disisi lain juga
berhasil memberinya kesuksesan besar dari menjadi penemu hingga meraih Nobel.
Sikap out of the box Peabody terus berlanjut hingga ia dewasa, itu ditunjukkan
dengan keputusannya untuk menjadi anjing pertama yang mengadopsi manusia.
Niatnya itu terwujud, ijin diberikan, dan anak laki-laki yang ia namai Sherman (Max Charles) itu bahkan telah bersiap untuk masuk sekolah.
Namun masalah muncul ketika Sherman menjadi korban
dari sebuah jebakan yang dibangun oleh seorang murid bernama Penny Peterson (Ariel Winter). Tindakan
Sherman menarik atensi seorang agent yang bekerja di Children's Service, Mrs. Grunion (Allison Janney), yang berniat
untuk menarik ijin asuh milik Peabody. Peabody mulai bergerak cepat untuk
mengatasi masalah itu, upaya pertama dengan mengundang Penny beserta
orangtuanya, Paul (Stephen Colbert)
dan Patty (Leslie Mann), untuk dinner
bersama. Tapi Sherman belum berhenti menciptakan masalah, kali ini melibatkan WABAC, mesin waktu yang membawa mereka
kedalam masalah yang lebih besar.
Jika harus menggambarkan Mr. Peabody & Sherman kedalam sebuah kalimat sederhana mungkin
akan berbunyi seperti ini: film animasi yang berhasil memenuhi harapan para
penonton dari sebuah film animasi. Pertama, film ini berada dibawah kontrol DreamWorks Animation, dan anda akan
mendapatkan apa yang menjadi ciri khas dari studio animasi ini dalam hal
kualitas visual. Dipenuhi warna yang cerah dengan tingkat kontras yang berani,
dan kemudian ditemani bersama kualitas 3D yang cukup menyenangkan, elemen ini
dengan sangat mudah bukan hanya akan menarik namun juga secara stabil menjaga
atensi dari penonton lintas generasi, muda dan tua.
Tidak sempurna memang, terlebih dengan tingkat
ekspresi karakter yang sedikit terbatasi, namun hal tersebut berhasil di akali
oleh Rob Minkoff. Minkoff seperti
sadar betul akan kelemahan kecil tadi, dan kemudian menerapkan formula yang
pernah ia hadirkan pada The Lion King
dan Stuart Little, alur cerita yang
hidup. Ini dia yang menjadikan Mr.
Peabody & Sherman tanpa henti selama 92 menit mampu tampil menghibur.
Naskah yang ditulis ulang oleh Craig
Wright dari Peabody's Improbable
History yang merupakan segmen dari televisi series berjudul The Rocky and Bullwinkle Show ini
seperti tidak pernah berhenti memberikan berbagai kejutan menyenangkan yang
berhasil menjaga atensi penontonnya agar tidak berpindah dari mereka.
Dinamika cerita yang mumpuni, itu kelebihan utama Mr. Peabody & Sherman. Pasti akan
terkesan kurang kreatif, terlalu sempit dan dangkal, dan sedikit random bahkan
menjurus berantakan, namun penerapan aksi petualangan menjelajahi waktu dengan
yang terus berpindah sesuka hati itu terbukti berhasil menjadi sebuah keputusan
yang efektif. Pada awalnya memang perlu sedikit proses bagi penonton untuk
beradaptasi dengan tempo yang ia tampilkan, namun setelah klik aksi
mondar-mandir yang ia berikan semakin menarik untuk diikuti, terlebih dengan
upaya lain untuk menyelipkan berbagai pengetahuan terkait sejarah kedalam
dengan penempatan yang mampu mengundang senyum walaupun akan
terkesan konyol.
Benar, beberapa kali kesan konyol tidak dapat
dihindari kehadirannya, bahkan jika harus menilai petualangan tersebut secara
kesatuan utuh ia tampak kurang kokoh. Sering kali perpindahan setting dalam
sentuhan tangkas yang akan mempertemukan kita dengan berbagai tokoh sejarah
dari Mesir Kuno, Perang Trojan, hingga era Renaissance itu terasa seperti potongan sketsa yang disengaja,
berupaya untuk menyampaikan informasi dan juga mencuri tawa dengan berbagai
humor yang sayangnya tidak semua tepat mencapai sasaran. Ini yang menjadi
masalah, karena dengan gerak cepat mereka terbagi rata diantara kategori hit
dan miss, walaupun daya tarik terus berada di level stabil tidak semua dari
mereka terasa penting untuk misi utama yang dibawa Mr. Peabody & Sherman.
Misi utama? Ya, tujuan utama film ini sebenarnya
terletak pada hubungan ayah dan anak dengan berlandaskan sebuah ikatan emosi
pada arti mereka bagi satu sama lain di tengah usaha keluar dari kepungan
masalah. Ada drama disini, terus coba dihadirkan sepanjang cerita dalam bentuk
sebuah isu kecil, yang sayangnya sekalipun kita tahu pada eksistensinya namun
ia tidak pernah mampu mencuri posisi utama atensi. Itu sebuah kegagalan, karena
sejak awal kita tidak diajak untuk berinvestasi pada sisi emosi, lebih sering
tertawa akan hal-hal lucu tanpa disertai sedikit percobaan menggunakan trik kecil untuk memanipulasi
emosi, sehingga ketika pelajaran hidup itu dihadirkan pada bagian akhir ia
terasa kurang kuat, kurang mengigit.
Hal minus tadi juga sedikit mendapat pengaruh dari
kinerja divisi pengisi suara yang berhasil tampil impresif dalam menciptakan
karakter yang dipenuhi kegembiraan. Diawal sedikit kesulitan untuk merasakan
feel dari suara Ty Burrell pada Mr.
Peabody, namun perlahan sosok bapak yang menjadi tugas utamanya berhasil
ditampilkan dengan baik. Max Charles
juga mampu memberikan kejutan kecil dengan menghadirkan kesan natural dari
suara miliknya pada karakter Sherman. Disisi lain Ariel Winter berhasil menjadikan Penny Peterson sebagai sosok
annoying yang anehnya juga mudah untuk dicintai.
Overall, Mr.
Peabody & Sherman adalah film yang cukup memuaskan. Ya, mungkin saya
saja yang sedikit sensitif pada power bagian penutup yang langsung sedikit
menggerus nilai keseluruhan film ini, karena pada dasarnya jika anda mampu
mengesampingkan (atau mungkin tidak mau ambil pusing) misi utama yang ia emban,
petualangan menjelajah dimensi dan waktu ini berhasil memberikan sebuah hiburan
dangkal dan random yang menyenangkan, terlebih dengan berbagai informasi
sejarah yang sanggup dikemas dengan baik sebagai sebuah parodi bagi penonton
dewasa, dan sebagai sebuah pengetahuan tahap awal bagi penonton muda.
0 komentar :
Post a Comment