"Winning isn't everything. Family is."
Apakah anda merupakan tipe penonton yang selalu
mencoba mencari tahu informasi dari calon film yang kelak akan anda tonton?
Banyak cara, salah satu yang termudah dan paling simple adalah melalui trailer,
sebuah klip yang sesungguhnya punya peran penting untuk menarik minat para
calon penontonnya lewat penjabaran singkat film tersebut. Film ini mencoba
menggambarkan peran artis sulih suara dibalik trailer sebuah film, sebuah
penghormatan kepada Don LaFontaine,
komedi indie yang santai dan cerdas, In a
World...
Sam Soto (Fred
Melamed), pria tua yang dijuluki king of voice-overs dan akan
menerima lifetime achievement award atas kontribusinya sebagai pengisi suara,
dengan cara yang sangat halus memberitahukan kepada anak perempuannya bahwa ia
telah muak dengan kehadiran Carol Solomon
(Lake Bell) dirumahnya. Carol memang sedang berada pada tahap sulit,
berprofesi sebagai pelatih vokal, wanita ini belum juga bertemu dengan
kesuksesan, dan terpaksa pindah kerumah milik saudaranya Dani (Michaela Watkins) dan sang suami Moe (Rob Corddry).
Namun suatu ketika nasib baik menghampiri Carol,
melalui sebuah proyek film bernama The
Amazon Games (yang akan dibintangi Cameron
Diaz) memerlukan pengisi suara untuk trailer mereka. Meskipun ragu karena
dunia sulih suara tarik merupakan milik kaum pria, Carol akhirnya mau mencoba
berkat dorongan dari seorang sound engineer bernama Louis (Demetri Martin), terlebih dengan potensi film tersebut untuk
menjadi quadrilogy. Namun perjuangan Carol tidak mudah, karena disisi lain
hadir pesaing pada diri Gustav Warner
(Ken Marino), sosok yang celakanya punya hubungan kerja dengan Sam.
Pada bagian awal In
a World... berhasil bertahan hidup murni hanya dikarenakan sisi
kontroversial dari isu utama yang ia usung, wanita mengisi suara untuk trailer,
sebuah misi terselubung untuk menghancurkan pembatas kebebasan berekspresi
antara pria dan wanita yang ternyata masih eksis dibidang ini. Namun tanpa
disadari dengan gerak halus Lake Bell
berhasil membawa film miliknya ini (ia menjadi produser, penulis cerita,
sutradara, dan pemeran utama) menjadi sebuah arena yang menjebak penontonnya
berjalan bersama materi-materi klasik dan familiar sebuah film komedi tapi
tampil dalam balutan sebuah konsep yang tersusun matang.
Konsep yang terbentuk dengan matang serta dibantu rasa
percaya diri yang tinggi, mengalir halus dalam gerak cekatan, materi yang
sesungguhnya cukup tipis itu mampu untuk terus mencengkeram atensi penontonnya
lewat kombinasi berbagai formula standar yang juga tidak pernah menggerus fokus
pada isu utama yang ia usung, membentuk kehangatan cerita dari tema lain
seperti cinta dan juga keluarga, meskipun uniknya ia tidak pernah berhenti
tampil percaya diri dengan menyuntikkan humor-humor klasik bernada satir yang
kerap kali sanggup menghadirkan tawa tanpa harus terlihat konyol dan
menjengkelkan.
Ya, tidak dapat dipungkiri pada bagian terakhir tadi In a World... berhasil memberikan
impresi terbesar, mampu membuat kita sebagai penonton terus tersenyum dengan
hal lucu dan manis yang menggunakan pattern standard, sembari menyaksikan para
karakter bergelut dengan permasalahan mereka masing-masing yang dominan bermain
pada sisi kompleks manusia. Lake Bell
seperti paham betul dengan visi yang ingin ia sampaikan, dan ia memberikan
komitmen penuh pada hal itu, tidak ingin menjadikan film ini tampak megah dan
berlebihan, lebih menaruh fokus pada keberhasilan ia menyampaikan misi dengan
cara yang efektif dan efisien, santai dan sederhana.
In a World... seperti terus dijaga oleh Lake Bell untuk tidak bergerak terlalu jauh, meskipun hal tersebut
pada akhirnya juga memberikan dampak negatif. Kisah yang sebenarnya predictable
ini justru perlahan mulai diwarnai dengan beberapa sub plot yang celakanya
dibentuk setengah hati, kurang punya impact yang berarti pada hasil akhir, seperti
pemanis yang kehadirannya disengaja untuk menjadikan cerita tampak padat. Tidak
ada ambisi yang besar, ia seperti hanya
berniat untuk menyampaikan pesan utama tanpa mau bergerak terlalu jauh,
tidak mau menggali lebih dalam, sehingga hasil akhir walaupun terasa manis
namun berada pada level standard.
Divisi akting mungkin berhasil memberikan sedikit
kejutan. Dari kehadiran singkat Eva
Longoria dan Cameron Diaz, Lake
Bell berhasil mengendalikan para aktor, dari Fred Melamed , Demetri Martin, Rob Corddry, Ken Marino, Michaela
Watkins, hingga Nick Offerman,
sehingga karakter dan konflik yang mereka emban mampu tampil menarik dalam
dialog yang cerdas, meskipun sulit untuk menaruh simpati pada beberapa
permasalahan klise tersebut. Lake Bell
sendiri tampil memikat, terlebih dengan perubahan suaranya dalam seketika itu.
Overall, In a
World... adalah film yang cukup memuaskan. Ya, ini manis, natural, ringan,
menarik, dan impresif sebagai sebuah fitur debut, namun standard secara
keseluruhan. Mungkin akan sedikit mengecewakan karena beberapa sub-plot membawa
cerita menyimpang dari topik utama, namun kehadiran beberapa elemen lain
seperti cinta dan keluarga mampu menemani karakterisasi dan teknik bercerita
yang mumpuni pada sisi positif dari fitur debut Lake Bell ini, ya walaupun
sikapnya untuk bermain aman menjadikan In
a World... sebagai sebuah kemasan yang standard. Well done Lake Bell.
it's a simple and warm movie.
ReplyDeleteit's like a cup of PopMie after you swimming on the beach.
nice score, dude.