“No dream is too big,
and no dreamer is too small.”
There
can be miracles when you believe. DreamWorks kembali membuktikan makna dari nama yang mereka pakai,
salah satu studio animasi yang mampu membawa para penontonnya untuk tidak
pernah berhenti bermimpi. Kali ini mereka menggunakan para siput, hewan yang
dikenal memiliki gerak yang sangat lambat, dan memasukkan mereka kedalam dunia
balap mobil Indy 500. Sederhana, predictable, manis, dengan eksekusi yang
tidak sebesar ambisi.
Theo
(Ryan Reynolds), tidak seperti abangnya Chet (Paul Giamatti) dan kelompok siput
lainnya yang hidup di sebuah kebun tomat, punya sebuah mimpi yang sangat besar
dibalik kehidupannya yang menjemukan. Theo terobsesi dengan kecepatan,
terinspirasi dari idolanya Guy Gagne
(Bill Hader), juara Indy 500.
Impiannya terwujud, terdampar di sebuah drag race, tersedot kedalam supercharger, menjadikan nitrogen oksida
masuk kedalam DNA-nya, dan memperoleh apa yang ia inginkan. Celakanya hal
tersebut justru membawa Theo dan Chet kedalam dunia baru.
Mereka bertemu Tito (Michael Peña), supir truk Taco “Dos Bros” yang ternyata juga punya
ambisi besar dalam hidupnya, dan kemudian ingin membawa Theo ikut berkompetisi
dalam balap mobil Indy 500. Tito berupaya untuk meyakinkan rekannya di
komunitas bisnis lokal, Paz (Michelle
Rodriguez), Bobby (Richard Jenkins),
dan Kim-Ly (Ken Jeong) agar mau
membantunya dalam pendanaan biaya masuk, meskipun rencana tersebut ditentang
oleh abangnya Angelo (Luis Guzmán).
Seekor siput yang
memperoleh kecepatan super, tentu belum pernah hadir di dunia animasi sebelumnya.
Namun jika ditilik dengan seksama, Turbo
merupakan sebuah penggabungan dari beberapa elemen cerita yang sebenarnya sudah
pernah eksis. Seekor serangga yang tidak puas dengan hidupnya seperti A Bug's Life, sebuah ambisi besar yang
impossible seperti Ratatouille, serta
permasalahan lainnya dalam bentuk sebuah komunitas yang gagal seperti Cars. Tentu bukan hal yang tabu, jika ia
mampu menjadi kemasan yang lebih baik, hal yang tidak dimiliki Turbo.
Jika berbicara nilai
positif, Dreamworks masih memberikan
apa yang anda harapkan dari mereka. Ini animasi yang indah dan proporsional
dari tampilan visual, cerah dan detail, terutama ketika adegan balapan (ya,
predictable, tidak perlu spoiler). Turbo
juga beruntung karena memiliki karakter yang mampu tampil dengan identitas yang
kuat serta tingkat kekonyolan yang tidak melampaui batas. David Soren, Robert Siegel, dan Darren
Lemke juga mengambil sebuah keputusan yang tepat dan krusial, memberikan
batas antara siput dan manusia, dan sukses menciptakan dua dunia dengan dua
permasalahan yang cukup menarik.
Dibalik ide absurd yang
ia miliki, Turbo justru mampu menjadi
sebuah penggambaran dari pesan utama yang ingin ia sampaikan kepada kaum muda.
Menggunakan mimpi sebagai gagasan utama, so far di tahun ini mungkin Theo adalah
karakter yang paling berhasil menghantarkan misi yang ia emban. Theo berhasil
dibentuk dengan baik oleh David Soren,
inspiratif, imajinatif, serta punya power yang cukup untuk memicu ambisi dari
kaum muda agar tidak berhenti mengejar impian mereka lewat perjuangan yang
memang tidak dapat dipungkiri berada diluar batas logika.
Sayangnya diluar
berbagai elemen tadi Turbo justru
tampil sebagai sebuah paket yang datar. Visualnya keren, karakter punya
identitas yang unik, pesan utamanya terbaca dengan baik, mereka menarik ketika
dinilai terpisah, tidak ketika mereka bersatu. Cerita yang predictable mungkin dapat dimaafkan, namun materi yang membangun
cerita tersebut terlalu dangkal. Tidak ada sebuah semangat yang energik dari
perjuangan Theo dan Tito, mereka masuk dalam plot yang berbelit-belit untuk
sebuah premis yang sederhana. Anda tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dari
cerita yang bergerak cepat, namun sayangnya mereka tidak hadir dalam bentuk
yang menyenangkan.
Ketika pondasi cerita
telah terbentuk, dan ia mulai hendak bergerak maju, dari sana mulai tampak
bahwa Turbo ternyata punya tingkat
kreatifitas yang minim. Hal yang paling mengganggu adalah pengulangan yang
beberapa kali ia hadirkan tapi gagal menjalankan tugasnya, yang justru
menjadikan apa yang ia berikan tampak annoying. Materi-materi yang ia coba
suntikkan tidak sanggup menghadirkan sebuah pergerakan tensi cerita yang
dinamis, bahkan ketika balapan berlangsung. Turbo juga semakin tampak datar
saat joke-joke yang ia berikan telah terbaca oleh penontonnya.
Sedikit nafas segar
hadir dari jajaran pengisi suara. Ryan
Reynolds kembali mengulang apa yang ia berikan di The Croods, selalu mampu menjadikan karakter Theo terus menarik
atensi dari penonton. Paul Giamatti
adalah yang tampil paling efektif dibalik kesempatan minim yang ia miliki. Ken
Jeong berhasil mencuri perhatian, sedangkan Michael
Peña, Luis Guzmán, Samuel L. Jackson, Maya Rudolph, Snoop Dogg,
Ben Schwartz, dan Michael Bell tidak tampil special karena
porsi minim yang mereka miliki.
Overall, Turbo adalah film yang cukup memuaskan.
Visualnya manis, karakternya unik, pesan utamanya kuat, Turbo punya tiga faktor
kunci dari sebuah film animasi yang sebenarnya telah dibentuk dengan baik di
bagian awal, namun tidak berhasil tampil menarik ketika mereka disatukan dan
justru menciptakan sebuah petualangan yang terasa datar dan kurang bersemangat.
Perjuangan siput itu mungkin akan kalah kuat jika harus dibandingkan dengan
perpaduan antara Jump Around dan Eye of the Tiger.
0 komentar :
Post a Comment