Sepertinya kali ini tidak menjadi hal yang begitu penting
untuk mencoba menyampaikan pada paragraf pembuka salah satu dari sekian banyak
pesan menarik yang diemban sebuah film, seperti yang selama ini saya coba
terapkan. Dia punya Jason Bateman dan
Melissa McCarthy dengan keunikan yang
khas, dan juga Seth Gordon yang
sukses mengubah premis dangkal yang dimiliki Horrible Bosses menjadi sebuah kemasan yang cukup menghibur.
Sandy Patterson (Jason Bateman), adalah seorang pria berusia 40-something,
eksekutif di sebuah perusahaan keuangan, dan ayah dua anak dengan istri bernama
Trish (Amanda Peet) yang selalu
mendukungnya. Ya, benar, Sandy adalah seorang pria, yang ternyata juga sering
merasa risih dengan nama pemberian ayahnya tersebut yang memiliki makna
universal karena dapat pula digunakan (atau bahkan lebih identik) oleh kaum
wanita. Dari situ awal semua bencana yang menimpanya dimulai, ketika Sandy
menerima sebuah panggilan telepon dari seorang wanita yang meminta dirinya
menyebutkan beberapa identitas pribadinya.
Dia adalah Diana
(Melissa McCarthy), wanita dengan pekerjaan yang mungkin akan membuat
jengkel semua orang yang selalu bekerja keras dalam kehidupannya. Diana adalah
“ahli” dalam hal memalsukan kartu identitas, dari surat izin mengemudi, hingga
kartu kredit. Hasilnya, kehidupannya penuh dengan kebahagiaan, menghamburkan
uang kesana kemari, dari membeli perhiasan hingga jet ski, tanpa pernah perduli
betapa hancurnya kehidupan pihak yang menjadi korbannya, salah satunya Sandy.
Ketimbang mengikuti proses kepolisian yang ribet, Sandy memutuskan untuk
melintasi setengah jarak garis lintang USA, menuju Florida, untuk membawa Diana ke Denver,
dan memperoleh kembali identitasnya.
Sebuah premis dari Craig
Mazin dan Jerry Eeten yang bagi
saya cukup dangkal, tapi aneh karena meskipun begitu masih mampu untuk
menciptakan daya tarik. Yah, memang akan dengan mudah untuk mengatakan bahwa
hal tersebut sangat terbantu berkat daya tarik dua pemeran utama yang ia
pasang, dengan harapan dapat menyaksikan sebuah film komedi yang meskipun tidak
perlu tampil pintar namun setidaknya berisikan banyak kegilaan yang menarik dan
menghibur. Sayang sekali, itu tidak saya peroleh.
Semua berawal dari cerita yang ditulis Mazin dan Eeten.
Mereka tampak begitu ambisius untuk menciptakan sebuah film komedi yang
memikat, menciptakan dua bagian, memadukan unsur crime kedalam komedi, dan sedikit menambah bumbu interaksi personal
bernafaskan ikatan family. Tidak ada yang salah dari keputusan tersebut, namun
cara Mazin membentuk cerita tersebut kedalam screenplay yang menjadi sumber
dari semua kekacauan yang film ini miliki. Ia seolah ingin menghadirkan dua
warna dalam cerita, komedi dengan hal-hal konyol, dan disisi lain ada sedikit
drama yang mungkin memiliki ambisi untuk dapat membuat penontonnya tersentuh
dengan kisah yang ia bawa.
Dan, itu gagal. Komedinya terasa menggantung dan tidak total,
tidak berhasil membuat saya tertawa besar, dan hanya sedikit bekerja lewat
dialog antar dua karakter utama. Ya, itu karena Bateman dan McCarthy, bukan
karena Seth Gordon. Sialnya, unsur drama yang coba mereka hadirkan untuk
menghantarkan pesan utama yang sebenarnya sangat menarik, justru berakhir datar
dan hambar. Mereka seperti hanya sebuah tempelan, tidak dibentuk dengan baik,
padahal pengorbanan yang dilakukan untuk menciptakan ruang bagi mereka cukup
besar, contohnya hal bodoh seperti keputusan Sandy untuk tidak menelpon polisi,
dan akhirnya menciptakan sebuah perjalanan berisikan banyak hal bodoh dan konyol
yang tidak penting.
Dia punya durasi 111 menit, hampir dua jam, dan itu yang
menjadi alasan mengapa rasa kesal yang saya rasakan semakin lama semakin besar,
karena point yang ingin ia sampaikan sebenarnya sempit, dan menghadirkan
beberapa konflik pendukung yang pada akhirnya terasa useless, hanya sebagai
jalan untuk memanjangkan cerita. Oke, mungkin masih dapat dimaafkan jika di
bagian tersebut mereka dapat tampil menghibur, tapi itu tidak dimiliki oleh Identity Thief. Film ini semakin rusak
karena premisnya yang menarik itu sebenarnya sudah sangat predictable, dan sepanjang ia berjalan tidak menghadirkan kejutan
yang menarik.
Well, memang sebuah kesalahan besar kalau mengharapkan sebuah
cerita yang pintar dari sebuah film komedi seperti ini, dan itu juga tidak ada
diekspektasi awal saya. Saya datang, dan hanya berharap untuk dapat terhibur
ketika kelak menuju pintu keluar, karena sejak awal memang sudah siap dengan
semua hal konyol yang akan ia berikan. Sayangnya, film ini tidak menghibur.
Kurang dari lima bagian yang terasa menarik bagi saya, dan lebih dari
setengahnya berkat kemampuan Bateman dan McCarthy memadukan konflik diantara
mereka. Sisanya, datar dan membosankan.
Overall, Identity Thief
adalah film yang tidak memuaskan. Kemasan akhir yang ia berikan secara
keseluruhan memang bernilai rendah, namun itu jika anda membandingkannya dengan
film yang dibuat untuk meraih penghargaan. IT adalah ice tea, bukan wine, film
yang ditujukan sebagai popcorn movie untuk menghabiskan waktu luang. Dan jika
berada di kategori itu apa yang ia berikan hampir berhasil, andai saja kinerja
dari dua pemeran utama yang menghadirkan komedi-komedi klasik yang cukup mampu
menghibur itu tidak dirusak oleh script yang sangat berantakan. Tidak seperti Horrible
Bosses, bahkan sangat jauh dengan Ted,
Identity Thief lebih layak sejajar dengan The
Changed-Up.
0 komentar :
Post a Comment