“You
have to do something that makes you feel alive.”
Demi bisa menghasilkan konten yang menarik untuk diunggah di media sosial kini banyak orang berani menempatkan dirinya di dalam bahaya, yang bahkan berpotensi besar membuatnya kehilangan nyawa. Mengapa mereka melakukan itu? Karena ada dorongan di dalam diri individu tersebut yang membuatnya semakin berhasrat agar bisa meraih atau mencapai sesuatu yang ia inginkan, dalam kasus konten tadi adalah agar bisa viral dan menjadi terkenal. Tidak masalah jika dilakukan secara positif di mana kamu tetap mampu membatasi diri terhadap dorongan-dorongan tadi, tapi akan berbahaya jika yang terjadi adalah sebaliknya. Di film ini karakter mencoba melakukan aksi gila dengan cara memanjat TV tower setinggi 600 meter! ‘Fall’: an effective thriller with nerve-racking visuals.
Becky (Grace Caroline Currey) dan Hunter (Virginia Gardner) merupakan adrenaline junkies, dua sahabat itu gemar menantang mau untuk melakukan berbagai aktifitas berbahaya. Salah satunya adalah memanjat tebing namun nahasnya justru kegiatan itu pula yang membuat Becky terjebak dalam kondisi depresi. Kehilangan suaminya, Dan (Mason Gooding) yang terjatuh dan tewas saat mereka bersama-sama sedang memanjat sebuah tebing, Becky kini memilih menjauh interaksi sosial termasuk sang Ayah, James (Jeffrey Dean Morgan). Ia kesulitan untuk dapat kembali hidup normal, termasuk untuk melakukan lagi aktifitas yang memacu adrenalin.
Satu tahun berselang Hunter mencoba untuk membawa temannya itu menantang rasa takutnya tersebut. Caranya? Yakni dengan mendaki sebuah TV Tower yang telah berusia tua, struktur setinggi 2000 foot yang punya sekitar 1800 anak tangga. Hunter juga berencana merekam aktifitas tersebut membagikannya di channel Danger D, sehingga membuat Becky yang awalnya enggan pada akhirnya mau karena merasa bahwa yang akan mereka lakukan adalah untuk bersenang-senang. Yang menjadi masalah adalah mereka naik ke atas tanpa melengkapi diri dengan perlengkapan keselamatan, tas mereka hanya berisikan perlengkapan vlogging termasuk drone.
‘Fall’ bukan sebuah survival film yang sangat bagus, namun jelas sekali pada naskah yang ia tulis bersama Jonathan Frank itu Sutradara Scott Mann mencoba untuk tidak bermain terlalu jauh. Fokusnya sendiri lebih kepada memaksimalkan elemen klasik agar tragedi yang dialami oleh dua karakter utama bisa menjadi arena untuk menarik masuk penonton ke dalam sebuah roller coaster thrill yang sederhana. Cerita terasa bujur sangkar dan narasi bergerak lurus, sedikit dramatisasi memang coba disajikan di babak akhir namun lebih kepada upaya mendongkrak dampak dari situasi hidup atau mati yang sedang dialami karakter, serta untuk menyuntikkan extra thrill walau memang dalam kuantitas seadanya. Sangat straightforward memang dan itu belum menghitung beberapa hal “konyol” pada cerita, tapi pertanyaannya, apakah film ini menjengkelkan? Sama sekali tidak.
Justru dengan keberanian tampil gamblang baik dari konsep serta bercerita dengan cara yang quite predictable, ‘Fall’ justru berhasil mengejutkan saya lewat presentasi yang sukses membuat berbagai komponennya konsisten terasa menarik sejak awal. Menempatkan dua karakter utama langsung ke dalam masalah yang lantas terjebak di atas menara radio yang terlantar, tentu rasa penasaran terbesar adalah apa yang akan terjadi selanjutnya? Tidak mudah mengembangkan premis seperti itu meski memang punya power yang cenderung besar untuk membuat calon penontonnya merasa tertarik. Ambil contoh salah satu yang paling populer, ‘127 Hours’ di mana lengan kanan karakter utamanya terjepit batu besar ketika sedang hiking sendirian, berbagai halusinasi tentang upaya melepasakan diri serta pengalaman di masa lalu mewarnai narasi. Saya mengantisipasi itu akan muncul di sini, tapi ternyata tidak.
Tidak banyak lebih tepatnya, karena fokus terbesar narasi menunjukkan perjuangan dua karakter mencari solusi untuk turun. Berbagai tweak hadir dan terasa oke tapi mereka berhasil bekerja dengan baik karena cerita dan karakter telah terlebih dahulu diberikan pondasi yang tergolong oke. TV Tower itu kondisinya tidak begitu bagus lagi, tampak beberapa bagian telah berkarat pun demikian dengan anak tangga dan beberapa mur dengan kondisi yang tidak lagi terpasang sempurna. Satu per satu itu didorong ke hadapan penonton dan membuatmu mengantisipasi bahaya dari sana, bagaimana jika bagian yang tampak tidak kokoh lagi itu bermasalah. Sembari tentu saja memperlihatkan kepada kamu kondisi sekitar, ketinggian yang jelas akan terasa menyesakkan bagi kamu yang takut akan ketinggian, atau acrophobia.
Saya yakin bagi kamu yang takut akan ketinggian maka saat menonton akan muncul rasa nyeri di perut, karena saya saja yang bukan di kategori tersebut merasakan hal yang sama. Saya tidak akrofobia, tapi saya kerap mengalami vertigo, dan itu cukup berpengaruh pada pengalaman menyaksikan ‘Fall’ ini. Ada visualisasi yang oke saat menunjukkan bahaya yang mungkin datang menghampiri Becky dan Hunter, mereka mungkin tampak bersenang-senang tapi penonton terus dibuat waspada terhadap eksistensi mereka. Karena kondisi struktur tower tadi memang memungkinkan satu kesalahan kecil saja untuk melahirkan bencana, dan mengingat mereka berada di posisi yang sangat tinggi maka opsinya tidak banyak, selain selamat tentu saja jatuh dan kemudian mati. Dengan bantuan CGI yang punya render oke, tipu daya digital berupa ketinggian itu disimulasikan dengan baik untuk menciptakan sensasi utama.
Sensasi utama yang membantu menutupi beberapa kekurangan. Seperti saat narasi yang not very compelling itu memasukkan beberapa kejutan yang over stretched, melengkapi naskah berisikan dialog dan karakter yang eksposisinya cukup saja. Narasi juga berisikan upaya delay yang mungkin akan terasa menjengkelkan bagi beberapa kalangan penonton, bagaimana pengambilan keputusan dari karakter yang terasa lambat padahal tidak berada dalam tekanan besar berupa rasa takut akan ketinggian. Alhasil ada momen menunggu berisikan sedikit drama, punya potensi untuk terasa menjengkelkan meskipun buat saya itu tidak bersifat merusak sisi fun dan jualan utamanya: kengerian melihat orang dalam posisi genting antara hidup dan mati. Dengan beberapa jump scares serta memanfaatkan visual nerve-wracking itu, Scott Mann sajikan sensasi horror yang mumpuni.
Dengan pace yang cukup tinggi ‘Fall’ berhasil memenuhi ekspektasi awal saya, yakni unnerving thrills. Scott Mann berhasil membuat saya merasakan takut serta bahaya yang Becky dan Hunter hadapi, mempermainkan pikiran dengan presentasi visual yang imersif, sensasi ketinggian itu bahkan sampai ke perut. Disokong kinerja akting Grace Caroline Currey dan Virginia Gardner yang useful, berbagai aksi karakter yang digunakan Mann untuk menjaga irama detak jantung dan nafas penonton tergolong oke meskipun itu tadi, punya potensi untuk menjengkelkan. Tapi tidak pernah saya sangka sebelumnya film tentang dua orang wanita muda yang mencoba menentang bahaya dan gravitasi dengan memanjat TV Tower setinggi 2000 kaki, atau sekitar 600 meter dengan motif tidak begitu meyakinkan di awal, justru berhasil memberi salah satu pengalaman menonton paling memorable di tahun 2022 sejauh ini.
Overall, ‘Fall’ adalah film yang cukup memuaskan. Bukan sebuah survival film yang sangat bagus tapi dengan tampil straightforward di sini Scott Mann membentuk ‘Fall’ menjadi sebuah roller coaster thrill yang sederhana namun efektif, menggunakan perjuangan dua karakter mencari solusi untuk turun dan dengan bantuan CGI yang oke menciptakan sensasi utama yakni visual nerve-wracking dengan horror yang mumpuni, yang kualitasnya mampu membantu menutupi beberapa kekurangan di eksposisi cerita dan karakter. Managed to meet my initial expectations on unnerving thrills, saya tidak akan merekomendasikan film ini untuk ditonton oleh orang-orang yang takut akan ketinggian.
“Please tell me there's a way to get down.”
ReplyDelete