Ada
beberapa hal di dunia percintaan yang kerap kali disederhanakan oleh banyak
orang, salah satunya adalah proses menyatunya lagi dua hati dalam cinta lama
yang bersemi kembali. Padahal dari apa yang selama ini saya perhatikan di
lingkungan sekitar ketika sepasang kekasih telah berpisah maka otomatis mereka
akan kembali ke pola milik mereka sendiri, menjalani hidup sesuai dengan
keinginannya sendiri saja, sehingga butuh waktu untuk dapat kembali mengubah
pola itu, serta berbagai detail lain di dalamnya termasuk ekspektasi, ketika
kembali mencoba merajut kisah cinta yang telah kandas. Justru hal terakhir tadi
sama rumitnya dengan mencoba untuk memulai kisah cinta yang baru, karena kamu
sudah tahu itu pernah gagal dan mencoba untuk menghindari kegagalan serupa
terulang kembali.
Ung
dan Yeon-soo memang tampak lovey dovey ketika mereka memutuskan kembali
bersama, tapi sebenarnya ada gejolak di dalam diri mereka yang digambarkan
secara tepat oleh Sutradara Kim Yoon-jin dan Screenwriter Lee Na-eun. Jelas
tugas Ung dan Yeon-soo adalah to maintain their relationship, caranya dengan
menunjukkan pada pasangan bahwa mereka telah berubah. Sebuah new side yang
dapat mengubur mati ekspektasi buruk tadi, yakni kegagalan jilid dua. Dengan
kondisi sudah saling kenal dan memahami satu sama lain sebelumnya, jelas kapal
itu jadi lebih mudah berlayar tapi you shouldn't lower your guard because it
seems like everything's going okay. Kamu tetap perlu mempersiapkan diri untuk
kemungkinan risiko terburuk, dan juga untuk memacu agar terus berusaha to make
that relationship work out.
Terlebih
lagi mengingat kisah cinta Ung dan Yeon-soo ini punya sisi unik, di mana mereka
putus bukan karena saling benci namun karena ada satu pihak yang tidak ingin
pasangannya harus merasakan sakit saat bersamanya. Itu mengapa pasangan yang
putus secara baik-baik tanpa adanya masalah besar kerap mengalami kesulitan
untuk dapat move on, karena tidak ada hal atau isu yang dapat membuatnya merasa
harus segera meninggalkan mantannya tersebut. Dari high school hingga kini, Ung
dan Yeon-soo mengalami itu, menahan sakit pada diri sendiri demi menghindarkan
sosok yang ia sayangi merasakan sakit yang sedang ia rasakan. Padahal dalam
situasi seperti itu the more you try to run away from it, the more it traps you
in, karena faktanya rela memang tidak semudah kata.
Itu
mengapa saya mudah sekali tersenyum melihat tingkah polah Ung dan Yeon-soo
dalam hal urusan asmara atau percintaan, karena mereka menjadi penggambaran
dari bagaimana jika ego memegang kuasa yang terlalu dominan sehingga membuat
komunikasi yang menjadi salah satu hal penting dalam jalinan asmara jadi
mandek. Alhasil tercipta hopeless romantic, saling menyalahkan diri sendiri
karena merasa tidak mampu menjadi sosok yang reliable bagi pasangannya. Tone
yang digunakan narasi konsisten terasa teduh sejak awal dan juga hadir di empat
episode terakhir ini, tapi tidak demikian dengan emosi yang tersaji, sebuah
proses pendewasaan diri dari tiap karakter yang telah menjalani hidup mereka
secara quite “irresponsible.”
Hal
terakhir tadi yang membuat aftertaste ‘Our Beloved Summer’ terasa manis, apa
yang awalnya tampak memperkenalkan diri sebagai sebuah kisah cinta lama bersemi
kembali dipenuhi bumbu-bumbu klasik romance seperti salah satunya cinta
segitiga, ternyata berkembang menjadi sebuah kisah berisikan momen tahap
self-discovery dari tiap karakternya. Tidak hanya Ung dan Yeon-soo, karakter
lain juga mendapat spotlight dalam porsi yang oke, seperti Kim Ji-ung misalnya
yang selama ini merasa tidak bahagia menjalani hidup karena tidak mampu untuk
keluar dari “cangkang” yang terus membelenggunya, baik itu terkait perasaan
sukanya pada Yeon-soo dan tentu saja konflik antara dirinya dan sang Ibu.
Kisahnya dengan Jeong Chae-ran itu juga mendapat konklusi terbuka yang terasa
manis.
Begitupula
dengan karakter NJ yang jika bicara porsi memang terasa sangat minor dan bahkan
terasa sejajar dengan Gu Eun-ho dan Lee Sol-yi, tapi selain menjalankan
perannya dengan baik untuk memberi sedikit rasa pedas pada proses rekonsiliasi
isi hati di antara dua karakter utama, NJ juga oke sebagai representasi public
figure yang “menolak” untuk ditindas oleh para netizen. Pride memang menjadi
salah satu isu yang disajikan di sini, bagaimana ego kerap menjadi rintangan
namun di sisi lain juga sesuatu yang penting ada dalam diri tiap manusia.
Contohnya adalah Lee Sol-yi terhadap rasa sukanya pada Eun-ho, ada gengsi yang
bermain di sana dan kisah cinta mereka juga berperan membuat cerita jadi terasa
berwarna, dengan cameo lucu dari Kang Ki-Doong.
Itu
yang membuat ‘Our Beloved Summer’ berhasil meninggalkan kesan yang kuat di
akhir cerita, karena ia menawarkan cerita tentang “ordinary life” yang di
dalamnya terdapat berbagai masalah sederhana yang tampak rumit. Narasi sendiri
cenderung stabil di garis lurus, sesekali masalah yang muncul menimbulkan
ledakan tapi dalam kuantitas yang tergolong kecil, seolah Lee Na-eun dan Kim
Yoon-jin menolak untuk membuat akses bagi penonton untuk ikut merasakan yang
sedang karakter alami jadi terasa sulit. Karena memang it's all about
characters state of mind yang terlalu sibuk blaming their surroundings, and
themselves. Tapi coba lihat apa yang terjadi ketika mereka berani untuk
mencoba, to give it a shot before give up entirely. Proses itu memakan waktu
memang, dan dikemas dengan baik di sini.
Empat
episode terakhir ini memang tidak serumit 12 episode sebelumnya dari segi
narasi, terasa lurus tanpa lompatan, namun bukan berarti narasi yang non-linear
di paruh pertama itu telah dilupakan pula. Script dengan benang merah masalah
yang telah dipersiapkan dengan baik, Lee Na-eun berhasil membentuk script yang
terasa fun to follow di sini, berbagai lompatan itu juga sukses membuat narasi
jadi punya energi yang cantik dan membuat konflik yang sebenarnya simple
mengandung kerumitan yang menarik. Dibantu dengan editing yang oke, serta tentu
saja gambar-gambar cantik serta soundtrack yang sangat manis, Sutradara Kim
Yoon-jin berhasil menyajikan visualisasi yang memikat tentang kisah cinta yang
berlandaskan sebuah masalah sederhana pula, yakni ya itu tadi, ketika rela
tidak semudah kata.
Dan
dari sana karakter belajar tentang hidup, terutama menjadi lebih dewasa dalam
melangkah ke depan, diperankan dengan sangat baik oleh Choi Woo-shik, Kim
Da-mi, Kim Sung-cheol dan para Aktor serta Aktris lainnya, ‘Our Beloved Summer’
punya ensemble cast yang tidak mewah tapi merupakan salah satu yang terasa
memorable. Mereka berhasil menampilkan satu bagian penting dari hidup manusia
tadi, sebuah kisah cinta di mana rasa takut dan upaya saling berhadapan untuk
membawa mereka melangkah bersama menuju garis finish. Mungkin akan tampak
sepele tapi hal itu sangat penting di dalam percintaan, terutama bagi mereka
yang sedang “sakit” dan hendak mencoba untuk bangkit kembali di mana salah satu
fase yang harus dilalui adalah mencoba untuk “sembuh” dari luka terlebih
dahulu, menjadi sehat dan siap untuk berlari lebih kencang tanpa ragu, tanpa banyak "what if".
“So let's live together forever. Don't go anywhere. Stay by my side for a very long time.”
ReplyDelete