Saya
rasa kamu juga pasti pernah mengalaminya, yakni menyaksikan dua episode awal
sebuah serial televisi dan merasa bahwa yang baru saja kamu nikmati itu isinya
adalah daging semua. ‘Twenty-Five Twenty-One’ jelas bukan yang pertama tapi
satu tahun ke belakang sulit bagi saya untuk menemukan serial yang sejak menit
pertama hingga momen terakhir episode pembukanya (dalam case ini digabung
menjadi dua episode) tidak memiliki momen kosong yang sekedar useless filler
semata. Di tahun lalu ada beberapa dan senang rasanya kembali menemukan itu di
karya terbaru dari Sutradara ‘Mr. Sunshine’ ini yang sukses membentuk 115 menit
total durasi menjadi arena menyenangkan bagi penonton untuk bertemu dan
berkenalan dengan karakter serta pondasi masalah yang sedang mereka hadapi.


Konsepnya
sendiri menarik dan script yang ditulis oleh Kwon Do-eun merangkai tiap bagian
menjadi tahapan yang menyenangkan untuk diikuti. Membawa penonton bertemu
dengan Na Hee-do di present time memberikan akses yang mudah untuk merasa dekat
dengan karakter tersebut, meskipun saat ini lebih sering menyoroti sang anak
yang bernama Kim Min-chae namun jelas fokus tertuju pada isi diary milik
Hee-do. Yang ternyata berisikan kisah menarik tentang beberapa isu, salah
satunya adalah sikap pantang menyerah mengejar impian. Olahraga Anggar jelas
berperan sangat penting di sini, digunakan untuk menunjukkan dan
mengekspolitasi secara lincah sikap Hee-do untuk mengejar mimpinya yang
sederhana, yakni ingin berada satu tim dengan Go Yoo-rim, juara medali emas
yang ia kagumi.


Kwon
Do-eun pintar dalam membangun tahapan cerita sedangkan Sutradara Jung Ji-hyun
piawai dalam membentuknya menjadi ekposisi dengan pesona dan energi yang candu.
Untuk yang terakhir tadi sumbernya adalah Na Hee-do, wanita muda yang memiliki
aura eksentrik begitu kuat, tiap langkahnya seperti terjadi dengan kondisi
baterai terisi penuh sehingga selalu menunjukkan sengatan, yang sukses membuat
penonton merasa seperti ikut berjalan di sampingnya. Ketika ia bertemu
rintangan saya merasakan sedihnya, ketika Hee-do gembira saya juga ikut
tertawa, dan ketika ia sedang berjuang untuk menang saya terdorong untuk ikut
memberikan dukungan semangat. Hee-do bukan karakter one in million, namun tipe
karakter klasik yang sukses dibentuk kembali menjadi sangat segar.


Pencapaian
yang tidak terlepas dari kinerja akting seorang Kim Tae-ri, casting yang sangat
brilliant memberi karakter tersebut untuk Tae-ri tangani, yang saat berurusan
dengan emosi jelas kemampuannya tidak perlu diragukan lagi. Kejutan muncul dari
kepiawaiannya dalam memoles sisi komikal Na Hee-do agar terasa subtle dan tidak
terkesan overdo, memang dibantu pula oleh cinematography dengan tatanan yang
cantik, dari long shot hingga close-up, tapi driving force utama adalah kinerja
akting Tae-ri yang tampil dengan range variatif. Saya dengan mudah dibuat jatuh
hati pada Hee-do yang kemudian tanpa pergeseran yang mencolok perlahan juga
merasa suka dengan karakter lain. Yang pertama Baek Yi-jin, dan tepuk tangan
bagi Management SOOP karena kembali memilih project yang tepat bagi Nam
Joo-hyuk.


Sebenarnya
jika dibandingkan dengan kejutan dari Kim Tae-ri tadi maka tidak ada yang
terasa mencolok dari Nam Joo-hyuk, Yi-jin seperti copy paste dari sosok Nam
Do-san di ‘Start-Up’ dengan kondisi yang terbalik, namun pesonanya tetap sama
yaitu seorang pria muda yang harus berjuang kembali ke puncak serta berperan
sebagai guardian angel bagi seorang wanita muda. Sangat mewakili makna dari
judul serial ini sendiri, angka 2521 yang jika dilihat dari “Spiritual Meaning”
menandakan sebuah perjuangan yang memiliki keinginan yang mendalam untuk
mencapai hal-hal yang lebih besar, yakni dengan fokus pada impian besar
tersebut dan bekerja secara cerdas untuk mewujudkannya. Hee-do dan Yi-jin
ditempatkan pada posisi tersebut, dan mereka membantu satu sama lain, become
each other's angels.


Salah
satu masalah dengan menggunakan dampak krisis moneter 1998 itu berperan penting
bagi pengembangan karakter Yi-jin, dan sejauh ini meskipun belum digali terlalu
jauh tapi sudah punya pondasi yang oke dengan duduk masalah yang jelas,
terutama bagi Yi-jin dan perjuangannya untuk bangkit kembali. Dari sana koneksi
lain terbentuk yang mengikutsertakan Go Yoo-rim, sosok yang ternyata memberikan
salah satu kejutan pula lewat kondisinya kini serta trauma di masa lalu. Di
awal saya berekspektasi bahwa akan muncul kisah cinta segitiga antara Hee-do,
Yi-jin, dan juga Yoo-rim namun tampaknya karakter Moon Ji-woong akan punya
peran yang penting dan tidak hanya sekedar menjadi pretty boys saja. Justru
cinta segitiga itu sepertinya akan bergeser ke supporting, antara Yoo-rim,
Ji-woong, dan Ji Seung-wan.


Tentu
itu akan menjadi bumbu yang menarik bagi konflik utama yang telah hadir dengan
perpaduan komposisi tone yang terasa kokoh. Di satu momen kamu dibuat sedikit
larut dengan emosi muram Hee-do saat dia ampak kesulitan untuk meraih
impiannya, tapi tidak lama dari sana muncul komedi lucu yang mengocok perut,
lalu kemudian ada momen romantis serta potongan narasi yang mencoba membuatmu
terikat bersama suspense sederhana yang memikat. Perpaduan seperti itu membuat
‘Twenty-Five Twenty-One’ terasa sangat menyenangkan diikuti, penonton kini
telah menantikan konflik berkembang menjadi lebih rumit namun di sisi lain saya
merasa yakin bahwa perjalanan ini akan menjadi rollercoaster yang menyenangkan
dipenuhi energi jiwa muda yang menarik, ketika rintangan dihancurkan oleh
harapan.
“The times took everything from you. You can't give up on happiness.”
ReplyDelete