Jujur
saja saya sedikit menyesal karena keterbatasan waktu harus menulis review part
selanjutnya ini ketika ‘Lovers of the Red Sky’ telah masuk ke episode 12, yang
berarti harus mengcover enam episode sekaligus. Karena banyak hal menarik yang terjadi
setelah episode keenam itu, baik dari sisi kisah cinta antara Chun-gi bersama
Ha Ram, proses pembuatan lukisan tentunya, serta konflik berisikan intrik
politik yang telah eksis sejak awal. Yang pertama menarik di untuk dibahas
ialah bagaimana hubungan antara Ha Ram dan Chun-gi dengan cepat langsung
membentuk kembali koneksinya, meski telah terpisah cukup lama, salah satunya
adalah ketika Ha Ram menyelamatkan Chun-gi dari hukuman Prince Juhyang.
Yang
saya suka dari Ha Ram adalah dia memang tampak tenang dan kekurangan di matanya
itu membuat orang-orang di sekitarnya jadi tidak merasa “terancam” akan
eksistensinya, hal yang membuat mereka tidak tahu betapa cerdiknya Ha Ram.
Lihat saja bagaimana ia membangun rencana balas dendam itu, ia telah menetapkan
target yang jelas dan kemunculan Chun-gi membuatnya semakin terbantu. Kisah
hidupnya Chun-gi sendiri di enam episode ini memang naik dan turun, dari momen
ketika ia berhasil diterima bergabung dengan Gohwawon, meski awalnya menolak
bergabung dengan alasan harus merawat Ayahnya. Itu momen ketika Prince
Yangmyung datang dan menunjukkan ia kompetitor yang menarik bagi Ha Ram.
Saya
suka jalinan antar bagian cerita di sini, eksposisi yang disajikan terasa
lembut dan manis, contohnya lewat Yangmyung pula Chun-gi akhirnya tahu alasan
kejiwaan sang ayah menjadi terganggu, karena dulu sang ayah merupakan pelukis
foto Raja yang terbakar itu. Yangmyun mengajak Chun-gi bergabung agar dapat
mencari tahu mengapa lukisan foto raja itu membuat sang ayah jadi gila. Contoh
lain adalah saat Samshin muncul dan memberi sihir yang mengarahkan Chun-gi
tersesat ke rumah Ha Ram, dan di sana ia mengucapkan terima kasih tapi juga
menyatakan bahwa dia akan mencoba melupakan anak laki-laki yang ia sayangi
dahulu jika memang dia menolak untuk lupa akan Chun-gi.
Mungkin
terkesan ganjil pada awalnya namun sikap Chun-gi tersebut justru adalah
penggambaran dari permainan di dalam kisah cinta, keputusannya memilih untuk
mundur itu justru membuat membuat Ha Ram sadar dan mengejar Chun-gi, yang kala
itu telah bersama Yangmyung berjalan di tengah guyuran hujan. Satu sisi saya
suka dengan tekad dan ambisi Ha Ram untuk membalaskan dendamnya tapi di sisi
lain tentu saja saya ingin agar fokus terhadap hubungannya dengan Chun-gi dapat
bergerak menuju titik yang saya harapkan, yakni terjalinnya kembali benang yang
telah putus itu. Sikap Ha Ram yang meminta Chun-gi untuk berpura-pura tidak
mengenalnya sementara waktu menjadi konflik sementara untuk mendorong narasi
hingga kemudian kejutan lainnya itu tiba.
Momen
ketika pada akhirnya Yangmyung dan Chung-gi melihat secara langsung saat Ha Ram
sedang kerasukan. Salah satu pertanyaan lain yang telah eksis sejak kemunculan
perdana si iblis di dalam hutan itu adalah bagaimana cara memisahkan iblis itu
keluar dari tubuhnya Ha Ram? Lukisan sang Raja terus didorong menjadi semacam
solusi yang diharapkan tapi apakah taruhannya hanya di sana? King Seongjo
merasa waktunya tidak banyak lagi, dia meminta proses pembuatan lukisan
dipercepat menjadi satu bulan dan itu menciptakan kondisi genting yang penonton
harapkan hadir, memberi tekanan kepada karakter untuk semakin berpacu mengejar
target yang ingin mereka raih.
Salah
satunya tentu saja Prince Juhyang, bersama Mi-soo berencana “menggagalkan”
rencana King Seojong dengan menggunakan pesaing Chun-gi saat kompetisi dan
mengendalikannya dengan menggunakan black magic merupakan salah satu jalan yang
mereka tempuh. Gesekan di antara Prince Juhyang dan Yangmyung semakin sengit
pula dengan menggunakan isu penyerahan tahta itu, meskipun sebenarnya jika
berbicara tentang fungsi maka Prince Juhyang ini terasa unik. Kita bisa lihat
ia punya ambisi yang besar dan ditempatkan pada posisi antagonis tapi sementara
kita dibuat sibuk dengan lukisan dan kisah cinta segitiga di sisi lain rencana
yang disusun oleh Prince Juhyang dan tim-nya tidak pernah didorong terlalu jauh
untuk tampak mengerikan. Terlebih kita tahu, Prince Juhyang butuh iblis agar
lukanya sembuh.
Bahkan
di episode 12 kamu bisa lihat sendiri ketika Ha Ram mengirimi dua surat kepada
dua calon penguasa untuk memancing mereka keluar dari “kandang” mereka
masing-masing. Ha Ram pakai teknik adu domba dan itu menjadi titik awal dimulai
pertarungan politik yang sejak awal seperti saling menunggu satu sama lain
untuk membuat first move. Momen awalnya sendiri adalah ketika Ha Ram ditangkap
atas tuduhan pembunuhan, namun sebelum itu ia meminta Chun-gi untuk keluar dari
negara dan menjauh darinya. Tapi kini Chun-gi telah tahu apa yang sebenarnya
terjadi, ia semakin bertekad untuk menyelesaikan lukisan itu demi menangkap
iblis yang masih menguasai tubuh Ha Ram, sosok yang telah menyatakan cintanya
kepada Chun-gi.
Ya,
menarik untuk dinantikan bagaimana kisah cinta itu akan berakhir meskipun
memang hadir beberapa clue di episode terakhir. Pada awalnya Yangmyeong tidak
mundur, memilih fight untuk mendapatkan Chun-gi, tapi celakanya Chun-gi justru
ditugaskan untuk melukis restorasi peta yang membuatnya harus bekerja sama
dengan tim astronomi Ha Ram. Itu menjadi jalan yang manis dari aksi tarik
tambang antara Ha Ram dan Yangmyeong, terlebih ketika Yangmyeong lantas memilih
untuk menjadi pendamping Chun-gi di malam hari untuk melukis foto Raja,
Yangmyeong akan mengarahkan Chun-gi detail wajah dari foto sang kakek yang
pernah ia lihat. Cheesy memang tapi masuk akal, menjadi sumber gesekan di
elemen romance meski memang tone cerita telah bergeser menjadi sedikit lebih
dark.
Tersisa
empat episode dan saya excited dengan bagaimana rangkaian masalah yang telah
terbentuk itu akan diselesaikan. Semuanya telah dipersiapkan sebenarnya agar
Chun-gi dapat maju dan menyelesaikan tugasnya, dari sejak Samshin memberikan
pelindung di dalam diri Ho Ryeong, pelukis legendaris bernama Hwacha yang juga
muncul untuk melindungi Chun-gi, hingga tentu saja Yangmyeong yang di sini kamu
bisa lihat perannya mirip seperti Han Ji-pyeong di ‘Start-Up’, ia justru
melindungi Chun-gi ketika Ha Ram sibuk mengejar mimpi dan ambisinya. Tapi
namanya cinta tentu tidak bisa dipaksa, kita lihat saja momen ketika lukisan
pertama Chun-gi tidak bisa digunakan untuk ritual karena ia tidak fokus dalam
melukis, pikirannya justru dihantui rasa cemas pada kondisi Ha Ram.
“Before you regret it, pluck up the courage to do what you want or must be done.”
ReplyDelete