“There's no true or false. The truth is
what you believe in.”
Ketika mencoba menjalin koneksi antara Jepang dan komedi maka sulit untuk tidak tersenyum karena komedi versi Jepang memiliki ciri khas yang sangat mudah untuk dikenali, dan mungkin dinikmati. Mereka sangat jarang mencoba tampil implisit dan justru lebih mengedepankan upaya mengocok perut penontonnya secara langsung, mayoritas lewat aksi atau tingkah konyol. Film ini berawal dari televisi, kemudian ia berpindah ke layar yang lebih lebar dan tiba di film keduanya di mana film pertama sendiri berhasil menunjukkan alasan mengapa serial televisi-nya itu berhasil tampil menghibur dengan sangat baik. ‘The Confidence Man JP: Princess’ : a heist comedy with leisure laughs.
Setelah berusaha mencuri berlian dari seorang anggota Triad di Hong Kong, Dako (Masami Nagasawa), Boku-chan (Masahiro Higashide) dan Richard (Fumiyo Kohinata) kini mengalihkan target mereka ke Asia Tenggara, mata tertuju pada satu keluarga kaya raya di Langkawi yang kini kondisinya sedang goyah. Seorang pria bernama Raymond Fuu meninggal dunia dan dalam waktu dekat surat wasiat berisikan harta berlimpah miliknya akan dibacakan kepada tiga orang anaknya, Bridget Fuu (Vivian Hsu), Andrew Fuu (Alan Shirahama), dan Christopher Fuu (Yuta Furukawa).
Ada uang senilai 10 triliun Yen milik Raymond dan lewat tangan kanan yang telah ia percayakan, Tony Ting (Kyohei Shibata), satu dari tiga anaknya tadi Raymond tunjuk untuk menjadi kepala keluarga baru dan mengelola harta tersebut. Dako, Boku-chan, dan Richard melihat peluang besar di sana dan mulai menyusun rencana penipuan. Kali ini mereka menggunakan anak perempuan bernama Kokkuri (Nagisa Sekimizu) untuk ikut dalam pencarian yang sedang berlangsung terhadap anak hasil hubungan terlarang Raymond yang bernama Michelle Fuu.
Sedikit info singkat bagi kamu yang belum kenal dengan 'The Confidence Man JP' sebelumnya. Berawal dari serial televisi yang sangat menghibur di tahun 2018 yang lalu ‘The Confidence Man JP’ merupakan kisah tentang tiga orang penipu di mana mereka mencoba mencuri uang dalam jumlah besar, lantas kemudian berpindah ke layar lebar setahun kemudian, tetap menggunakan format judul yang sama namun dengan tambahan kata romance di bagian belakangnya. Di tahun selanjutnya mereka kembali hadir dan kali ini mencoba melebarkan arena bermain mereka, menuju Asia Tenggara namun tetap mengandalkan pola bermain yang telah mereka punya.
Dan sebagai penonton yang telah terlebih dahulu menonton serial televisi-nya serta film pertamanya itu saya tidak masalah dengan keputusan dari Screenwriter Ryota Kosawa dan Sutradara Ryo Tanaka itu, karena yang saya cari dari film ini adalah hal itu, sajian konyol yang meskipun terasa liar dan nakal namun tetap tertata dengan baik. Lantas bagaimana jika kamu belum pernah menonton serial televisi serta film pertamanya? Mungkin akan dibutuhkan sedikit waktu untuk mengenal tiga karakter utama meskipun pesona mereka sendiri terasa mencolok sehingga tidak sulit untuk merasa langsung klik dengan karakterisasi yang mereka miliki.
Dan hal terakhir tadi itu sangat penting untuk dapat menikmati film ini karena yang coba didorong oleh Penulis cerita dan Sutradara adalah menyaksikan tiga karakter utama dan beberapa karakter pendukung lainnya menjalankan rencana licik yang telah mereka susun sedemikian rupa. Harus diakui upaya membawa cerita menuju Malaysia merupakan sebuah strategi dan itu berhasil terutama untuk sajian visual yang berhasil menyajikan beberapa gambar menarik. Kondisi asing yang kini harus dihadapi oleh Dako, Boku-chan, dan Richard juga jadi semacam rintangan tersendiri terlebih kini ada Kokuri yang harus mereka latih dan jaga.
Ceritanya sendiri tidak banyak berbeda jika dibandingkan dengan film pertama serta serial televisi-nya, narasi bergerak cepat dengan langsung mempertemukan berbagai potongan puzzle dengan penonton, dipenuhi dengan energi dan vibe yang menarik untuk diikuti serta mampu menutup beberapa kelemahan di sektor cerita itu sendiri. Trik yang dipakai juga masih sama, perpaduan Lupin the Third dan Ocean's Eleven kembali hadir dengan fokus pada cerita yang terpecah menjadi beberapa potongan. Sekilas mereka seperti tampak tidak memiliki urgensi tapi alur cerita tetap mengalir dengan baik terutama eksposisi terhadap hubungan sebab dan akibat pada konflik.
Memang kesan disjointed itu muncul tapi tidak pernah berhasil mengganggu narasi untuk terus melaju dengan baik, terlebih jika kamu fokus pada goals utama dan juga bagaimana emosi bermain di sana. Dan satu hal penting lainnya adalah predictable tentu lekat dengan ‘The Confidence Man JP’ tapi jangan anggap remeh kemampuan twists yang disajikan Ryota Kosawa dan Ryo Tanaka, meskipun klasik namun selalu sukses mengundang decak kagum sejak serial televisinya dulu. Hal tersebut kembali terulang di film kedua ini terutama pada timing kejutan itu hadir, penempatan yang tidak hanya sekedar upaya untuk tampak keren saja tapi mengeskalasi kualitas film secara keseluruhan.
Meskipun memang tidak pernah sampai luar biasa karena sejak awal setting sudah ditetapkan pada range medium, sebuah sajian komedi yang ringan dan santai serta mampu membuat penontonnya tertawa geli, syukur-syukur jika dapat larut di dalam emosi. Tiga pemeran utamanya, Masami Nagasawa, Masahiro Higashide dan Fumiyo Kohinata kembali tampil baik dengan karakter mereka di mana nama pertama lagi-lagi sukses menjadi leader dengan pesona yang kuat. Vivian Hsu, Alan Shirahama, dan Yuta Furukawa juga oke meski mereka sedikit kalah dari Kyohei Shibata. Tampil sebagai Michelle Fuu, Nagisa Sekimizu juga terhitung oke dan efektif. Rest in peace Haruma Miura dan Yuko Takeuchi.
Overall, ‘The Confidence Man JP: Princess’ adalah film yang memuaskan. Film kedua ini berhasil memberikan apa yang saya harapkan dari pengalaman berlibur bersama Dako, Boku-chan, dan Richard, menyaksikan mereka kembali melakukan rencana licik dan penuh trik itu dengan bertumpu pada keceriaan yang sukses mengundang gelak tawa. Tentu mereka hadir dengan kelemahan yang terasa identik dengan film pertama serta serial televisinya, namun jelas aksi mencuri di Malaysia ini menjadi bukti bagaimana Ryota Kosawa dan Ryo Tanaka seperti belum kehabisan akal untuk mengolah kembali berbagai materi heist comedy klasik itu menjadi sebuah hiburan yang ringan dan menyenangkan.
I wonder what nobility really is. It has nothing to do with wealth. It's about wishing for someone's happiness. Only a pure heart creates miracles. This world must be full of small miracles. :)
ReplyDelete