“I'm the worst mistake you'll ever make.”
Membantu orang miskin atau ekonomi lemah tapi sambil direkam menggunakan handphone atau kamera? Familiar? Di berbagai sosial media hal tersebut semakin mudah ditemukan, kemudian membuat beberapa di antara kita “mempertanyakan” ketulusan hati dari orang yang memberi bantuan tersebut. Pola pikir yang critical dari manusia kerap muncul di momen itu, tapi merupakan sesuatu yang wajar karena memang tidak semua orang memberi tanpa pamrih, seperti yang menjadi kegiatan utama karakter utama film ini. ‘I Care a Lot’ : a fun ding-dong caper.
Pria bernama Feldstrom (Macon Blair) tidak bisa menyembunyikan amarah dan rasa kesalnya ketika hakim memutuskan bahwa orangtuanya kini, secara hukum, berada di bawah pengawasan Marla Grayson (Rosamund Pike). Bersama dengan rekannya Fran (Eiza González), Marla memang menekuni profesi sebagai legal guardian yang bertugas untuk membantu merawat dan mengawasi warga Massachusetts yang telah berusia lanjut. Sekilas apa yang dikerjakan oleh Marla dan Fran tampak mulia tapi faktanya mereka menggunakan pekerjaan tersebut untuk meraup keuntungan.
Marla memang seorang yang sangat ahli dalam hal meyakinkan hakim, ia juga punya rasa percaya diri serta sikap berani yang sangat kuat, tidak heran semua rencananya berjalan sesuai dengan yang ia telah persiapkan. Hingga mereka bertemu Jennifer Peterson (Dianne Wiest) sebagai “korban” baru. Jennifer ternyata bukan orang biasa karena ia berhasil membuat pengacara bernama Dean Ericson (Chris Messina) datang untuk bernegosiasi dengan Marla sebelumnya wanita cerdik itu bertemu dengan pria bernama Roman Lunyov (Peter Dinklage), seorang crime lord.
‘I Care a Lot’ merupakan perpaduan crime, thriller, dan comedy yang charming sejak awal lalu terus berkembang menjadi kombinasi yang semakin menarik seiring durasi berjalan. Ada kesan ganjil yang terasa sangat kuat sejak pertama kali karakter Marla mempertontonkan keahliannya bersilat lidah di hadapan hakim, langsung timbul kesan bahwa karakter utama kita ini merupakan seorang wanita tangguh yang sulit untuk dijinakkan. Ya, dijinakkan, karena cara ia bermain di bidang yang sedang ia coba kuasai itu terasa liar dan nakal, tidak segan melakukan hal-hal “kotor” namun mampu menggunakan link yang ia punya untuk membuat hal tadi tampak bersih.
Tapi yang membuat ‘I Care a Lot’ ini berhasil menjaga kualitasnya yang oke itu sejak awal hingga akhir bukan hanya karena pesona karakter Marla semata saja. Mungkin faktor terbesarnya adalah karena di dalam cerita kita punya karakter yang meski berada di posisi berbeda namun mereka seperti punya kartu anggota serupa, yakni seorang yang melakukan aksi atau tindak kejahatan. Marla beberapa kali berkata bahwa ia peduli dengan orang-orang yang “terpilih” untuk diawasi kehidupannya tapi hal itu merupakan semacam ironi yang digunakan oleh Sutradara J Blakeson di sini, mengandung jab kecil terhadap kondisi sosial sekarang ini.
Semakin mudah memang menemukan “kepalsuan” seperti yang dilakukan Marla dan Fran di kehidupan bermasyarakat sekarang ini, tidak heran elemen komedi mampu tampil menggelitik lewat berbagai aksi eksentrik. Sejak dia berhasil memenangkan peradilan di bagian awal image Marla dan Fran langsung mengarah ke posisi sebagai seorang antagonis, dari sana penonton kemudian menyaksikan bagaimana karakter Jennifer seolah didorong untuk menggantikan posisi wanita-wanita tadi sebagai protagonis, melihatnya dipaksa masuk ke dalam situasi yang telah disusun dengan rapi oleh Marla dan Fran. Dan dari sana narasi dari J Blakeson tampil mengejutkan.
Pada awalnya ini tampak akan mengarah kepada upaya jahat memakai healthcare sebagai jalan, tapi ternyata yang muncul jauh lebih rumit dari itu. Karakter kejutan tersebut juga hadir dengan membawa pesona serupa, dia tidak mempertontonkan secara langsung bahwa ia adalah sosok yang jahat di paruh pertama, tapi menaruh asumsi bahwa ia merupakan good people juga terasa sulit. Ada kesan ambigu yang kuat dalam dirinya, penonton seperti dibukakan pintu jika memang ingin menaruh simpati padanya, celah yang sangat menarik jujur saja karena kelakuan dua karakter wanita utama kita yang nakal tadi. Ding-dong.
J Blakeson membuat pesona tiga karakter wanita tadi menjadi rancu, apa saya harus dukung salah satu dari mereka, terlebih ketika karakter kejutan itu membuat jalinan serta benang merah cerita menjadi sedikit lebih rumit lagi. Ada isu ketidakadilan di sana tapi juga disandingkan oleh J Blakeson dengan isu lain seperti keterbatasan yang dimiliki oleh manusia lanjut usia. Alhasil hadir aksi tarik dan ulur yang menarik dan saya suka cara J Blakeson merangkai alur agar tidak berkembang terlalu cepat tapi juga tidak kehilangan ketukannya. Dinamis memang, dibantu editing yang oke serta score yang sukses menjaga dark ambient cerita terus bersinar.
Tapi jika ditanya apa hal paling memorable dari film ini selain narasinya yang sukses mengaduk-aduk dengan baik konflik sederhana itu, tentu saja kinerja akting dari para aktor-nya. Memilih Rosamund Pike sebagai Marla merupakan keputusan casting yang sangat baik, ia diberkahi dengan karakter wajah dingin sehingga sangat cocok dengan karakter Marla, kesan nasty tapi catchy dari seorang wanita penuh ambisi berhasil ditampilkan dengan sangat baik olehnya. Di sampingnya ada Peter Dinklage, digunakan sebagai poacher namun mampu menyajikan presence kuat Roman ketika muncul, sedangkan Eiza González dan Dianne Wiest tampil baik dengan karakter mereka masing-masing.
Overall, ‘I Care a Lot’ adalah film yang memuaskan. Sebuah crime comedy yang nasty memang dan dari luar tampak seperti sebuah perayaan terhadap aksi kejahatan, tapi di dalam cerita yang ia susun Sutradara J Blakeson justru mampu menampilkan isu yang lebih luas lagi tentang arti “good people” yang ia usung sejak awal. Meski punch yang dihasilkan terasa tidak sangat kuat namun dibantu dengan narasi yang oke serta kinerja akting yang compact dari para aktor, ‘I Care a Lot’ merupakan sentilan yang liar dan nakal tentang amoralitas yang menjadi bagian kehidupan manusia saat ini.
“Trust me, there's no such thing as good people.”
ReplyDelete