TV Series Review: The Penthouse: War in Life - Part 8 (Felina)

“The skies will eventually side with the rich.”

Seorang wanita terjatuh dari lantai 100 sebuah gedung pencakar langit di kota Seoul, gedung yang merupakan sebuah penthouse di mana di dalamnya terbagi dua kelas, yaitu low zone dan juga high zone. Seolah menjadi lambang sebagai puncak dari kesuksesan di high society tidak heran banyak orang berlomba-lomba agar bisa menjadi “Ratu” penghuni lantai 100, mendapatkan kesuksesan sebagai pembuktian diri meskipun menggunakan cara yang kotor dan keji.   

Sinopsis:

Shim Soo-ryeon (Lee Ji-ah) tidak pernah hidup miskin, kini ia tinggal di Hera Palace bersama sang suami Joo Dan-tae (Um Ki-joon) dan kedua anak mereka, di lantai 100 puncak gedung yang berada di kawasan Gangnam itu dan merupakan milik keluarga mereka. Tidak heran jika Soo-ryeon membuat iri banyak wanita lain, salah satunya Cheon Seo-jin (Kim So-yeon), seorang Istri Dokter yang punya aura dingin dan merupakan guru musik klasik yang terkenal. Seo-jin ternyata menyimpan hasrat untuk bisa berada di posisi Soo-ryeon, dan Seo-jin tahu jalan satu-satunya untuk mendapatkan posisi tersebut adalah dengan menjadi Ratu bagi sang Raja.

Punya tekad yang kuat Seo-jin bersedia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan targetnya, sama seperti wanita yang punya bad blood dengan Seo-jin, Oh Yoon-hee (Eugene). Yoon-hee tidak pernah hidup kaya raya selama hidupnya dan kini sebagai single mother ia bersedia untuk mendukung anak perempuannya Bae Ro-na (Kim Hyun-soo) yang bercita-cita menjadi penyanyi musik klasik. Alasannya adalah karena Yoon-hee ingin membalaskan dendam ketika dulu di sebuah kompetisi menyanyi dirinya “dicurangi” oleh Seo-jin yang punya harta dan tahta, dan Yoon-hee tahu jalan satu-satunya adalah dengan mengantarkan Ro-na meraih kesuksesan.

The Penthouse: War in Life

Title: 펜트하우스 / Penteuhauseu

Also Known As: Penthouse

Genre: Drama, Suspense

Director: Joo Dong-min

Writer: Kim Soon-ok

Broadcast Network: SBS

 

Cast:

Lee Ji-ah as Shim Soo-ryeon

Kim So-yeon as Cheon Seo-jin

Eugene as Oh Yoon-hee

Um Ki-joon as Joo Dan-tae

Yoon Jong-hoon as Ha Yoon-cheol

Bong Tae-kyu as Lee Kyu-jin

Yoon Joo-hee as Go Sang-ah

Shin Eun-kyung as Kang Ma-ri

Kim Hyun-soo as Bae Ro-na

Han Ji-hyun as Joo Seok-kyung

Kim Young-dae as Joo Seok-hoon

Jin Ji-hee as Yoo Jenny

Choi Ye-bin as Ha Eun-byeol

Lee Tae-vin as Lee Min-hyeok

Na So-ye as Joo Hye-in

Jo Soo-min as Anna Lee/Min Seol-ah

Heo Sung-tae as Ma-ri's husband

Seo Hye-rin as Kyu-jin's mother

Park Eun-seok as Goo Ho-dong

Ha Do-Kwon as Ma Du-ki

Jung Ah-mi as Chairwoman Song

Lee Cheol-min as Yoon Tae-Joo

Lee Hyo-bi as Seol-ah's younger sister

Kim Ro-sa as Yang Mi-ok

Jung Sung-mo as Cheon Seo-Jin's father

Ha-min as Cheon Seo-Jin's mother

Kim Dong-hyun as Principal Kim Chi-Soo

Byeon Woo-min as Jo Sang-heon

 

[Spoiler Alert]

The Penthouse: War in Life

Episode 18 - Episode 21

Yes, people shouldn't live on as if nothing happened after committing a sin. Harus ada "ganjaran" bagi mereka untuk belajar dan ikut merasakan sakit dari perbuatan keji atau jahat yang pernah mereka lakukan. Memaafkan memang tidak mudah dan hal tersebut yang dipilih oleh Shim Su-ryeon untuk membalaskan amarah dan rasa sakit hati-nya kepada orang-orang yang terlibat di balik kematian Min Seol-ah. Saya merasa puas dengan cara Screenwriter Kim Soon-ok serta Sutradara Joo Dong-min dalam memporakporandakan emosi saya terhadap situasi yang terjadi, menyaksikan karakter akhirnya mendapatkan hukuman yang layak mereka dapatkan meski di sisi lain tetap meninggalkan beberapa pihak sebagai korban lewat munculnya berbagai kejutan besar.

Kejutan itu sendiri sebenarnya lebih ke arah sebuah twist klasik yang telah tersusun rapi sejak awal, dan tentu saja ikut pula terbantu karakterisasi kuat yang dimiliki oleh beberapa karakter. Salah satunya adalah Joo Dan-tae. Kita tahu sedari awal dia adalah satu dari beberapa karakter yang ditempatkan untuk mengisi pos antagonis, menjadi sumber pemicu amarah penonton lewat rencana dan aksi keji mereka dalam mengejar ambisi dan mimpi yang tinggi. Jujur saja ada perasaan senang saat melihat Dan-tae dan Seo-jin mulai bertemu berbagai kejutan yang membuat hidup mereka jadi terasa sulit, tapi ternyata Screenwriter punya rencana lain bagi dua karakter ini dan cara untuk membuat mereka tetap “hidup” adalah dengan menyajikan kejutan besar lewat Dan-tae.

Sulit untuk tidak merasa kesal dengan sikap Joo Dan-tae terutama dengan sikap licik di mana ia menggunakan Oh Yoon-hee sebagai korban demi menyukseskan rencana jahatnya itu. Tapi harus diakui berbagai belokan tajam di dalam cerita seperti yang dilakukan oleh Dan-tae dikemas dengan baik, rapi, dan juga terasa padat. Contohnya tentu saja pada proses terungkapnya misteri terbesar sejak awal, yakni bagaimana cara terungkapnya pembunuh Min Seol-ah, yaitu Oh Yoon-hee, agar diketahui oleh para penghuni Hera Palace? Dan bagaimana reaksi Shim Su-ryeon serta Gu Ho-dong terhadap fakta bahwa pelaku pembunuhan sosok yang mereka sayangi itu ternyata selama ini merupakan bagian dari tim mereka sendiri, sosok yang bahkan sempat di satu titik menjadi buta dan serakah untuk meraih yang lebih “besar” lagi.

Situasi itu yang digunakan dengan baik oleh Joo Dong-min untuk membuat amarah dan emosi para penonton seperti terombang-ambing dengan sangat kuat. Hal terbaik di bagian ini adalah bagaimana Joo Dong-min dan Kim Soon-ok berhasil menciptakan narasi yang bergerak cepat namun tetap terasa padat, memainkan tempo dengan baik di mana cerita dipenuhi momen menegangkan namun tetap memiliki ruang bagi emosi untuk tampil bersinar. Kualitas editing tentu punya peran yang tidak kalah penting begitupula dengan cinematography yang menangkap emosi karakter dengan baik lewat gambar-gambar yang manis dan kemudian dibungkus oleh scoring yang kuat dan impactful itu. Sektor teknis ‘The Penthouse: War in Life’ ini adalah salah satu favorit saya dalam beberapa tahun terakhir, dramatisasi hidup karenanya.

‘The Penthouse: War in Life’ adalah sebuah makjang drama dan mengemban label tersebut ia tampil tidak mengecewakan. Pencapaian terbaiknya tentu saja kualitas dari dramatisasi yang sudah mencuri perhatian sejak awal, bagaimana ia memainkan isu sosial seperti harta dan tahta serta berbagai isu lain yang juga mudah ditemukan sekarang ini untuk menjadi bubuk mesiu bagi berbagai ledakan di dalam cerita. Saya sebenarnya tidak begitu cinta dengan tipe drama seperti ini karena jika tidak mampu dikemas dengan baik maka berbagai dramatisasi yang tampil dalam “tone” tinggi itu mudah untuk jatuh menjadi sesuatu yang terasa berlebihan dan juga menjengkelkan saat diikuti. Tapi ‘The Penthouse: War in Life’ ini berbeda, sejak awal hingga akhir tidak ada kesan negatif yang muncul pada teknik presentasi yang disajikan.

Yang muncul justru bagaimana saya terpukau dengan cara Sutradara, Screenwriter, dan tim produksi dalam meyatukan tiap momen agar menjadi rangkaian yang terus mencoba menguras emosi penontonnya dengan cara yang menawan. Pencapaian itu tentu banyak terbantu dari konflik serta isu yang dibawa cerita, sangat mudah untuk ikut terbawa suasana di dalam berbagai pertikaian antar karakter dan menyaksikan mereka mencoba untuk saling menjatuhkan satu sama lain. Tapi yang menarik ialah pertikaian tersebut tidak hanya menjadi sebuah ajang untuk show off saja namun juga sebagai sebuah sindiran dan kritik yang implisit terhadap kondisi sosial yang kita jalani sekarang ini. Apakah salah menjadi orang kaya raya? Tentu saja tidak tapi kelebihan tersebut akan menjadi salah jika tidak digunakan dengan tepat.

Ya, saya tahu, matamu pasti tertuju pada Joo Dan-tae dan Cheon Seo-jin tapi jangan lupakan pula bagaimana karakter seperti Oh Yoon-hee yang pada awalnya dulu saya anggap sebagai satu-satunya karakter “waras” di dalam cerita ternyata juga berubah setelah terjebak di dalam ambisi yang tidak terkendali. Dibanding dengan dua nama sebelumnya Oh Yoon-hee masih berada di kelas amatir, ia tidak pintar dalam menata strategi sehingga mudah untuk dijadikan semacam “boneka” bagi orang lain untuk meraih ambisi mereka. Eksistensinya sendiri meninggalkan tanda tanya besar lewat adegan yang mengejutkan itu, namun jika melihat bagaimana nasib Shim Su-ryeon tentu besar kemungkinan Yoon-hee tetap hidup di season kedua.

Benar, season kedua, sesuatu yang jujur saja seperti pedang bermata dua bagi saya. Di satu sisi hadirnya season kedua tentu secara otomatis akan menciptakan banyak ruang bagi Screenwriter untuk mengeksplorasi hal-hal yang belum sempat ia lakukan terhadap karakter dan cerita, tentu saja dengan ditemani eksploitasi di sampingnya. Saya menantikan bagaimana hubungan Dan-tae dan Seo-jin akan berlanjut dengan situasi seperti itu, terlebih mengingat Seo-jin kini seperti telah kehilangan salah satu mimpinya yang ia pupuk di dalam diri Ha Eun-byeol. Miris memang nasib Eun-byeol tapi dirinya merupakan pil pahit yang harus diterima oleh Seo-jin dan Ha Yoon-cheol di dalam rumah tangga mereka yang hancur itu.

Nama terakhir di season pertama seperti ingin untuk tampil lebih “frontal” lagi tapi seolah berusaha untuk menahan dirinya dan kemudian mengalah. Saya menantikan apa yang akan ia lakukan selanjutnya setelah kondisi clear antara Seo-jin dan dirinya. Lee Kyu-jin dan Go Sang-ah mungkin dapat menjadi senjata rahasia di season kedua tapi posisi mereka sepertinya ada di belakang Kang Ma-ri. Tidak menjadi sorotan bagi penonton ada dua pertanyaan yang tertinggal dari Kang Ma-ri, mengapa dirinya membuka usaha yang jauh dari kesan mewah penghuni Hera Palace, serta siapakah sosok suami Kang Ma-ri yang selama ini ia katakana sedang bekerja di Dubai itu? Saya rasa jika sosok itu muncul maka kekuatan Ma-ri akan otomatis naik drastis.

Oh ya, karakter anak-anak juga punya kesempatan besar untuk lebih leluasa tampil. Setelah pertikaian penuh gesekan di sekolah itu mereka seperti redup dan terdiam menyaksikan para orangtua bertengkar. Seok-kyung dan Seok-hoon sepertinya dapat menjadi duri dalam daging bagi Dan-tae, sedangkan menarik untuk dinantikan apa yang akan terjadi pada hubungan Seok-hoon dan Bae Ro-na, sosok yang kini tentu saja membutuhkan sokongan moral. Bagaimana dengan Ha Eun-byeol? Sepertinya ia akan menjadi lebih brutal lagi, salah satu hal yang paling saya nantikan di season kedua, sama seperti peran dari Yang Mi-ok, Ma Du-ki, Joo Hye-in, dan well, Cheon Seo-young. Saya berharap Seo-jin mendapatkan lawan yang sepadan untuk menjadi pemimpin Cheong-ah Arts School.

Last but not least, Shim Su-ryeon dan Gu Ho-dong. Dengan telah terungkapnya siapa sosok pembunuh Min Seol-ah di mana posisi Ho-dong selanjutnya? Apakah ia akan menjadi target bagi Dan-tae atau justru menjadi lawan sepadan? Ho-dong adalah karakter yang langsung membuat saya terpikat sejak pertama kali ia muncul, ada pesona unik yang kuat darinya dan ia juga punya aura tangguh yang meyakinkan untuk memberi pelajaran bagi karakter antagonis. Ah, antagonis, bukankah semua karakter di sini antagonis? Mereka melakukan aksi keji yang membuat label sebagai protagonist tidak layak disematkan 100% pada salah satu dari mereka. Apakah ada? Ah, semoga season kedua dapat tampil sama menariknya dengan season pertama yang gila dan menyenangkan ini. Tapi tidak tahu mengapa, saya ingin Shim Su-ryeon kembali.