TV Series Review: WandaVision - Part 1

“We are an unusual couple, ya know?”

Setelah pertempuran di Avengers: Endgame, dua superhero anggota The Avengers mencoba melanjutkan kehidupan mereka sebagai manusia biasa, menyembunyikan kekuatan super mereka dari para tetangga di lingkungan baru yang menawarkan kehidupan pinggir kota yang indah. Namun ketika mulai menikmati hidup sebagai orang normal sepasang kekasih tersebut mulai merasa curiga dengan segala sesuatu yang terjadi di dalam hidup mereka yang mulai dipenuhi dengan berbagai hal ganjil dan aneh.

Sinopsis:

Setelah pertempuran yang melelahkan di Avenger: Endgame itu, Wanda Maximoff (Elizabeth Olsen) a.k.a Scarlet Witch mencoba memulai kehidupan bersama sebagai masyarakat normal di Westview yang menawarkan kehidupan pinggir kota yang indah. Wanda tentu tidak sendirian karena ia tinggal bersama Vision (Paul Bettany), kekasihnya sesama anggota The Avengers. Di Westview mereka hidup sebagai orang normal sehingga Wanda dan Vision sepakat bahwa kekuatan super hanya boleh mereka pergunakan ketika sedang berada berdua saja di dalam rumah. Wanda kini menjadi ibu rumah tangga, sedangkan Vision bekerjandi Computational Services Inc.

Menariknya meskipun Vision tidak tahu apa pentingnya pekerjaan yang ia kerjakan setiap hari itu tapi tetap saja ia berhasil meraih perhatian dari Boss-nya. Hal aneh tidak berhenti di sana karena ketika tampil di sebuah acara talent show di mana saat itu Vision secara tidak sengaja menunjukkan kekuatan super-nya, tidak ada satupun dari penonton yang sadar bahwa Wanda dan Vision menggunakan kekuatan super mereka. Pasangan kekasih itu merasa bahwa hal terakhir tadi merupakan sebuah keberuntungan hingga suatu ketika nama Ultron membuat Wanda dan Vision sadar ada sesuatu yang aneh dan ganjil sedang terjadi di dalam hidup mereka.

WandaVision

Genre: Drama, Mystery, Romance, Sitcom, Superhero

Director: Matt Shakman

Writer: Jac Schaeffer, Gretchen Enders, Megan McDonnell

Broadcast Network: Disney+

 

Cast:

Elizabeth Olsen as Wanda Maximoff / Scarlet Witch

Paul Bettany as Vision

Debra Jo Rupp as Mrs. Hart

Fred Melamed as Arthur Hart

Kathryn Hahn as Agnes

Teyonah Parris as Monica Rambeau

Kat Dennings as Darcy Lewis

Randall Park as Jimmy Woo

 

[Spoiler Alert]

WandaVision

Episode 1 - Episode 3

Di sajian pembuka Phase Four dari Marvel Cinematic Universe milik mereka, yang untuk pertama kalinya pula akan ikut mengikutsertakan television series, Marvel kembali membuktikan kepada para penonton apa alasan yang membuat mereka kini terus berkembang secara masif sebagai sebuah “kerajaan” di dalam industri, bahwa di setiap produk yang mereka hasilkan kamu dapat merasakan rasa percaya diri yang besar. Terlepas dari apakah produk tersebut berhasil atau gagal memuaskan para penontonnya yang tentu melibatkan selera dan subjektifitas, Marvel secara bertahap terus memperkuat image tersebut tadi yang kembali mereka tunjukkan di serial baru ini.

Jujur saja saya merasa sulit untuk memilih satu kata untuk menggambarkan tiga episode pertama ‘WandaVision’ ini secara global, karena ini adalah upaya kombinasi yang ditata dengan manis. Dan berani. Ya, dan berani. Memasukkan dua karakter yang telah dikenal oleh penonton sebagai bagian dari The Avenger ke dalam sebuah konsep retro yang kental, dari setting yang menggunakan production design klasik, penggunaan gradasi warna yang super sempit dengan dominasi warna monokrom pada dua episode pertamanya, hingga selingan iklan di tiap potongan cerita yang seolah berusaha untuk semakin mempertebal kesan bahwa kisah Wanda dan Vision ini merupakan serial televisi yang “sedang” disaksikan oleh orang lain.

Nah, orang lain ini yang masih menjadi misteri karena di tiap kemunculan credit muncul pula tulisan “please standby” yang sukses mempertajam rasa penasaran penonton pada apa yang sebenarnya terjadi. Rasa penasaran yang sebenarnya terasa wajar mengingat dari sinopsis yang dilempar Marvel menempatkan apa cerita berada setelah kejadian di Avengers: Endgame, tidak heran jika sebagai penonton saya ikut pula mencoba menerka-nerka beberapa detail yang coba diselipkan oleh Sutradara Matt Shakman dan para Screenwriter itu. Detail-nya sendiri dikemas dengan kesan ambigu yang besar, seperti contohnya manusia yang keluar dari dalam saluran air dan kemudian menunjukkan bahwa ia menggunakan pakaian dengan lambang aneh. 

Hingga puncaknya ada di episode ketiga saat karakter lain di luar dua karakter utama seperti mencoba memberitahu identitas mereka yang sebenarnya kepada Wanda dan Vision, yang kemudian diakhiri dengan present day di mana terdapat sekumpulan tentara yang mencoba “mengepung” para karakter yang sebelumnya berada di dalam dunia Wanda dan Vision. Apakah Wanda dan Vision saat ini berada di dalam sebuah dunia lain? Bagaimana koneksi antara dunia tersebut dengan dunia nyata jika opsi tersebut tadi memang benar terjadi? Lantas apa alasan sehingga Wanda dan Vision dapat berada di dalam “dunia lain” yang sepertinya dibentuk oleh organisasi yang berbeda dengan S.H.I.E.L.D. 

Atau justru semua itu kerjaan S.H.I.E.L.D. sebagai bagian dari proses pemulihan bagi Wanda dan Vision? Ah, baru tiga episode dengan durasi yang hanya setengah jam saja di masing-masing episode saja saya sudah merasa penasaran seperti ini, tentu saja merasa semakin tertarik untuk menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ini tidak lepas dari kesuksesan Sutradara Matt Shakman dan Screenwriter membuat tiga episode ini terasa padat meskipun terus mendorong kesan quirky yang tidak kalah kuat. Berbagai macam humor dilempar ke hadapan penonton dengan dibantu laugh track yang semakin menguatkan kesan klasik di “panggung sandiwara” bagi Vision dan Wanda.

Elemen komedi sendiri terasa segmented tapi akan bekerja sangat baik bagi mereka yang telah familiar dengan sitcom USA yang kerap menggunakan bantuan laugh track. Bukan berarti ini menyenangkan karena bantuan laugh track, karena secara kualitas humor yang ditampilkan juga terasa oke, Matt Shakman seperti tahu bahwa ia punya dua karakter yang sudah matang dan ia kejutkan penonton lewat versi “mirror” dari Wanda dan Vision. Dua karakter yang selama ini lebih dikenal sebagai sosok yang serius di MCU kini harus berlakon seolah mereka berdua adalah sepasang komedian. Yang mereka kejar bukan menyelamatkan dunia, tapi membuat penonton tertawa, alhasil narasi jadi terasa super ringan dalam gerak cepat.

Tapi dasar memang materinya terasa matang sehingga walau terus dijejali dengan aksi komedi sebagai penonton saya juga terus menantikan hadirnya kejutan berupa konflik atau masalah superhero. Namun sembari menyaksikan mereka bersenang-senang di dalam “dunia lain” yang langsung memberi Wanda dan Vision dua orang anak bernama Tommy dan Billy, saya juga dibuat menantikan munculnya pintu yang membawa masuk masalah yang sesungguhnya. Karena meski ikut menghadirkan berbagai isu menarik seperti masalah di dalam pernikahan hingga situasi seorang istri yang sedang mengandung, Marvel di sisi lain mendorong kesan bahwa dunia yang kini dihuni oleh Wanda dan Vision punya kesan ganjil atau bahkan palsu. Tentu ada alasan untuk itu. Oh, this is gonna be a gas! I just don't know what to expect.

MAIN  EPISODE 1 - EPISODE 3