TV Series Review: The Penthouse: War in Life - Part 6

“I want her to be unhappy just like me.”

Seorang wanita terjatuh dari lantai 100 sebuah gedung pencakar langit di kota Seoul, gedung yang merupakan sebuah penthouse di mana di dalamnya terbagi dua kelas, yaitu low zone dan juga high zone. Seolah menjadi lambang sebagai puncak dari kesuksesan di high society tidak heran banyak orang berlomba-lomba agar bisa menjadi “Ratu” penghuni lantai 100, mendapatkan kesuksesan sebagai pembuktian diri meskipun menggunakan cara yang kotor dan keji.   

Sinopsis:

Shim Soo-ryeon (Lee Ji-ah) tidak pernah hidup miskin, kini ia tinggal di Hera Palace bersama sang suami Joo Dan-tae (Um Ki-joon) dan kedua anak mereka, di lantai 100 puncak gedung yang berada di kawasan Gangnam itu dan merupakan milik keluarga mereka. Tidak heran jika Soo-ryeon membuat iri banyak wanita lain, salah satunya Cheon Seo-jin (Kim So-yeon), seorang Istri Dokter yang punya aura dingin dan merupakan guru musik klasik yang terkenal. Seo-jin ternyata menyimpan hasrat untuk bisa berada di posisi Soo-ryeon, dan Seo-jin tahu jalan satu-satunya untuk mendapatkan posisi tersebut adalah dengan menjadi Ratu bagi sang Raja.

Punya tekad yang kuat Seo-jin bersedia melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan targetnya, sama seperti wanita yang punya bad blood dengan Seo-jin, Oh Yoon-hee (Eugene). Yoon-hee tidak pernah hidup kaya raya selama hidupnya dan kini sebagai single mother ia bersedia untuk mendukung anak perempuannya Bae Ro-na (Kim Hyun-soo) yang bercita-cita menjadi penyanyi musik klasik. Alasannya adalah karena Yoon-hee ingin membalaskan dendam ketika dulu di sebuah kompetisi menyanyi dirinya “dicurangi” oleh Seo-jin yang punya harta dan tahta, dan Yoon-hee tahu jalan satu-satunya adalah dengan mengantarkan Ro-na meraih kesuksesan.

The Penthouse: War in Life

Title: 펜트하우스 / Penteuhauseu

Also Known As: Penthouse

Genre: Drama, Suspense

Director: Joo Dong-min

Writer: Kim Soon-ok

Broadcast Network: SBS

 

Cast:

Lee Ji-ah as Shim Soo-ryeon

Kim So-yeon as Cheon Seo-jin

Eugene as Oh Yoon-hee

Um Ki-joon as Joo Dan-tae

Yoon Jong-hoon as Ha Yoon-cheol

Bong Tae-kyu as Lee Kyu-jin

Yoon Joo-hee as Go Sang-ah

Shin Eun-kyung as Kang Ma-ri

Kim Hyun-soo as Bae Ro-na

Han Ji-hyun as Joo Seok-kyung

Kim Young-dae as Joo Seok-hoon

Jin Ji-hee as Yoo Jenny

Choi Ye-bin as Ha Eun-byeol

Lee Tae-vin as Lee Min-hyeok

Na So-ye as Joo Hye-in

Jo Soo-min as Anna Lee/Min Seol-ah

Heo Sung-tae as Ma-ri's husband

Seo Hye-rin as Kyu-jin's mother

Park Eun-seok as Goo Ho-dong

Ha Do-Kwon as Ma Du-ki

Jung Ah-mi as Chairwoman Song

Lee Cheol-min as Yoon Tae-Joo

Lee Hyo-bi as Seol-ah's younger sister

Kim Ro-sa as Yang Mi-ok

Jung Sung-mo as Cheon Seo-Jin's father

Ha-min as Cheon Seo-Jin's mother

Kim Dong-hyun as Principal Kim Chi-Soo

Byeon Woo-min as Jo Sang-heon

 

[Spoiler Alert]

The Penthouse: War in Life

Episode 12 & Episode 13

First of all saya ingin memberikan tepuk tangan yang sangat-sangat meriah kepada ensemble cast ‘Penthouse’ karena kenikmatan yang telah hadir sampai dengan saat ini tidak lepas pula dari kemampuan mereka membuat masing-masing karakter yang mereka perankan bersinar terang di setiap kesempatan yang dimiliki. Mereka tidak hanya sekedar menjalankan tugas individual saja, tapi mereka juga berhasil tampil sebagai sebuah tim yang solid. Tidak heran ketika sesuatu yang “buruk” terjadi kita tidak hanya tertuju pada satu karakter saja, tapi semua berputar dengan cepat di mana penonton dibuat menerka apa yang sebenarnya terjadi dan apa potensi yang mungkin akan terjadi selanjutnya. Semua terasa semakin liar dan tentu saja, semakin brutal.

Itu hasil yang sangat positif dari karakterisasi yang kuat sejak awal dan dibentuk dengan baik. Ambil contoh pada apa yang dilakukan Park Eun-seok, ia sangat piawai dalam memerankan sosok Ho-dong yang notabene tidak muncul sejak awal, masuk setelah masalah terbentuk untuk menyuntikan masalah baru serta menaikkan level “bahaya” dari masalah yang terlebih dahulu telah hadir. Sangat jelas sekali di sini bahwa karakter Gu Ho-dong ini memiliki rencana yang sudah ia susun rapi, tapi yang bikin gregetan adalah dia belum tahu apa yang sebenarnya terjadi di kehidupan Su-ryeon dan juga Seol-ah. Jelas bahwa Su-ryeon tidak punya andil dalam kondisi tersiksa yang dialami Seol-ah ketika ia hidup, dan kita juga belum tahu latar belakang atau apa yang sebenarnya terjadi sehingga Seol-ah bisa terpisah dari Su-ryeon.

Konflik ini tentu akan berkembang menjadi semakin panjang dan menarik untuk dinantikan bagaimana cara agar Ho-dong akhirnya tahu bahwa Su-ryeon bukan penjahat sebenarnya dibalik penyiksaan yang Seol-ah terima sebelum ia mati. Kita sudah diperlihatkan semacam teaser yang seperti gaya ‘Penthouse’ sejak awal, hadir dengan cara yang standout dan menciptakan kehebohan. Ekspresi wajah dari semua karakter di pesta tersebut menunjukkan rasa kaget, kalau begitu siapa sosok yang memasang spanduk tersebut? Beberapa clue kecil kembali hadir, salah satunya pada apa yang Oh Yoon-hee alami di malam saat tragedi tersebut terjadi, tapi tetap saja belum ada jalan yang benar-benar jelas untuk mengambil asumsi yang lebih konkret. Ini jelas babak baru bagi masalah di Hera Palace.

Dan saya semakin kagum dengan cara Screenwriter Kim Soon-ok mengembangkan semua “kekacauan” ini. Di bawah arahan Sutradara Joo Dong-min script yang Soon-ok tulis selalu berhasil membuat penonton tertarik, penasaran, menunggu kejutan lalu kemudian bertemu kejutan dan pertanyaan baru. Sementara pertanyaan yang telah hadir sebelumnya belum menemukan jawaban yang pasti sehingga tercipta tumpukan misteri dalam jumlah yang cukup besar. Tapi menariknya tidak ada rasa bingung dari kondisi tersebut karena mereka semua dirangkai dengan manis serta memiliki koneksi yang manis pula. Seperti yang baru muncul di dua episode terbaru ini, bagaimana Ho-dong yang awalnya memaksa Su-ryeon untuk mengakui bahwa ia adalah Ibu Min Seol-ah tampaknya akan membatalkan permintaannya tersebut.

Belum pasti memang, namun asumsi saya telah digiring menuju ke arah sana. Di sini kita akhirnya mengetahui latar belakang yang dimiliki Ho-dong, bagaimana ikatan emosi yang ia miliki dengan Seol-ah sehingga membuat usaha balas dendamnya itu terasa menarik. Ia menjadi semacam bola liar yang membuat narasi menjadi semakin penuh dengan kobaran api amarah dan emosi, dan keputusan Ho-dong untuk ikut mempermainkan Dan-tae adalah sebuah keputusan yang tepat. Tapi tetap ada rasa ragu pada niat yang Ho-dong, sama seperti cara screenwriter membuat penonton juga kini meragu pada niat yang tersimpan di balik rencana yang disusun oleh Su-ryeon. Bukan, tentu saja bukan tentang Seol-ah, tapi apa yang sebenarnya ingin dicapai oleh Su-ryeon jika melihat dirinya yang tampak tenang, ia bisa saja bergerak agresif seperti yang dilakukan Cheon Seo-jin. 

Awalnya kita mengira itu hanya sebatas keinginannya untuk membalaskan rasa sakit hatinya terhadap Dan-tae dan juga Seo-jin, tapi saya kembali teringat dengan fakta bahwa ada dua karakter yang telah “hilang” dengan cepat dan jari telunjuk saya mengarah pada Su-ryeon. Apakah semua ini harus menumpuk sangat tinggi terlebih dahulu untuk menciptakan ledakan yang menghancurkan semuanya? Lihat saja aksi Ha Yoon-cheol yang kini menolak untuk bercerai, sepertinya ia ingin menyelamatkan Eun-byeol dari kehancuran yang lebih besar, tapi apakah mungkin Yoon-cheol akan selamanya menjadi pesakitan saja? Ambil contoh pada karakter Ro-na, ia perlahan mulai belajar apa yang sebenarnya telah dan masih terjadi di antara Ibunya dan juga Seo-jin, sebuah bad blood yang kini turun ke anak-anak mereka.

Yang terjadi di sekolah juga semakin menarik terutama pada fakta bahwa kini Ro-na sudah tidak lagi hanyut di dalam mimpi indahnya, hal yang kerap membuatnya emosi berlebihan terhadap Ibunya. Ro-na yang telah dewasa dan semakin tenang itu merupakan trik Kim Soon-ok yang kini mulai mendorong Eun-byeol semakin jauh untuk menunjukkan kelemahan yang ia punya. Jelas sekali Eun-byeol adalah versi terbaru dari Seo-jin, sesuatu yang tampak normal jika melihat cara mendidik anak yang diterapkan Seo-jin, sebuah sistem yang gila. Dan saya senang melihat respon positif dari Ro-na yang menolak untuk dikalahkan oleh ketidakadilan, sama seperti yang dahulu pernah dilakukan oleh Yoon-hee.Yang membedakan mereka adalah kini Ro-na punya backing yang kuat, yaitu Ibunya yang sudah mengerti dengan apa yang mungkin akan menimpa anaknya tersebut.

Rintangan tentu masih ada tapi perlahan mulai terurai untuk membawa karakter-karakter yang sejauh ini terasa baik tersebut agar dapat menemukan jalan menuju keadilan. Salah satunya adalah Yoon-hee yang belakangan ini tampak terbang tinggi dan harus bertemu pil pahit dari Joo Dan-tae. Tapi itu tidak berlangsung lama karena memang kemunculan pil pahit tersebut sebagai pintu masuk terciptanya koneksi baru antar karakter. Yoon-hee bekerja untuk Dan-tae? Sejak awal hal tersebut tidak pernah terbayang di pikiran saya, apalagi dengan status yang sangat penting sebagai “jembatan” penghubung dengan Logan Lee. Tapi memang ini harus terjadi karena sejak awal sisi karakter protagonist yang dimiliki cerita terasa sangat kecil dibanding karakter antagonist, tidak heran jika akhirnya karakter seperti Su-ryeon dan Yoon-hee perlahan menemukan anggota tim yang mereka butuhkan.

Pertanyaannya Yang Mi-ok ini masuk di tim mana? Itu sebuah tindakan yang tampak konyol memang, mencoba mengedit wajahnya untuk menggantikan majikan wanita di foto keluarga, tapi sepertinya Mi-ok ini tidak bisa dianggap remeh, ia seperti punya rahasia yang dapat menciptakan masalah baru yang tidak kecil. Penantian yang sama juga ada pada sosok suami Kang Ma-ri, ia ada mention hal ini di episode 13, apakah akan muncul pemain baru untuk membuat ini semakin rumit? Tentu bukan masalah selama itu tampil dalam presentasi dengan irama yang menyenangkan seperti ini. Joo Dan-tae atau Seo-jin, atau mungkin karakter lain? Ini masih menjadi misteri yang belum menemukan jawaban, sama seperti misteri di balik kondisi kesehatan mental yang dimiliki oleh Seok-kyung, Yoo Jenny, dan Lee Min-hyeok, mereka berayun terus dan semakin liar. Apakah Joo Seok-hoon sudah berubah? Yang pasti saya semakin kasihan dengan Eun-byeol, ia hancur karena orangtua.