“It’s
not the end. It’s just the beginning. Welcome to our Tomorrow!”
Hampir delapan tahun yang lalu saya menyebut film yang bercerita tentang keluarga di masa purbakala ini sebagai sebuah kisah yang enak di mata saja, karena memang kala itu ceritanya terasa biasa saja. Indah dari segi visual namun terasa cukup datar dari teknik penceritaan, begitu saya menyebut film ‘The Croods’ kala itu. Sebenarnya kisah Grug, Eep, Guy, dan anggota keluarga the Croods ini punya potensi yang oke dan untungnya kali ini mereka menemukan sosok yang tepat, seorang story artist bernama Joel Crawford yang mampu menutup minus di film pertama dan menggali serta memaksimalkan pesona the Croods secara besar-besaran. ‘The Croods: A New Age’ : it’s indeed a new age for the Croods.
Guy (Ryan Reynolds) masih berada di dalam proses pencarian tempat yang disebut oleh orangtuanya sebagai “Tomorrow”, namun kali ini tentu saja bersama dengan keluarga barunya, the Croods, masih dipimpin oleh Grug Crood (Nicolas Cage) dan juga Istrinya Ugga Crood (Catherine Keener). Tapi kali ini ada yang berbeda di antara Guy dan Eep (Emma Stone), mereka telah merasa tertarik satu sama lain, berbagai aksi romantis kerap mereka berdua lakukan dan membuat Grug jengkel. Terlepas dari itu mereka kini hidup bahagia tentu saja bersama anggota keluarga lainnya, Thunk (Clark Duke), Gran (Cloris Leachman), Sandy (Kailey Crawford), serta dua peliharaan mereka yang bernama Chunky dan Douglas.
The
Croods sendiri masih dalam perjalanan untuk menemukan tempat yang tepat untuk
mereka menetap. Berawal dari rasa kesal Grug melihat kelakuan romantis Guy dan
Eep ia berakhir di sebuah tanah baru yang belum pernah mereka singgahi selama
ini. Dibatasi dengan dinding yang tinggi, tanah baru yang memiliki banyak
makanan lezat dan peralatan canggih tersebut ternyata milik Phil Betterman
(Peter Dinklage) bersama Istrinya, Hope (Leslie Mann) dan juga anak mereka Dawn
(Kelly Marie Tran). Keluarga Betterman ternyata memiliki koneksi dengan Guy,
alhasil tercipta kompetisi baru di antara the Croods dan juga the Bettermans.
Duet Sutradara di film pertama, Kirk DeMicco dan Chris Sanders masih memegang peran sebagai penulis cerita, namun tidak kembalinya mereka di film kedua ini sebagai Sutradara justru membuat petualangan the Croods menjadi terasa segar. Pondasi dari film pertamanya digunakan dengan baik dan dikembangkan oleh tim penulis berisikan orang-orang yang pernah terlibat di ‘The Lego Movie’ dan ‘The Lego Ninjago Movie’ yakni Dan Hageman, Kevin Hageman, Paul Fisher, dan Bob Logan. Ada nafas baru yang coba disajikan di sini tentu saja tanpa menghilangkan pesona menarik karakter yang sudah terbentuk di film pertamanya, mengembangkan cerita dengan menggunakan proses pencarian “Tomorrow” namun tanpa terjebak di dalam ambisi.
Ya, ‘The Croods: A New Age’ ini di luar dugaan berhasil menjadi sebuah kemasan animasi yang terasa padat karena di bawah komando Sutradara Joel Crawford setiap elemen menciptakan kolaborasi yang menyokong cerita untuk terus bergerak lincah dan energik tanpa terjebak di dalam ambisi yang berlebih. Joel Crawford sendiri menjalani debut penyutradaraannya di sini tapi ia bukan orang baru di industri animasi, Crawford merupakan story artist yang pernah menjadi bagian dari film-film animasi terkenal seperti Kung Fu Panda, Shrek Forever After, Rise of the Guardians, The SpongeBob Movie: Sponge Out of Water, dan juga Trolls. Mayoritas dari film tersebut tadi mungkin akan mengingatkan kamu pada satu hal identik, mereka adalah animasi dengan karakter yang bergerak lincah dan energik.
Di film pertama-nya dahulu the Croods sebenarnya merupakan keluarga yang sudah energik namun kala itu mereka tidak didukung dengan keberadaan cerita menarik yang mampu meninggalkan punch kuat. Di sini hal tersebut muncul dalam kualitas yang terasa menyenangkan, mendaur ulang kembali tema klasik dan familiar berupa makna dan arti sebuah keluarga tim penulis berhasil menyusun script yang tidak hanya sekedar membuat jalan agar pesan itu tersampaikan saja, namun agar dapat disampaikan dengan penuh “ledakan” menyenangkan pula. Alurnya sendiri tidak mencoba untuk menciptakan sesuatu yang rumit, tapi menariknya ada kerumitan yang menarik di dalam cerita, bagaimana pertemuan the Croods dengan dunia baru membuat mereka semakin memahami makna “tomorrow” yang selama ini dicari itu.
Tapi saya rasa trik terbaik yang dilakukan oleh Joel Crawford bersama tim penulis adalah keputusan memasukkan karakter baru lewat the Bettermans. Tidak hanya karena pesona mereka yang dengan cepat meroket jauh menyamai karakter lama yang telah ada sebelumnya, karakterisasi mereka yang eksentrik dan juga mencolok, namun juga karena mereka berhasil menjadi pendamping bagi the Croods untuk menggerakkan cerita. Membagi beban mungkin sederhananya, dengan the Bettermans jelas cerita jadi punya banyak ruang untuk mengeksplorasi ide serta pesan yang dibawa, menciptakan semacam kompetisi kecil juga menimbulkan berbagai gesekan yang berhasil dimanfaatkan untuk menyuntikkan aksi-aksi lucu dan konyol.
Kemunculan karakter dan konflik lain di babak akhir juga merupakan strategi yang tepat, tidak membuat cerita jadi terasa rumit namun mampu menjadi sebuah solusi yang sederhana namun manis bagi perputaran konflik yang sedang terjadi. Memang itu trik paling klise tapi tidak masalah karena berhasil ditata dengan baik serta hadir tanpa mengganggu irama yang telah terbentuk sejak awal. Tidak heran jika film ini terasa lincah dan energik sejak awal hingga akhir, karena memang ceritanya sendiri telah dipersiapkan dengan matang untuk mengakomodasi hal tersebut terjadi. Ya, itu semua hadir dalam balutan visual yang cantik ciri khas DreamWorks Animation, penuh warna mencolok dan menyenangkan mata penontonnya, terasa tajam serta kontras menunjang keunikan yang dimiliki oleh tiap karakter.
Ya, dibalik kesuksesan Joel Crawford bersama tim penulis dan departemen teknis tersebut tadi ‘The Croods: A New Age’ terasa menyenangkan juga berkat karakternya yang unik dan lucu itu, pencapaian yang tidak lepas dari kontribusi para pengisi suara. Nicolas Cage, Emma Stone, Ryan Reynolds, dan pengisi suara karakter the Croods lainnya kembali menyuntikkan nyawa bagi masing-masing karakter mereka dengan baik, namun yang paling mencolok di sini adalah Peter Dinklage. Leslie Mann dan Kelly Marie Tran juga memberikan voice acting yang oke bagi karakter Hope dan juga Dawn, namun berperan sebagai Phil Betterman di sini Peter Dinklage memberi kesan unik yang kuat sebagai seorang kepala keluarga yang punya sedikit pesona cunning di dalam dirinya.
Overall,
‘The Croods: A New Age’ adalah film yang memuaskan. Ini jelas merupakan sebuah
loncatan yang sangat besar dari film pertamanya itu, dari segi kualitas visual
berkembang secara understated namun kini mengisi petualangan itu dengan cerita
yang lebih menarik dibanding sebelumnya. Bukan hanya Thunder Sisters dan Banana
Bros saja yang berhasil meninggalkan punch kuat dan menarik ketika mereka
sedang beraksi, namun di samping hanyut di dalam kelincahan tiap karakter
bermain dalam dunia yang penuh warna itu tersimpan pula sebuah pesan tentang
keluarga yang duduk manis di sampingnya, bermain dengan cara yang efektif namun
menghasilkan produk akhir yang padat dengan punch yang kuat. Suprisingly crood-licious. Unofficial motto.
"Aah! I’m going to watch window forever!"
ReplyDelete