“I've
never seen a murder before. I'm homeschooled!”
Jika kamu sudah menonton film ‘The Hunt’ yang rilis tahun ini (bukan
film Denmark nominasi Best Foreign Language Film Oscars), maka
bayangkan saja ini adalah versi lebih konyol dari film tersebut. Konsepnya
sendiri sama, bahkan isu dan pesan yang coba ia sampaikan secara garis besar
juga berada di kelas yang sama, namun film dengan judul alternatif ‘Boyz in the Wood’ ini tampil dengan
cara yang lebih santai, lebih liar, lebih absurd,
dan tentu saja lebih konyol, karena memang konsepnya sendiri adalah sebuah
sindiran ceria dengan komedi sebagai jualan utamanya. ‘Get Duked! (Boyz in the Wood)’ : a playful satire that hit the target
right.
Dengan menggunakan sebuah mini bus seorang
guru bernama Mr. Carlyle (Jonathan Aris)
membawa empat orang anak laki-laki menuju wilayah Scottish Highlands. Tiga di antara anak laki-laki tersebut
merupakan siswa-siswa “pilihan” dari sekolah mereka, DJ Beatroot (Viraj Juneja), Duncan MacDonald (Lewis Gribben), dan Dean Gibson (Rian Gordon), sedangkan
satu orang anak laki-laki lainnya adalah Ian
(Samuel Bottomley). Ian memutuskan untuk bergabung bersama kelompok
tersebut karena ia tidak memiliki teman yang dapat diajak untuk ikut serta di
dalam kompetisi The Duke of Edinburgh
Award.
The
Duke of Edinburgh Award
merupakan program yang dibentuk oleh Prince
Philip, suami dari Queen Elizabeth
II, di tahun 1956 dalam rangka untuk mengembangkan bakat dari anak-anak muda
di kawasan Britania Raya. Selama empat hari anak-anak tersebut melakukan camping di alam terbuka dan
menyelesaikan tugas antara lain kerjasama tim, mencari makan, serta orienteering. Ian sangat bersemangat
untuk menjalani program tersebut tapi tidak dengan tiga teman barunya. Namun
sikap acuh yang ditunjukkan oleh Dean, Duncan, dan DJ Beatroot seketika berubah
ketika sebuah kejutan besar datang menghampiri mereka.
Di film layar lebar yang menjadi debut
penyutradaraannya ini, Sutradara sekaligus screenwriter
Ninian Doff melakukan eksekusi yang sangat baik di bagian awal ketika ia
mengajak penonton untuk berkenalan dengan karakter, terutama empat karakter
utama. Cara yang ia gunakan cepat dan sangat efektif, meskipun latar belakang
dari masing-masing karakter memang tidak digali terlalu dalam namun mereka
sudah berhasil membuat penonton merasakan pesona liar dan nakal yang mereka
punya. Kecuali untuk satu karakter itu yang juga tidak hanya sekedar mampu
menunjukkan dirinya adalah sosok “waras” di dalam kelompok tersebut namun ia
juga berhasil menjadi penyeimbang yang manis bagi cerita.
Setting sebuah kompetisi yang digunakan merupakan sebuah trik dari Ninian Doff untuk menciptakan arena di mana ia
menghadirkan berbagai “kekacauan” sebagai jalan. Empat anak muda itu memang
tampak “rapuh” di bagian awal, penonton yang waras pasti akan merasa tidak
yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan tantangan yang diberikan, karena warning yang disampaikan oleh pemandu
mereka di bagian awal adalah benar. Namun di sana letak isu yang coba disorot
oleh Ninian Doff yang berulang kali ia tunjukkan lewat selembar kertas yang
dipegang oleh karakter Ian, sebuah proses growing
up bagi karakter lewat sebuah messy
encounter di mana mereka perlahan dipaksa untuk menjauh dari sikap ceroboh
mereka dan menjadi sebuah tim untuk bertahan hidup.
Ya, empat orang anak muda itu “dipaksa”
untuk bertahan hidup. Sekilas memang aksi mereka akan tampak konyol tapi di
bagian awal saya merasa senang dengan penempatan berbagai komentar sosial yang
coba ditampilkan oleh Ninian Doff di balik aksi liar dan nakal karakternya itu,
mereka mencapai sasaran dengan cara yang oke. Pencapaian yang tidak buruk
mengingat sejak awal ini sudah tampak akan tampil menggila dibalik berbagai
lelucon dan juga aksi gags yang dilemparkan
ke hadapan penontonnya, plus ia juga
dibantu oleh masing-masing karakter yang berhasil menunjukkan energi yang
terasa menyenangkan. Tapi sayangnya kombinasi yang menarik dan positif tersebut
tidak berhasil tampil konsisten hingga akhir.
‘Get
Duked!’ jelas merupakan
komedi yang mampu membuat penontonnya tertawa, tapi setelah sedari awal
tersenyum kecil dengan diselingi beberapa momen “kacau” yang terasa lucu karena
tampak aneh, saya perlahan merasa narasi mulai goyah selepas paruh pertama.
Tidak mengherankan memang karena pengembangan karakter sendiri sejak awal
terasa kurang besar sedangkan cerita sendiri juga konsisten terasa tipis bahkan
ketika telah berada di titik tengah durasi. Hasilnya tercipta sebuah lingkaran
yang berisikan aksi kejar dan tangkap antar karakter, mereka bersama dengan
cerita tidak jatuh menjadi sebuah hiburan komedi yang terasa boring, tapi aksi konyol dan santai
mereka tidak berkembang untuk menjadi suatu yang semakin menarik, menjadi jauh
lebih menarik lagi.
Memang tidak menodai pencapaian ‘Get Duked!’ secara keseluruhan yang
mampu mencapai sasarannya, sebagai sebuah satire
yang menyajikan berbagai isu dan juga komentar sosial. Namun setelah
menyaksikan “kekacauan” yang dihadirkan oleh Ian dan teman-temannya itu di
bagian awal saya kemudian menaruh ekspektasi akan bahwa ‘Get Duked!’ kemudian akan menghadirkan berbagai punch yang akan terasa semakin
mengasyikkan. Sayangnya tidak. Ketika narasi semakin mendekat ke garis finish
tensi cerita yang predictable itu
mulai terasa kurang padat, cerita tidak terasa kokoh seperti bagian awal
terutama ketika karakter secara individual mulai mencoba membuka jalan bagi
narasi.
Tidak heran film ‘Get Duked!’ mengingatkan saya pada film terbaru dari Sutradara Taika Waititi, yaitu ‘Jojo Rabbit’ karena memang impresi yang
ia ciptakan baik ketika hadir maupun setelah berakhir kurang lebih sama.
Memberikan sebuah petualangan yang tampak menjanjikan dengan kesan unik yang
kuat, ia berhasil menghibur namun sayangnya tidak meninggalkan punch yang terasa sangat kuat. Yang memorable dari film ini selain "seluncur
mobil" adalah kinerja akting dari empat karakter utama, mereka diperankan
dengan baik oleh masing-masing aktor terutama dalam proses terbangunnya chemistry di antara mereka. Dari segi
cerita, terutama terkait pesan dan isu yang coba disampaikan, mereka bersifat disposable.
Overall,
‘Get Duked’ adalah
film yang cukup memuaskan. Sukses memberi penonton excitement yang memikat di bagian awal terutama lewat pesona liar
dan nakal penuh energi menyenangkan yang ditampilkan oleh karakter, ‘Get Duked’ kurang berhasil untuk terus
menekan gas dan berakselarasi hingga puncak. Karakter dan cerita yang tipis
membuat “kekacauan” itu tidak berkembang menjadi sebuah playful satire yang lebih kuat dan besar untuk kemudian meninggalkan
penonton dengan punch yang menawan
dan menggigit terkait isu dan pesan yang ia coba sampaikan. Segmented.
"Yeah, he did make a shit explode."
ReplyDelete