“Life is so much more complicated than you
think, baby.”
Keberuntungan dan kemalangan seperti tali
yang dipintal, tanpa kita sadari posisi mereka saling berdampingan dan seolah
salng bergantian menjalankan “tugas” mereka pada masing-masing manusia.
Eksistensi mereka membuat hidup terasa jauh lebih rumit ketimbang yang manusia
pikirkan, dan tidak jarang mereka dapat membawa manusia ke dalam situasi yang
berbahaya, bukan hanya merasa bahagia. Film ini mencoba bercerita tentang hal
itu dengan cara yang sangat sederhana, lewat sebuah proses menemukan harapan di
dalam kondisi dan situasi yang dipenuhi dengan kegelapan. ‘All Together Now (2020)’: a slow but steady understated drama.
Dikenal sebagai sosok riang yang sangat
murah hati dan senang membantu orang lain di sekitarnya, siswi sekolah menengah
atas bernama Amber Appleton (Auliʻi Cravalho) ternyata memiliki masalah yang sedang ia
coba selesaikan. Pasca ditinggal oleh sang Ayah, Amber dan ibunya Becky (Justina Machado) yang berprofesi
sebagai supir bus sekolah mengalami kesulitan dalam hal keuangan, mereka bahkan
kini tidak memiliki rumah sebagai tempat tinggal. Sang Ibu sedang mencoba
membujuk Amber untuk tinggal bersama kekasihnya, Oliver.
Namun pacar Becky yang bernama Oliver itu sudah sangat dibenci oleh
sang anak. Di sisi lain Amber adalah sosok yang optimis dan ia percaya bahwa
semua masalah pasti punya solusi, tidak heran ia giat menabung untuk dapat
membantu Ibunya menyewa tempat tinggal. Namun ternyata hidup tidak sesederhana
yang Amber pikirkan, ketika semuanya tampak mudah dan berjalan sesuai dengan
yang ia rencanakan berbagai masalah kemudian datang menghampiri kehidupan
Amber.
‘All
Together Now’ tidak
langsung berhasil mengikat atensi di bagian awal karena cerita yang diadaptasi
dari novel “Sorta Like a Rockstar”
karya Matthew Quick itu membutuhkan
waktu yang cukup banyak untuk mencoba membentuk dan menata karakter dan konfik.
Script yang ditulis oleh Sutradara Brett Haley bersama dengan Matthew Quick dan Marc Basch sendiri mengandung konflik yang juga tidak dapat
dikatakan baru dan segar, begitupula dengan pendekatan yang coba diterapkan
oleh Brett Haley di mana ia tidak
mencoba menciptakan kerumitan dipenuhi dengan berbagai gesekan yang menguras
emosi. Penonton ia coba pertemukan dengan slice
of life drama dalam bentuk yang paling klasik dan paling umum.
Ya, paling umum, dan dari segi materi
sendiri ‘All Together Now’ sebenarnya
punya potensi besar untuk jatuh menjadi sebuah drama yang terlalu biasa. Tapi
di tangan Brett Haley materi yang
klasik dan umum, serta tidak terlalu spesial tersebut justru berhasil
menelurkan pesona yang menarik untuk diikuti. Terutama pada karakter utamanya,
yaitu Amber Appleton. Penggunaan waktu
yang cukup besar di bagian awal itu tidak terasa sia-sia, penonton secara
bertahap diajak oleh Brett Haley untuk mengenal sosok Amber, dari kondisi
kesulitan ekonomi hingga tentu saja mimpi yang ia miliki. Dua hal tersebut yang
kemudian menciptakan rintangan-rintangan yang menarik walaupun memang
kualitasnya sama seperti materi tadi, tidak spesial.
Ada proses yang dibentuk dengan sabar di
bagian awal film dan sukses membuat penonton tidak hanya sebatas merasa
tertarik dengan Amber, tapi juga sukses menarik mereka untuk menaruh simpati
dan mungkin empati pada kesulitan yang ia harus hadapi. Hal tersebut penting
mengingat cara cerita diselesaikan adalah dengan mencoba “menjual” hasil dari
perjuangan yang dilakukan oleh Amber dan karakter di sekitarnya. Momen ketika
layar itu melakukan refresh atas
instruksi Ty memiliki emosi yang cukup oke, berhasil menjadi puncak yang cukup
manis terutama jika menilik point dan pesan yang terkandung di dalamnya, dari
kesulitan dan rintangan, perjuangan, dan tentu saja pengharapan.
Alhasil ‘All
Together Now’ terasa efektif dalam hal ini, terkait cara ia menyampaikan
pesan yang dibawa dan kemudian meraih target yang ingin dicapai. Seandainya
saja target yang dipasang dapat sedikit lebih “tinggi” bukan tidak mungkin ‘All Together Now’ dapat terasa lebih
dari sekedar menjadi sebuah drama yang efektif. Ya, karena pesan yang ia coba
sampaikan sendiri lebih ke arah untuk sekedar mengingatkan kepada para
penontonnya bahwa selalu ada harapan di dalam setiap situasi sulit yang penuh
rintangan, yang mana disampaikan dengan sangat baik. Tapi hal tersebut justru
membuat karakter utama kita tidak berhasil mencapai potensi terbaik yang ia
miliki untuk kemudian menjadi sosok heroine
yang bukan tidak mungkin akan terasa lebih menginspirasi.
Ya, cukup disayangkan karena proses
membentuk karakter dan cerita di bagian awal itu tumbuh secara perlahan menjadi
sesuatu yang tampak menjanjikan, namun justru yang kemudian harus selepas titik
tengah adalah narasi yang perlahan mulai mengendorkan lajunya. Amber sendiri
merupakan karakter yang menarik buat saya, walaupun masalah yang harus ia
hadapi terasa biasa saja namun Brett
Haley mampu membentuk dirinya menjadi sosok yang tampak tangguh dan berhati
mulia, apalagi ditunjang dengan kinerja akting yang mumpuni dari debut akting Auliʻi
Cravalho di layar lebar.
Tidak heran saya menantikan apa yang akan ia lakukan untuk “menaklukkan”
rintangan yang ada di depannya.
Namun ternyata arahnya berbeda. Tidak salah
memang tapi keputusan tersebut mengubur potensi yang sudah eksis dari awal, dan
tidak heran ketika film ini berakhir saya tidak merasakan ada punch yang terasa sangat kuat dan
membekas di ingatan. ‘All Together Now’
hanya sebatas menjadi sebuah alarm dan reminder yang terasa sederhana namun
segar terkait bagaimana selalu ada harapan di balik semua kesulitan, sesuatu
yang sebenarnya cukup oke di tengah situasi dunia yang sedang dipenuhi dengan
kesulitan di tahun ini, lewat sikap pantang menyerah dan selalu optimis dari
karakter Amber yang berhasil dipoles dengan baik oleh Brett Haley.
Overall,
‘All Together Now’ adalah
film yang cukup memuaskan. Kisah dengan materi klasik ini tampak menjanjikan di
bagian awal di mana ia secara perlahan menarik penonton dan sukses menempatkan
mereka di samping karakter utamanya, Amber. Tapi ternyata target yang ingin
dicapai tidak terlalu tinggi sehingga meskipun sukses mencapai target tersebut
dengan cara yang baik dan menarik namun di sisi lain tidak meninggalkan sesuatu
yang sangat kuat dan sangat berkesan kecuali scene “Feels Like Home” itu. Mengakomodasi debut akting Auliʻi
Cravalho yang menarik, ‘All
Together Now’
berhasil menjadi sebuah slice of life
drama yang efektif. Good one.
♪
Take me, I’m ready. Go slow, but go steady.
♪
♪To a
place that we can call our own. ♪
♪I
wanna know what feels like home ♪
“Hope is the thing with feathers. It's about finding hope, even in the darkest of times.”
ReplyDelete