“You monster, I should've killed you back
then.”
Judul film ini secara harfiah memiliki arti
penyihir yang kemudian dapat membuat penonton berasumsi bahwa apa yang coba ia
sajikan mungkin tidak akan jauh dari perpaduan antara konflik misteri dan juga
horror. Namun menariknya film ini justru mencoba tampil layaknya sebuah
perkenalan bagi karakter utama yang memiliki “kemampuan” unik di balik
tampilannya yang tampak biasa saja, memadukan misteri dengan drama serta action
dan bermain layak sebuah origin story bagi satu sosok superhero(?). Atau antihero?
The Witch: Part 1. The Subversion
(Manyeo): a juicy action mystery story.
Seorang anak kecil berlari melintasi
kawasan hutan hingga akhirnya terdampar di sebuah peternakan miliki suami istri
bernama Mr. Goo (Choi Jung-woo) dan Mrs. Goo (Oh Mi-hee). Pasangan tersebut
menyelamatkan anak perempuan tersebut, namun di kejauhan tepatnya di sebuah
laboratorium yang berhasil ditinggalkan oleh anak perempuan itu, Dr. Baek (Jo Min-su) dan Mr. Choi (Park Hee-soon) justru sepakat
bahwa anak perempuan tersebut tidak akan mampu bertahan hidup di hutan dan
mereka menganggap anak perempuan tersebut telah mati.
Sepuluh tahun berlalu anak perempuan
tersebut telah tumbuh menjadi wanita muda bernama Ja-yoon (Kim Da-mi). Ia memutuskan untuk mengikuti sebuah ajang
pencarian bakat agar dapat membantu ekonomi keluarga Mr.Goo, tapi ternyata hal
tersebut justru membawa Ja-yoon menjadi pusat perhatian. Salah satu yang
tertarik padanya adalah pria bernama Nobleman
(Choi Woo-shik) yang bersama dengan timnya terus mencoba “mengganggu”
kehidupan Ja-yoon. Menariknya juga ada Dr. Baek di sana, dan wanita tersebut
yakin bahwa Ja-yoon adalah anak perempuan yang dahulu berhasil kabur dari
laboratorium percobaan yang ia kelola.
Salah satu hal terbaik dari ‘The Witch: Part 1. The Subversion’
terletak pada cara yang digunakan oleh Sutradara Park Hoon-jung (New World) dalam merangkai setiap konflik menuju titik temu di
bagian akhir yang kemudian akan mempertemukan kamu dengan sebuah kejutan besar
yang telah ia simpan. Park Hoon-jung
sangat rapi dalam menata urutan cerita, dari cara dia membuat karakter Ja-yoon tampil dengan image “biasa”
sejak ia menyapa penonton, membentuk karakter pendukung dengan pesona
mengintimidasi yang unik, hingga bagaimana Park Hoon-jung membentuk kesan
misterius yang terus menggelayuti cerita dan tentu saja pikiran penontonnya
itu.
Penonton terus ditempatkan pada posisi
bertanya-tanya pada apa yang sebenarnya terjadi, dan hal terakhir tadi hadir
dengan pesona yang terasa menyenangkan, baik untuk sekedar diikuti hingga untuk
coba diamati secara lebih jauh lagi. Ja-yoon sendiri ditempatkan sebagai pusat
cerita tanpa dipoles secara berlebihan, kesan polos selalu melekat kuat pada
dirinya sehingga tidak heran penonton dibuat bertanya-tanya, apa salah wanita
muda ini sehingga ia menjadi incaran beberapa pihak yang tampak
"kesal" dengan dirinya? Bahkan ada kontes menyanyi di dalam cerita.
Ja-yoon berdiri saja di titik pusat, sedangkan di sekitarnya karakter lain
seperti Dr. Baek dan Nobleman sibuk mencari cara untuk “menyapa” dirinya.
Setting atau konsep tadi yang pada akhirnya
membuat film ini punya pesona unik yang kuat, karena setelah dibuat
bertanya-tanya kita kemudian disajikan sebuah pengungkapan yang sukses
menciptakan berbagai punch yang juga
sama kuatnya. Park Hoon-jung memperoleh buah atau hasil yang positif dari
proses membangun misteri yang ia lakukan dengan rasa percaya diri itu, ketika
semua telah berhasil ia tutup dengan rapi serta dengan ditemani polesan berupa
kesan misterius yang tinggi, ketika masuk ke babak akhir atau mungkin babak
utama yang penonton akan dapatkan adalah berbagai scene yang dipenuhi dengan thrill
yang oke. Park Hoon-jung menggunakan cara “reverse”
pada proses pengungkapan itu, dan itu berhasil.
Namun walaupun punya proses membangun
cerita penuh misteri yang terasa kuat hingga ketika ia memberi jawaban atas
pertanyaan dengan cara yang singkat namun padat, terlebih jika menilik transisi
di antara keduanya yang juga terasa halus, di sisi lain ‘The Witch: Part 1. The Subversion’ terasa cukup segmented. Tidak semua orang akan suka
dengan cara yang Park Hoon-jung gunakan dalam membentuk cerita yang juga ia
tulis sendiri itu, konklusi di bagian akhir bahkan akan terasa biasa saja jika
fokus hanya diarahkan pada satu jawaban untuk berbagai pertanyaan yang muncul.
Itu juga dampak dari konsep yang diusung sejak awal oleh film ini yaitu sebagai
bagian pertama bagi kisah wanita muda “unik” bernama Ja-yoon.
Tidak mengherankan jika bagian pertama ini
seolah menjadi sebuah perkenalan bagi Ja-yoon
kepada penontonnya. Namun jikalaupun memang dinilai sebagai sebuah perkenalan
terhadap sosok dengan kemampuan unik maka Park
Hoon-jung dapat dikatakan sukses menggunakan waktu dan kesempatan yang ia
miliki tersebut. Ruang yang ia sisakan untuk mengembangkan kisah ini menjadi
semakin luas dan besar juga tampak menjanjikan apalagi jika mengingat kisah masa
lalu Ja-yoon yang kelam itu, sumber materi yang tampak menarik untuk
dieksplorasi lebih jauh. Tapi tentu saja yang punya andil paling besar di sana
adalah bagaimana pesona dari sosok Ja-yoon begitu kuat dan membekas di ingatan
penontonnya.
Dibantu dengan elemen teknis seperti cinematography dan editing yang mumpuni, Park Hoon-jung memberikan kesempatan yang
besar bagi para aktor untuk membuat karakter mereka bersinar, yang kemudian
digunakan dengan baik oleh para aktor. Sebagai pusat cerita Kim Da-mi (Itaewon Class) membuat Ja-yoon bersinar begitu terang, dua sisi dari Ja-yoon ia bentuk
dengan baik terutama ketika berurusan dengan emosi eksentrik dan bad-ass. Choi Woo-shik (Parasite, Train to Busan, Time to Hunt) tampil sangat understated sebagai sosok misterius
yang tidak kalah unik, sedangkan Jo
Min-su (Pieta) membuat Dr. Baek memiliki semacam kesan menakutkan dalam kuantitas
yang oke. Sedangkan dua aktris muda, Jung
Da-eun (Mystic Pop-up Bar) dan Go Min-si memiliki
kesempatan yang mereka gunakan dengan baik untuk sesekali mencuri perhatian
penonton.
Overall,
The Witch: Part 1. The Subversion (Manyeo) adalah film yang memuaskan. Sejak awal hingga akhir Sutradara
sekaligus penulis cerita Park Hoon-jung
berhasil menerjemahkan ide yang tentang sosok super dan unik itu menjadi sebuah
kisah misterius yang terus “mempermainkan” penonton dengan cara yang
menyenangkan dan nakal, menempatkan elemen misteri yang berdiri tangguh di
pusat cerita sebelum akhirnya dituntaskan menggunakan elemen action dengan
berbagai punch yang kuat. Sama
kuatnya seperti pesona karakter dan tentu saja kinerja akting para aktor,
terutama Kim Da-mi. Juicy. Segmented.
"If you touch me, I'll take your head." o_o
ReplyDelete