“Your
lucky day is coming.”
Terkadang
presentasi yang sederhana jika dikemas dengan tepat justru dapat bekerja jauh
lebih efektif, terlebih jika materi yang terkandung di dalamnya juga sederhana.
Film ini adalah contohnya, ia membawa pesan yang sangat sederhana dan kemudian
ditampilkan juga dengan cara sederhana, ke dalam sebuah drama comedy dengan sedikit bumbu thriller yang dikendalikan sepenuhnya
oleh karakter yang juga sederhana, seorang nenek tua tangguh yang doyan merokok
dan punya tatapan "idgaf"
yang terasa mematikan. ‘Lucky Grandma’ :
a charming story about growing old and respect for elderly.
Grandma (Tsai Chin)
sebenarnya sudah berulang kali diminta oleh anak laki-lakinya untuk pindah dan
tinggal bersama mereka dan juga cucunya, namun permintaan tersebut dengan tegas
ditolak oleh Grandma. Wanita lanjut usia tersebut lebih memilih untuk tinggal
sendiri di sebuah apartemen kecil di area Chinatown
kota New York, dan dengan sedikit
angkuh mengatakan bahwa ia tidak butuh bantuan dana dari anaknya tersebut.
Faktanya uang yang Grandma punya tidak banyak, tapi wanita yang doyan merokok
tersebut tidak kehabisan akal dan menolak menyerah.
Ia
memutuskan untuk datang ke kasino dan mengadu peruntungannya di sana. Hasil
yang Grandma peroleh ternyata tidak sepenuhnya sesuai dengan ekspektasinya,
namun ternyata dewi keberuntungan sedang berpihak padanya. Pada satu momen.
Grandma secara tidak sengaja “dihampiri” sebuah tas ketika ia sedang berada di
dalam bus, namun alih-alih mengembalikan tas tersebut ke tempatnya Grandma
justru secara sengaja memilih untuk membawa tas yang bukan miliknya tersebut.
Grandma tidak tahu bahwa tas tersebut sebenarnya milik perkumpulan gangster, the Red Dragon.
Di
debut film layar lebarnya ini Sutradara Sasie
Sealy melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengakomodasi senjata
utama nan mematikan yang ia miliki, yaitu pesona kuat, tangguh, dan sedikit
gila namun charming dari karakter
Grandma yang diperankan dengan sangat baik oleh Tsai Chin. Sejak kemunculannya di layar dengan sangat cepat Grandma
langsung meraih atensi penonton, mengunci mereka dengan perawakan “kokoh” yang
ia punya dibalik kemampuan fisiknya yang mungkin tidak berada dalam kondisi
serupa. Rokok yang seolah setia menempel di jari tangan Grandma semakin
memperkuat kesan tersebut, kita dibuat yakin bahwa wanita lansia ini dapat
menyelesaikan semua masalah yang ia hadapi.
Kesan
tersebut ternyata sangat penting bagi cerita mengingat setelah itu Grandma
dihadapkan dengan berbagai rintangan yang harus ia selesaikan. Awalnya ini
tampak seperti akan berjalan ke arah menjadi sebuah drama yang mencoba
menyoroti kehidupan orang usia lanjut dengan segala “keterbatasan” yang telah
mereka miliki, namun bersama dengan Angela
Cheng cerita yang ditulis oleh Sasie
Sealy justru tidak mencoba menaruh kesan “lemah” tersebut untuk
mengeksplorasi tema utama yang coba mereka bawa, yaitu respect kepada para
orang tua lanjut usia. Mereka justru menempatkan karakter utama di dalam
"misi" untuk menghancurkan segala keterbatasan tadi sebagai sebuah
pembuktian kepada penonton.
Tidak
heran pada akhirnya petualangan sederhana yang dikombinasikan dengan sedikit
bumbu crime dan thriller tersebut terasa menyenangkan untuk diikuti. Karakter utama
kita yang tangguh tersebut berhasil membuktikan kepada anaknya dan juga para
penonton bahwa usia bukan halangan baginya untuk terus bersikap berani dalam
menjalani kehidupannya, sesuai dengan yang ia inginkan. Grandma punya sikap
keras kepala dibalik perawakan kokoh dan tangguhnya, dan hal yang terasa wajar
eksis di usia lanjut itu digunakan dengan baik Sasie Sealy untuk terus mengembangkan narasi cerita, membawa Grandma terus berjalan mengitari Chinatown untuk menaklukan rasa frustasi
yang menghampirinya.
Memang
eksekusi yang Sasie Sealy berikan
tidak semuanya terasa mulus terutama jika berbicara tentang lingkungan di
sekitar Grandma, selain karakter Big Pong
(Hsiao-Yuan Ha) dan keluarga, lingkungan di sekitar Grandma terasa kurang
hidup dan kaku. Tapi hal tersebut diakali oleh Sasie Sealy dengan mencoba tetap
mengarahkan atensi penonton pada karakter utama, yang harus diakui cukup sukses
untuk terus mengunci atensi. Rintangan yang harus dihadapi Grandma juga terasa understated, ada rasa hormat di mana
aksi kejar ditampilkan dengan speed yang
normal sedangkan pertarungan tidak
hadir dalam oktan tinggi, dan menariknya tanpa meninggalkan kesan “meremehkan”
karakter utama.
Yang
Sasie Sealy lakukan justru adalah embracing keindahan dari menjadi orang
lanjut usia, menggambarkan bagaimana mereka tidak boleh dijadikan sosok yang
terlupakan begitu saja sembari menunjukkan bahwa usia dengan angka yang sudah
sangat banyak itu tidak boleh pula menjadi penghalang untuk terus bermimpi.
Grandma dares to dare di sini, ia
menolak tampak lemah namun justru menunjukkan bahwa ia “masih ada” yang
menariknya ia tampilkan dengan menjalani hidup menggunakan konsep idgaf yang
menarik. Tanpa terkesan mengemis Grandma terus menerus menunjukkan bagaimana
dirinya menginginkan rasa hormat dari orang-orang di sekitarnya, sesuatu yang
memang layak ia dan orang-orang di usianya peroleh.
Pencapaian
di atas tidak lepas dari kinerja akting yang menawan dari seorang Tsai Chin. Karakter lain di sekitarnya
menjalankan tugas mereka secara cukup efektif di mana Hsiao-Yuan Ha yang berperan sebagai Big Pong yang paling mencuri
atensi, namun dari awal hingga akhir ‘Lucky
Grandma’ adalah sebuah acting
showcase bagi Tsai Chin. Sosok
tangguh dan seperti tidak punya perasaan, Tsai
Chin membuat Grandma menjadi karakter yang kehadirannya di layar terasa
sangat magnetic, ia juga berhasil
memadukan kesan kokoh yang dimiliki Grandma untuk tidak terasa overdo sehingga tetap mampu mendorong
sisi lembut dari wanita dengan tatapan mata mematikan itu untuk meraih simpati
penontonnya.
Overall, ‘Lucky Grandma’
adalah film yang memuaskan. Jika berbicara secara tampilan maka apa yang
dihadirkan Sasie Sealy di sini memang terkesan kurang dipoles, tapi hal
tersebut justru membuat target yang dipasang sejak awal berhasil dicapai dengan
baik yaitu sebuah penggambaran dari arti atau makna di balik proses menua serta
respect terhadap orang lanjut usia. Dreaming and acceptance menjadi bagian
penting di dalam cerita, yang juga sebenarnya bagian penting di dalam proses
bertumbuh yang dijalani oleh setiap manusia. Segmented.
"Eight!" :)
ReplyDelete