“I heard something. A voice.”
Psychological horror
merupakan subgenre yang unik, tidak
bermain layaknya sebuah horror secara langsung namun justru kerap lebih
berhasil “meninggalkan” bekas mendalam di ingatan penontonnya. The Babadook, It Follows,Get Out, Hereditary,
hingga The Lighthouse adalah beberapa
contoh film psychological horror yang
sangat kuat dalam beberapa tahun terakhir yang berhasil mengolah materi tentang
kondisi mental, emosional, dan psikologis untuk “mengganggu” pikiran
penontonnya. Film ini mencoba untuk melakukan hal terakhir tadi. ‘The Lodge’ : a well-staged but doesn't bite
paranoia.
Remaja
bernama Aidan Hall (Jaeden Martell)
sedang bercanda dengan adik perempuannya Mia
(Lia McHugh) saat mereka berada dalam perjalanan bersama Ibu mereka, Laura Hall (Alicia Silverstone) untuk
bertemu dengan Richard Hall (Richard
Armitage). Laura awalnya mengira bahwa pertemuan tersebut adalah acara
kumpul keluarga biasa namun ternyata rencana berbeda telah disusun Richard,
bahwa pria tersebut ingin meminta agar proses perceraian mereka segera
dipercepat karena dirinya ingin segera menikah dengan kekasih barunya, Grace Marshall (Riley Keough).
Sebuah
tragedi diciptakan oleh Laura yang membuat kedua anaknya tadi kini harus
tinggal bersama Richard. Untuk membuat anak-anaknya itu segera lepas dari
kesedihan Richard membawa mereka ke pondok milik keluarga mereka yang terletak
di tempat terpencil. Tapi tidak hanya bertiga, karena Grace juga ikut bersama
mereka, dan itu menjadi sumber sebuah masalah besar. Aidan dan Mia tidak
menyukai Grace, dan menganggap wanita tersebut sebagai penyebab mereka
kehilangan Laura. Sedangkan Grace ternyata memiliki memori buruk di masa
lalunya, terkait aksi bunuh diri massal.
Veronika Franz
dan Severin Fiala kembali
menghadirkan formula yang pernah mereka gunakan di ‘Goodnight Mommy’ yang pada akhirnya membuat psychological horror tersebut terasa memorable. Kembali mencoba bermain dengan beban berat di dalam
pikiran karakter utama yang tiba-tiba berkembang menjadi sesuatu yang
berbahaya, ‘The Lodge’ juga akan
mengingatkan penonton pada apa yang dua tahun lalu telah Ari Aster coba lakukan di ‘Hereditary’.
Konsepnya sendiri terbilang oke, bagaimana seorang wanita yang masih
terbelenggu sebuah tragedi di masa lalunya kemudian harus berhadapan dengan
problema baru di dalam hidupnya. Kali ini kita punya dua karakter anak-anak
yang menjadi pion.
Sejak
kemunculannya di layar Grace Marshall
harus diakui memegang penuh kendali cerita, namun di sisi lain ia justru
“digerakkan” oleh Aidan dan juga Mia. Cerita yang ditulis oleh Veronika Franz dan Severin Fiala bersama dengan Sergio
Casci itu pada akhirnya tidak mencoba menjadi sebuah eksplorasi yang
menggali sangat jauh ke dalam tentang beberapa isu yang ia bawa, namun secara
efektif justru mampu mencapai target yang ingin ia capai. Secara sederhana ‘The Lodge’ dibuat untuk “mempermainkan”
emosi penontonnya, bukan bertemu dengan konflik atau masalah yang berat namun
lebih ke arah memposisikan penonton untuk mengamati secara sabar bersama dengan
rasa penasaran.
‘The Lodge’
ini terasa lambat namun tidak pernah dekat dengan kesan menyiksa. Penonton yang
telah menyaksikan ‘Hereditary’ akan
dengan mudah merasakan bahwa ini merupakan sebuah carbon copy dari film tersebut, ada miniatur rumah boneka lengkap
dengan tragedi mengejutkan yang tersimpan di dalam narasi dengan motif yang
seolah terus menerus mencoba bermain hide
and seek dengan penontonnya. Veronika Franz dan Severin Fiala terus mencoba
membuat penonton menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi di dalam rumah
tersebut, proses yang berhasil mereka kemas dengan thrill yang cukup oke, eksekusinya terasa percaya diri terlebih
pada cara mereka dan Thimios Bakatakis
menciptakan visual yang mencekam itu.
Beberapa
isu yang sudah tidak asing lagi juga berhasil tersampaikan dengan baik,
terutama berkat eksplorasi yang tidak mencoba untuk menjadi sesuatu yang
terlalu rumit. Isu tentang penyakit mental yang di sini hadir lewat tragedi
masa lalu penyampaiannya terasa oke, masalah pernikahan juga oke, sedangkan suicide prevention yang di bagian akhir
sempat menjadi bintang utama di pusat cerita juga oke. Kombinasi ketiganya di
beberapa bagian mampu menghasilkan tensi yang tinggi untuk cerita, Veronika Franz dan Severin Fiala paham momen mana di dalam cerita yang dapat
difungsikan untuk bermain “tarik dan ulur” bersama penonton, bahkan untuk
tangga kosong sekalipun.
Veronika Franz
dan Severin Fiala memang tahu
bagaimana cara bermain dengan rasa takut penonton, tapi di sisi lain meskipun
punya permainan “tarik dan ulur” yang oke serta punya beberapa bagian yang
seolah hampir melepaskan ledakan besar, ‘The
Lodge’ ternyata juga terperangkap di dalam permasalahan dari horror ruang sempit seperti ini.
Repetitif juga jelas namun yang terasa lemah adalah thrill yang hadir pada transisi
antara ketika kekacauan di dalam pikiran karakter utama siap meledak dengan
kemunculan pengungkapan di balik misteri pada cerita. Perpindahan itu terasa
kurang mengigit padahal itu seharusnya menjadi wtf moment yang mengguncang penonton.
Alhasil
kisah yang mencoba bermain dengan sisi spiritual karakter ini tidak punya
sengatan atau punch yang sangat kuat.
Sangat disayangkan memang apalagi setelah ia mempermainkan penonton yang
terisolasi bersama karakter di dalam pacing yang terasa lambat itu. Untungnya Veronika Franz dan Severin Fiala piawai dalam bermain dengan atmosfir cerita jadi at least mereka masih mampu memaku
atensi penonton dengan baik, jika tidak maka adegan penutupnya itu tidak akan
memiliki kesan eksentrik yang sekuat dan semenarik itu. Mereka juga patut
berterimakasih pada Riley Keough, ia
menjalankan tugasnya dengan baik, begitupula dengan Jaeden Martell.
Overall, ‘The Lodge’
adalah film yang cukup memuaskan. Perjalanan menuju titik akhir terasa menarik,
dipermainkan dengan misteri yang berkombinasi bersama ekplorasi terhadap sisi
psikologis karakter, Veronika Franz
dan Severin Fiala berhasil membuat ‘The Lodge’ sebagai sebuah penggambaran
tentang mental illness yang terasa
oke. Secara konsisten terasa mencekam lewat pendekatan yang lembut, ‘The Lodge’ jelas sebuah sajian psychological horror yang menarik,
walaupun pada akhirnya tidak menghasilkan punch
yang memikat dan, well, mungkin tidak
ada akan terasa memorable. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment