Mystic Pop-up Bar
Episode 9 - Episode 12
Mengusung konsep yang terasa unik ‘Mystic Pop-up Bar’ adalah sebuah kejutan yang menyenangkan di paruh pertama tahun 2020 ini, dan itu ditutup dengan manis oleh empat episode terakhirnya ini. Sedari awal ekspektasi saya tidak terlalu tinggi terlebih ketika melihat bagaimana empat episode pertama yang meskipun dengan baik berhasil memperkenalkan konsep yang ia usung kepada penonton namun di sisi lain juga meninggalkan rasa waspada terhadap “kekurangan” yang dimiliki konsep tersebut. Semua tidak dimulai dengan sangat kokoh sebenarnya, lebih terasa seperti potongan berbagai sketsa, namun perlahan ini bangkit dan berakhir dengan sangat manis.
Pencapaian tersebut tidak lepas dari strategi yang digunakan oleh Screenwriter Ha Yoon-ah, ia ternyata menyimpan semua “rahasia” itu agar menjadi hidangan penutup. Di empat episode terakhir ini penonton bertemu dengan berbagai fakta mengejutkan di balik kehidupan masa lalu para karakter yang berpusat pada Wol-joo, mereka dihadirkan satu per satu dengan kontrol yang baik dari Sutradara Jeon Chang-geun untuk tidak hanya sekedar mengejutkan penonton saja namun juga menjalin benang merah cerita, mengurai konflik utama yang tersimpan sedari awal, dan membuat bobot emosi yang terkandung di dalam cerita terasa semakin berat dan kuat.
Itu adalah hasil dari upaya Ha Yoon-ah dan Jeon Chang-geun di babak awal, mereka berhasil membawa penonton untuk fokus pada misi utama Wol-joo dalam mendirikan pop-up bar tersebut. Satu per satu “pasien” dihadirkan, kita dibawa menyaksikan mereka kemudian disembuhkan berkat bantuan magic yang dimiliki Wol-joo, Chief Gwi, dan juga Kang-bae. Walaupun tidak semua dari konflik pendukung tersebut terasa kuat tapi secara fungsi mereka sukses membuka jalan untuk masuknya konflik utama yang lebih besar. Kemunculan konflik yang lebih besar membawa perubahan yang juga sangat besar terhadap cerita terutama pada elemen drama di mana berbagai emosi cantik bermunculan dalam jumlah besar.
Di delapan episode sebelumnya walaupun terasa fun to follow tapi saya merasa ada sesuatu yang kurang dari ‘Mystic Pop-up Bar’, yaitu bobot kumulatif yang ia miliki di pusat cerita dari segi emosi dan drama. Di empat episode terbaru ini ada loncatan yang sanga memikat terutama ketika penonton akhirnya disuguhkan koneksi yang sebenarnya terjalin di antara past and present. Tidak bisa dikatakan sepenuhnya segar memang namun cara mereka dikemas berhasil membuat berbagai kejutan klasik itu terasa kuat, Jeon Chang-geun melakukan pekerjaan yang baik dalam hal ini, tatanan urutan terungkapnya fakta-fakta mengejutkan itu menghasilkan punch yang kuat namun menariknya tanpa dramatisasi yang terasa berlebihan.
Hal terakhir tadi terasa menarik, ketika saya merasa terkejut tapi di sisi lain tidak merasa bahwa cerita “diperas” terlalu kuat untuk menyajikan eksploitasi emosi. Semua dikemas secara tepat guna dan yang paling menyenangkan adalah bagaimana hal tersebut dicapai tanpa mengorbankan tone cerita yang sedari awal sudah di set untuk terasa santai dan ringan. Tidak ada perubahan tone yang drastis dan terasa mengganggu di empat episode terakhir ini, arena bagi elemen drama yang membawa emosi sedikit lebih besar dan berat itu diakomodasi dengan baik oleh Jeon Chang-geun untuk dapat langsung klik ke dalam narasi. Kesan misterius di beberapa bagian juga dijaga dengan baik untuk thrill dan excitement cerita.
Tidak heran pada akhirnya penonton dibuat merasa terikat dengan akhir dari perjuangan tiga orang sosok yang ternyata memiliki ikatan batin di masa lalu itu, karena proses terungkapnya jawaban akhir ternyata tidak “mudah” semudah yang saya kira sebelumnya. Tapi menariknya jawaban akhir itu justru terasa sebagai sebuah konklusi yang menyandang status bonus bagi penonton di dalam petualangan ini, karena yang paling memorable justru adalah makna yang tersimpan di dalam perjuangan tersebut. Ini yang paling mengejutkan, bagaimana isu tentang takdir dan keajaiban berhasil membungkus dengan sangat manis berbagai isu yang telah disajikan sebelumnya.
Dibantu dengan kinerja akting yang memikat serta elemen teknis yang terasa oke, Screenwriter Ha Yoon-ah dan Sutradara Jeon Chang-geun memang tampak mencoba menghadirkan begitu banyak isu sejak awal, namun ternyata yang menjadi pusat dari itu semua jauh lebih sederhana, yang jika ditarik ke konteks yang paling global adalah sebuah petualangan tentang how beautiful life can be. Everyone's fate is decided by the heavens. But the heavens is more easily moved than you might think. Little things that you say and do may change your fate. If changing your fate is called a miracle, miracles may be happening every day. The miracle of you being alive. The miracle of having that person next to you. And the miracle of being able to have a drink with that person. Well done.
0 komentar :
Post a Comment