“I'm glad I let you live.”
Kamu pasti pernah mendengar salah satu
prinsip dasar investasi yang dikenal dengan prinsip high risk high return. Makna dari prinsip tersebut sendiri adalah semakin
besar resiko yang diambil maka potensi imbal hasil yang dapat diperoleh juga
akan semakin besar. Di film ini empat orang anak muda memberanikan diri untuk
menerapkan prinsip tersebut, mereka mencoba untuk mengambil resiko yang sangat
berbahaya untuk dapat meraih mimpi yang selama ini mereka dambakan, aksi yang
kemudian membuat dimulainya sebuah perburuan. ‘Time to Hunt’ : an action crime thriller film that wrongly chooses a weapon.
Korea Selatan yang dystopian telah mengalami kehancuran yang sangat berat, kehidupan
kini semakin keras di mana aksi demo seolah menjadi pemandangan yang sangat
biasa. Perekonomian Korea Selatan runtuh, itu ditandai dengan mata uang mereka
(Won) yang jatuh secara masif
terhadap US Dollar. Hal tersebut
membuat pria bernama Jun-seok (Lee
Je-hoon) terkejut ketika ia keluar dari penjara dan disambut oleh dua
sahabatnya, Jang-ho (Ahn Jae-hong)
dan Ki-hoon (Choi Woo-shik). Jun-seok
sangat ingat bahwa ketika ia masuk ke dalam penjara dirinya masih memiliki uang
dalam jumlah yang cukup banyak, materi yang kini telah tiada.
Hal tersebut kemudian membuat Jun-seok
memutuskan untuk segera melaksanakan rencana yang telah ia susun sejak mendekam
di dalam penjara. Jun-seok punya mimpi untuk hidup kaya raya dengan pemandangan
yang indah di Kenting, selatan Taiwan, dan untuk itu ia menyusun rencana
merampok sebuah rumah judi ilegal. Dibantu seorang pria bernama Sang-soo (Park Jung-min) rencana
tersebut segera mereka eksekusi setelah merasa yakin dengan persiapan singkat
yang mereka lakukan. Celakanya adalah Jun-seok dan teman-temannya tersebut
tidak sadar dengan siapa mereka mencoba bermain api, aksi mereka kemudian
menciptakan sebuah aksi perburuan.
Saya suka dengan konsep yang digunakan oleh
Sutradara Yoon Sung-hyun di sini,
sama seperti yang pernah ia terapkan di ‘BleakNight’ persahabatan yang terjalin di antara karakter kembali menjadi tombak
andalan yang paling utama. Kali ini memang tidak terlalu mencolok ketimbang ‘Bleak Night’ terlebih dengan konflik
utama yang berputar-putar di isu pencurian yang secara bertahap membawa
karakter masuk ke dalam “siksaan” yang semakin berat. Namun menariknya di balik
kondisi tersebut pesona ikatan pertemanan yang terjalin di antara empat
karakter tetap berhasil menjadi semacam sinar yang cukup terang di balik
konflik yang kelam itu.
Cara Yoon
Sung-hyun menekankan isu tentang persahabatan itu di sini cukup menarik,
tidak terlalu baru memang namun penggunaan kondisi tertekan di dalam perburuan
yang harus mereka jalani secara implisit justru menciptakan semacam jalinan
emosi yang cukup menarik di antara empat karakter itu. Berbagai ucapan kasar
memang menjadi warna dominan di dalam keseharian mereka, namun Jun-seok dan tiga rekannya itu berhasil
menghadirkan chemistry yang oke dan
membuat persahabatan mereka tampak menyenangkan untuk diamati. Sayangnya Yoon Sung-hyun tidak memberikan porsi
yang sedikit lebih banyak untuk itu.
Hasilnya kisah tentang persahabatan itu
harus puas hanya duduk manis menjadi pendamping bagi perburuan yang terus
mendapat sorotan utama. Berbicara tentang perburuan sendiri eksekusi yang
diberikan Yoon Sung-hyun terasa oke, thrill
dari aksi lari dan mengejar itu dikemas dengan baik, tensi cerita terasa cukup oke
terutama pada cara Yoon Sung-hyun mengemas momen-momen menegangkan yang mencoba
menarik untuk kemudian sedikit mengulur intensitas elemen action di dalam cerita. Ada momen di mana hujaman peluru yang
bergerak cepat berhasil menciptakan kepanikan yang sangat besar pada karakter,
penonton ikut merasakan itu, namun tarik ulur di bagian action tadi juga membuat ‘Time
to Hunt’ jadi terasa kurang dinamis.
Di sini kita punya karakter Han (Park Hae-soo), dan jika berbicara
tentang karisma ia punya pesona yang di awal kemunculannya sukses meyakinkan
penonton bahwa dirinya adalah sosok yang berbahaya. Atau bahkan mungkin sulit
untuk dikalahkan. Tapi apakah Han sukses mengintimidasi? Sayangnya terasa
kurang. Motif utama yang dimiliki Han sendiri dibuat tampak misterius oleh Yoon
Sung-hyun namun kondisi di mana dirinya tampak unbeatable itu yang justru membuat sebuah twist kecil di bagian penghujung itu terasa kurang nendang.
Meskipun secara koneksi hubungan sebab dan akibat itu bagus terlebih karena
mereka sederhana, namun kejutan itu terasa sedikit dipaksakan dan membuat apa
yang hadir selanjutnya terasa semakin kendur.
Ya, semakin kendur, secara kualitas
dinamika cerita memang terasa jumpy dengan berbagai momen yang intens, namun
secara grafik “punch” yang dihasilkan
menunjukkan grafik yang bergerak menurun. Hal tersebut sangat disayangkan
karena Sung-hyun sudah sedikit mengorbankan elemen lain yang sebenarnya tidak
kalah potensial, yaitu eksplorasi terhadap isu friendship empat karakter utama. Yoon Sung-hyun terasa terlalu fokus dalam membentuk dunia dystopian itu sendiri, ia terus mencoba
menekankan kesan kejam dan kering yang mungkin akan terjadi di masa depan,
bagaimana manusia akan saling “memakan” manusia lainnya tidak lagi dengan cara
implisit yang eksis seperti sekarang ini, namun dengan cara yang jauh lebih
frontal.
Hasilnya ‘Time to Hunt’ terasa overstretched,
terasa kurang padat, ia juga punya beberapa buah momen di mana karakter dan
cerita terasa mencoba terlalu keras. Ya, untung saja kita punya lima karakter
yang mampu membentuk sebuah tim yang oke, mereka saling menopang satu sama lain
ketika cerita mulai tampak sedikit kelelahan untuk bergerak. Ahn Jae-hong (Reply 1988, Familyhood, Fight for My Way),
Choi Woo-shik (Train to Busan, Okja, Parasite), dan Park Jung-min (Bleak Night, Dongju:
The Portrait of a Poet) tampil baik dalam memerankan karakter mereka,
sedangkan meskipun intimidasi yang ia sajikan terasa kurang konsisten namun Park Hae-soo (Prison Playbook) mampu membuat Han sebagai sosok dengan pesona
yang oke. Sementara itu berperan sebagai motor utama di sini Lee Je-hoon (Architecture 101, PhantomDetective) terhitung mampu menggerakkan konflik, sisi “rentan” yang
dimiliki Jun-seok juga ia tampilkan
dengan baik.
Overall, ‘Time to Hunt (사냥의 시간)’ adalah film yang
cukup memuaskan. Konsep yang diusung menarik dan Yoon Sung-hyun berhasil
mempertahankan kualitas pesona yang dimiliki konsep tersebut hingga akhir. Tapi
hal tersebut pula yang kemudian membuat ‘Time to Hunt’ seperti terjebak di
dalam dunia baru itu, terasa overstretched dan kurang dinamis meskipun di sisi
lain tetap memborbardir penonton dengan sajian action di mana tidak sedikit di
antara mereka punya kualitas thrill yang terasa memikat. Cukup seimbang
meskipun pada akhirnya tidak terasa mencolok, quite fun to follow meskipun
cukup disayangkan tombak utamanya kurang dimanfaatkan. High risk, high return.
"It's been fun."
ReplyDelete