“What
is this Avatar shit?”
Delapan
tahun lalu film ‘The Hunger Games’
muncul dan sukses mencuri perhatian berkat ide cerita yang ia miliki. Kala itu
penonton dibawa menyaksikan perjuangan Katniss
Everdeen yang mencoba bertahan hidup di dalam sebuah permainan, sebuah
permainan gila di mana kemenangan merupakan tanda bahwa peserta adalah manusia
terakhir yang berhasil bertahan hidup. Ide dan konsep yang terasa keji tersebut
coba dimodifikasi oleh film ini, bagaimana jika manusia-manusia terpilih harus
berusaha mempertahankan hidup mereka di dalam sebuah arena buatan rekan mereka sesama
manusia? ‘The Hunt’ : an idealist satirical
horror thriller.
Di
sebuah group chat yang beranggotakan
beberapa elites sedang terjadi percakapan
yang berujung pada pertukaran lelucon berbahaya. Salah satu hal yang ikut
disinggung adalah Manorgate (Pizzagate?) yang kemudian menuntun
diskusi tersebut ke garis akhir. Setelah itu kemudian muncul sebelas manusia
yang ketika terbangun dari tidur mereka tampak bingung dengan lingkungan yang
ada disekitar mereka. Salah satu dari mereka adalah Yoga Pants (Emma Roberts (We're the Millers, Nerve)) yang kemudian tampak ragu ketika sebuah
kotak yang berada di padang rumput luas itu coba dibuka oleh seorang pria.
Kotak
tersebut berisikan beragam jenis senjata dan tidak lama kemudian hadir berbagai
hujaman peluru ke arah sebelas manusia tadi. Sebelas orang tersebut ternyata
merupakan kontestan di dalam sebuah permainan yang sudah dirancang oleh Athena Stone (Hilary Swank) dan juga
teman-temannya. Mereka ingin agar sebelas orang yang mereka pilih berdasarkan
perilaku masing-masing di dunia maya itu terus berlari, menjadi target yang
siap dimangsa. Di antara sebelas orang itu ada Crystal Creasey (Betty Gilpin), seorang wanita dengan dasar militer
yang tampaknya jauh lebih “siap” menjalani permainan itu ketimbang kontestan
lainnya.
‘The Hunt’
ini adalah film yang sangat-sangat idealis. Konsep sendiri bagus dan ya, akan
mengingatkan kita pada ‘The Hunger Games’
dan sedikit kebelakang ada ‘Battle
Royale’, menggunakan arena bermain layaknya sebuah survival games yang dikemas secara liar. Mungkin kesan keji yang
dimiliki cerita terasa sedikit lebih kecil dari dua judul film tadi, karena
yang terlibat di dalam permainan ini tidak hanya sebatas sebelas manusia
“terpilih” tadi. Namun hal tersebut tidak membuat kesan mengerikan dari cerita
yang ditulis oleh Nick Cuse dan Damon Lindelof (Lost, Star Trek Into Darkness) itu menjadi lemah, karena di balik kesan misterius cerita
eksekusi yang ia tampilkan Craig Zobel
sendiri berhasil menciptakan berbagai thrill yang oke.
Ya,
at least untuk paruh pertama. Yang
paling mencolok dari presentasi di paruh awal adalah cara Craig Zobel (Compliance, Z for Zachariah) mengemas tekanan yang
dimiliki cerita, hal yang penting untuk dimiliki sebuah film dengan aksi survival sebagai senjata andalan utama.
Permainan itu tampak dan terasa sangat liar, serta sedikit spoiler bahwa semua kontestan seolah dapat mati kapan saja. Tidak
ada kesan takut dan “menjaga” eksistensi karakter di sini, yang dibutuhkan Craig Zobel tampaknya adalah bagaimana
caranya menciptakan aksi berburu yang mampu untuk terus mengumbar kesan keji
dari aksi para elite tadi karena dari sanalah sumber social satire yang coba dihadirkan oleh ‘The Hunt’.
Tapi
menariknya hal terakhir tadi ditampilkan secara implisit. Jelas bahwa ‘The Hunt’ mencoba mempermainkan
persepsi penonton dengan menunjukkan bahwa ini merupakan aksi penindasan dari
si kaya melawan si miskin, namun ternyata ini sedikit lebih rumit. Nick Cuse dan Damon Lindelof membuat porsi politik cukup besar di dalam cerita,
identitas politik di dunia maya mencuat menjadi sorotan yang mengejutkan. Group chat di awal tadi merupakan sebuah
kunci penting dan menarik, ia merupakan sumber dari konflik utama, permusuhan online yang kemudian dieksplorasi secara
sangat implisit di sini sehingga harus diakui terasa sulit untuk menjangkau
banyak penonton yang lebih berfokus pada survival
games sebagai arena utama.
Dan
harus diakui pula bahwa satire
terkait sosial, politik dan online itu pengemasannya juga terasa kurang kuat.
Kata “whoops” yang digunakan salah
satu karakter ketika waktu yang ia punya telah habis merupakan sebuah ending
yang mewakili perasaan saya, rasa “oh, tidak buruk ternyata” ketika ia berakhir
namun juga merasakan bahwa ada sesuatu yang hilang dari apa yang baru saja saya
saksikan. Ide yang ia punya memang berhasil ditampilkan dalam konteks yang
menarik tapi tanpa didukung dengan eksploitasi yang dapat memancing dan
“membakar” argumen penonton terhadap isu utama. Contohnya seperti apa yang
terjadi pada Crystal, kesalahpahaman
yang merugikan dirinya itu sebenarnya sebuah satire yang menarik.
Tapi
sayangnya punch yang tercipta justru
datar. Tapi apakah memang niat awalnya hanya seperti itu? Melempar berbagai isu
menarik yang kemudian bekerja untuk mempermainkan persepsi penonton secara
sederhana. Bagi mereka yang “bersedia” mungkin tidak masalah, namun bagi
penonton yang lebih menaruh perhatian pada “kesederhanaan” yang diusung narasi
di mana fokusnya adalah menyaksikan karakter berpetualang mencari jalan keluar
tentu hasil akhir ‘The Hunt’ akan
terasa cukup kosong. Dan faktanya memang demikian, tanpa didampingi dengan satire yang juga hit and miss itu kulit luar cerita memang terasa biasa saja dan
tidak berhasil menggigit.
Cukup
disayangkan memang karena jika melihat karakter utama, Crystal Creasey, sebenarnya ia punya peluang untuk menghadirkan
sebuah perlawanan yang lebih memikat lagi. TIdak perlu terlalu jauh ke Katniss,
ambil saja contoh seperti Cecilia Kass
di ‘The Invisible Man’ yang mencoba
melawan sosok yang “mengganggu” dirinya. Seperti ada batasan yang diberikan
pada Crystal walaupun harus diakui berkat kinerja akting yang oke dari Betty Gilpin (GLOW) ia berhasil menjadi
jangkar yang kuat untuk membuat ‘The
Hunt’ tidak jatuh boring. Hilary
Swank juga cukup oke dalam menjalankan perannya dengan baik sebagai salah
satu otak di balik konflik utama, walaupun sayangnya ia ditempatkan pada posisi
menunggu.
Overall, ‘The Hunt’
adalah film yang kurang memuaskan. ‘The
Hunt’ tidak mencoba terlalu keras untuk tampak misterius sebenarnya, ia
justru mencoba menghadirkan penggambaran tentang berbagai isu sosial dan
politik dalam sebuah permainan mengerikan yang terasa liar. Ada thrill yang oke dari sana, namun
sayangnya ‘The Hunt’ justru tampil
idealis sehingga tidak mencoba menggali pertanyaan yang lebih besar dari
isu-isu tadi, tidak membakar penonton dengan argumen yang lebih menarik namun
hanya sebatas menggoyang persepsi mereka tanpa disertai pemeriksaan lebih
lanjut. Celakanya ending film ini justru sangat tergantung pada hal terakhir
tadi. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment