Menjadi
seorang perfeksionis pada dasarnya bukanlah sesuatu yang buruk, namun pada
beberapa hal menjadi perfeksionis justru mungkin akan membuat hidupmu menjadi
sedikit lebih sulit atau rumit. Salah satunya adalah ketika berkaitan tentang
cinta dan pernikahan. Ikatan yang menjunjung tinggi janji suci setia sampai
mati membuat banyak orang kini memiliki banyak pertimbangan jika berbicara
tentang cinta, harus ini dan harus itu pada akhirnya satu atau dua
ketidaksesuian kemudian akan membuatnya meragu. Sudah punya pacar belum? Kapan
nikah? Nunggu apa lagi? Plus One : a wacky romantic comedy.
Alice (Maya Erskine)
dan Ben (Jack Quaid) merupakan dua
sahabat yang sudah saling mengenal sejak bangku kuliah, mereka saling membantu
satu sama lain dan keakraban sebagai teman yang terjalin di antara mereka
membuat munculnya hubungan asmara adalah sesuatu yang sangat mustahil untuk
terjadi. Karena rasa nyaman tersebut hingga suatu ketika mereka memutuskan
untuk saling membantu terkait acara pernikahan, yaitu ketika “musim menikah”
telah tiba Alice dan juga Ben menerima begitu banyak undangan pernikahan yang
harus mereka hadiri.
Karena
sama-sama sedang tidak memiliki pasangan maka mereka sepakat untuk saling
menemani ketika menghadiri acara pernikahan, Alice menjadi teman Ben untuk
datang ke acara pernikahan di mana Ben menjadi tamu undangan, begitu pula sebaliknya.
Menjadi plus one. Alice dan Ben
sepakat bahwa hal tersebut akan mereka lakukan untuk sepuluh undangan
pernikahan, lima untuk Alice dan lima untuk Ben. Namun celakanya menghadiri
berbagai pernikahan yang tidak semuanya menarik itu membawa babak baru ke dalam
hubungan yang terjalin di antara Alice dan Ben.
Apa
yang coba dihadirkan oleh duet Jeff Chan
dan Andrew Rhymer di debut film layar
lebar mereka sebagai Sutradara ini sebenarnya sama sekali tidak rumit, bahkan
memiliki kesan klise yang terasa kuat. Di sini cerita yang juga mereka tulis
bersama itu mencoba untuk menyampaikan bagaimana terkadang cinta itu tidak
sulit untuk ditemukan, asalkan kamu mau mencoba melihat lebih teliti
orang-orang disekitar kamu. Itu yang paling sederhana. Di sini kita punya Ben
sebagai fokus utama, ia adalah seorang pria yang tampaknya masih belum mau
untuk “ditembak” oleh Cupid karena ia
merasa masih belum menemukan sosok yang mampu memenuhi apa yang ia harapkan
untuk menjadi pasangannya.
Tidak
ada yang salah dari keputusan tersebut karena pada dasarnya sebagai manusia
kita tentu ingin untuk mendapatkan yang terbaik dari kemungkinan yang ada. Itu
sesuatu yang sangat dapat diterima dan dimengerti. Namun sama seperti kalimat
yang terletak paling atas itu bahwa ketika seseorang menghabiskan seluruh
hidupnya untuk mencari yang sempurna di dalam setiap aspek hidupnya, maka ia
dapat berakhir tanpa memiliki apa-apa. Jeff
Chan dan Andrew Rhymer meramu
dengan cerdik isu tersebut ke dalam bentuk komedi dengan sedikit rasa road trip, menyelipkan pesan utama tadi
secara implisit sehingga tidak mengganggu jualan utama mereka, yaitu elemen romance yang kemudian hadir.
Kembali
ke karakter Ben. Ada satu isu menarik yang hadir di dalam hidupnya, bagaimana
ia menyaksikan teman-temannya kini perlahan sudah melangkah maju ke jenjang
berikutnya, yaitu pernikahan, dan membuat dirinya selalu menerima pertanyaan
seperti kapan dia akan menikah? Ayah dari Ben juga membawa satu isu yang
menarik, bagaimana keputusan yang ia mengambil berhasil membuktikan kekuatan
serta makna yang dimiliki oleh cinta di dalam sebuah hubungan asmara, lalu
pernikahan. Tidak ada dramatisasi yang terlalu berat menggunakan isu-isu tadi,
semua Jeff Chan dan Andrew Rhymer bentuk agar tampil ringan
dan santai, namun punch yang mereka hasilkan menariknya terasa kuat dengan
pesona yang menarik.
‘Plus One’
merupakan sebuah rom-com yang penuh
warna, kita dibuat tertawa namun di sisi lain ia memiliki amunisi emosi yang
tidak kalah kuatnya. Ketika momen itu tiba emosi yang berputar di sana terasa
menarik dengan kuantitas yang terasa tepat, penonton yang sedari awal seperti
telah merasa terikat dengan dua karakter utama dapat ikut merasakan gejolak dan
rasa sakit yang hadir di sana. Jeff Chan
dan Andrew Rhymer juga berhasil
meramu atmosfir dan mood dari cerita,
ritmenya terasa oke dengan perpindahan yang terasa halus, dari momen yang kocak
dan lucu hingga ketika dua karakter utama akhirnya bertemu dengan dampak dari
rasa ragu yang perlahan menggelayuti pikiran mereka itu, semuanya terasa manis
dan tepat sasaran.
Cerita
bergerak dengan irama yang halus dan natural serta setiap bagian agar hadir
dalam komposisi yang tepat sasaran dan tidak berlebihan membuat hal-hal klise
yang dimiliki ‘Plus One’ tidak punya power untuk mengganggu. Penggunaan
berbagai wedding speech sebagai
jembatan penghubung juga merupakan sebuah trik yang manis dari Jeff Chan dan Andrew Rhymer, dari yang
benar-benar lucu, dipaksa lucu, hingga sama sekali tidak lucu. Family photo sebagai sebuah konfirmasi simple? Itu juga oke. Mereka juga berhasil
menciptakan transisi di dalam diri masing-masing karakter yang di titik awal
merupakan tipe orang yang fokus mencari personal happiness saja, sebuah
penggambaran menarik bagaimana tidak ada sebuah hubungan yang sepenuhnya sempurna.
Jeff Chan
dan Andrew Rhymer berhasil
mengendalikan isu tadi dengan baik, begitu pula dengan dua pemeran utama mereka
yang notabene juga menjadi tulang punggung cerita. Isu klise yang berhasil
dibentuk kembali menjadi materi yang segar belum tentu akan mampu bekerja
dengan baik jika tidak dieksekusi oleh pemeran secara tepat. Maya Erskine dan Jack Quaid berhasil mengeksekusi dengan baik cerita, secara
individu mereka membuat Alice dan Ben menjadi karakter yang menarik, satu single yang tampak perfeksionis
sedangkan satunya lagi single yang
baru saja disakiti dan masih dirundung kesedihan. Chemistry yang terjalin di antara mereka juga terasa menyenangkan
terutama ketika berurusan dengan banter
komedi.
Overall, ‘Plus One’
adalah film yang memuaskan. Tidak mencoba menawarkan sebuah terobosan baru Jeff Chan dan Andrew Rhymer tetap menerapkan template
klasik dari sebuah romantic comedy
di sini. Namun yang membuatnya terasa segar adalah kemampuan mereka meramu
cerita yang tipikal rom-com dan
dipenuhi klise itu menjadi sebuah tontonan ringan dengan pesona dan chemistry yang menyenangkan. Dengan
emosi yang menarik di dalam cerita serta narasi yang predictable berisikan provokasi serta berbagai momen lucu dengan
“keanehan” yang menarik, ‘Plus One’
berhasil menghantarkan isu tentang cinta dan hubungan asmara dengan cara yang
menyenangkan.
"Cuddling doesn't have to be sexual."
ReplyDelete