“There
isn’t a moment I won’t be there with you.”
Dalam
sebuah acara pernikahan ada janji suci yang pasti akan terucap dari pengantin
pria dan juga pengantin wanita, sebuah janji di mana masing-masing di antara
mereka siap untuk menjadi teman hidup bagi sosok yang kemudian akan mereka
sebut sebagai suami atau istri tersebut. Janji suci tersebut secara garis besar
sama, yaitu berjanji untuk tidak hanya sekedar akan bersama-sama hidup bahagia
selamanya namun juga akan selalu ada di saat suka maupun duka, for better or (for) worse. ‘Ordinary Love’ : an understated story about the power of love.
Kehidupan
mereka telah memasuki usia senja, begitupula dengan pernikahan mereka, namun Joan (Lesley Manville) dan Tom (Liam Neeson) tampak masih mampu
untuk menikmati keseharian mereka layaknya pasangan muda. Hidup mereka tampak
sehat dan gembira, Joan dan Tom secara rutin berolahraga rutin bersama
sementara mereka selalu dapat tertawa bersama lewat lelucon serta tingkah
konyol satu sama lain, Tom bahkan sangat hafal dengan perbedaan pada racikan
bumbu pada masakan Joan.
Pernikahan
Tom dan Joan memang tampak biasa saja tapi di sisi lain juga sangat jauh dari
kesan gloomy dan membosankan. Namun
suatu ketika masalah besar menghampiri mereka. Ketika sedang mandi Joan
merasakan ada sesuatu yang aneh di bagian tubuhnya, bersama dengan Tom mereka
kemudian memutuskan untuk melakukan pengecekan ke Rumah Sakit. Hasil pengecekan
tersebut ternyata membawa pernikahan mereka masuk ke dalam babak baru dengan
bertemu sebuah tantangan yang sangat besar.
‘Ordinary Love’
dibuka dengan upaya dari duet Sutradara Lisa
Barros D’Sa dan Glenn Leyburn
untuk membentuk dua karakter utama serta chemistry
yang terjalin di antara mereka. Point
utama di bagian tersebut adalah mencoba untuk meyakinkan penonton bahwa Tom
dan Joan merupakan pasangan lanjut usia yang memiliki rasa sayang yang sangat
besar satu sama lain. Hal tersebut berhasil, disertai dengan beberapa banter
lewat perdebatan kecil layaknya pasangan yang berada di usia lanjut penonton
dapat merasakan bagaimana kehidupan Tom dan Joan seolah telah berada di fase
akhir, fase di mana yang mereka butuhkan hanya keberadaan pasangannya untuk
berada di samping mereka.
Lisa Barros D’Sa
dan Glenn Leyburn membangun kehidupan
Tom dan Joan dengan cara yang halus, ada eksposisi yang lembut di sana dengan
disertai beberapa rutinitas seperti berlari bersama yang sukses memperkuat
ikatan di antara dua karakter utama. Sama seperti judul yang digunakan,
kehidupan Tom dan Joan dikemas dengan kesan normal namun di situ justru trick yang cerdik dari Lisa Barros D’Sa
dan Glenn Leyburn. Ketika penonton telah merasa tertarik dengan kehidupan Tom
dan Joan, merasakan kehangatan yang terdapat di dalam kehidupan mereka yang
sudah berada di tahap “ordinary” itu,
kita kemudian dibawa menyaksikan dua karakter utama menghadapi sebuah masalah,
sebuah ujian besar lewat masalah kesehatan.
Masalah
kesehatan yang menimpa karakter sebenarnya bukan sesuatu yang dapat dianggap
kecil, tapi yang menarik adalah Lisa
Barros D’Sa dan Glenn Leyburn
justru mengarahkan isu tersebut bukan untuk menjadi sebuah “ancaman” yang
menakutkan bagi Tom dan Joan. Memang itu merupakan sebuah ujian bagi kisah
cinta yang tentu saja didambakan setiap pasangan untuk berakhir bahagia, happily ever after. Tapi ketimbang
membuat karakter berhadapan dengan berbagai konflik dengan konten yang rumit
dan super berat justru cerita yang
ditulis oleh Owen McCafferty tersebut
dibentuk menjadi sebuah observasi terhadap pembuktian dari kekuatan cinta itu
sendiri, dibawa melihat bagaimana Tom dan Joan mencoba melewati satu lagi
rintangan besar dalam kisah cinta mereka.
Cerita
sendiri berisikan beberapa proses atau tahapan pengobatan namun fokus
diletakkan pada cara Tom dan Joan untuk menangani tantangan yang diberikan
kepada mereka itu. Ada gejolak emosi yang memang sepantasnya muncul pada momen
seperti itu, rasa sakit dan juga rasa cinta yang tampil secara jelas maupun
secara implisit kedua dikemas dengan baik. Ketidakpastian pada hasil akhir
pengobatan yang dilakukan menghantui Tom dan Joan, tahapan pengobatan membuat
mereka harus menunggu dan kembali menunggu, perlahan mereka semakin tersiksa
dan di sana hadir keinginan untuk meringankan beban satu sama lain, sesuatu
yang manis dan ditampilkan dengan manis pula oleh Lisa Barros D’Sa dan Glenn
Leyburn.
Itu
adalah bagian terbaik di film ini, bagaimana simpati dan juga empati bermain
bukan terhadap masalah utama yang harus Tom dan Joan hadapi, melainkan pada
perjuangan mereka untuk saling menguatkan. Tom dan Joan sendiri merupakan
pasangan yang unik, ada rasa cinta yang besar di antara mereka namun banter yang terjadi kerap menghasilkan
gesekan-gesekan yang menarik. Itu digunakan sebagai penyeimbang yang manis bagi
tahapan proses pengobatan yang perlahan membuka pintu masuk bagi rasa sedih dan
juga rasa sakit. Gejolak emosi yang perlahan berkembang menjadi sesuatu yang
lebih rumit juga berhasil dibentuk dengan baik oleh Lisa Barros D’Sa dan Glenn
Leyburn, terasa tajam dalam tampilan yang subtle.
Hal
yang paling memorable dari film ini
adalah bagaimana karakter tetap tenang, tabah, dan teguh dengan cara yang subtle ketika harus menghadapi sebuah
masalah besar. Script mengakomodasi
hal tersebut, arahan dari Sutradara juga demikian, namun kunci terbesar dari
pencapaian tersebut terletak pada kinerja akting dari dua pemeran utama yang jauh
lebih besar dari kesan “ordinary”. Lesley Manville berhasil menampilkan
rasa takut yang perlahan menghantui Joan namun dengan disertai sikap optimis
yang terasa memikat. Sementara Liam
Neeson membuat Tom sebagai sebuah bentuk kepanikan yang akan dialami oleh
setiap orang, berusaha melawan gejolak rasa takut dan sedih sembari
menyembunyikan hal tersebut dalam diam yang menyakitkan.
Overall, ‘Ordinary Love’
adalah film yang memuaskan. Di bawah arahan Lisa
Barros D’Sa dan Glenn Leyburn film ini tidak menampilkan
dramatisasi dengan rasa putus asa yang berlebihan, ia juga tidak pernah mencoba
untuk membawa penonton menuju titik puncak yang penuh ledakan. Namun dengan
cara tampil subtle sedari awal hingga
akhir ‘Ordinary Love’ justru sukses
mengingatkan kembali penonton pada makna dari sebuah pernikahan, menjadi sebuah
penggambaran dari kekuatan luar biasa yang dimiliki oleh cinta dan tentu saja
bagaimana peran luar biasa dari cinta itu sendiri di dalam sebuah pernikahan. Segmented.
"Hospitals remind me of death." :)
ReplyDelete