“I truly prayed for your happiness, even
though you left me.”
Rasa sedih dan mungkin penyesalan seolah telah menjadi bagian penting dari sebuah perpisahan, ketika kebersamaan itu harus berakhir di balik rasa sedih terkadang perlahan akan muncul rasa menyesal akan berbagai hal. Tidak jarang hal tersebut dapat menghantui pikiran dalam jangka waktu yang sangat lama, seperti hati masih belum mau berdamai dan terus menerus merasakan ada sebuah masalah yang harus diselesaikan, hal yang coba diceritakan oleh film ini. ‘Moonlit Winter´: a spot-on drama about personal redemption.
Sae-bom
(Kim So-hye)
merupakan seorang pelajar Sekolah Menengah Atas yang tinggal bersama Ibu, Yoon-hee (Kim Hee-ae). Tidak seperti
Sae-bom yang mengisi kesehariannya dengan bercanda bersama pacarnya Kyung-soo (Sung Yu-bin), kehidupan
Yoon-hee tampak kelam. Setelah menjalani perceraian dengan In-ho (Yoo Jae-myung) hidup Yoon-hee tampak depresif, seperti
memiliki sebuah beban atas masalah yang belum ia selesaikan, hal yang celakanya
tidak pernah dia bagi dengan siapapun, termasuk Sae-bom.
Namun suatu ketika Sae-bom menemukan sebuah
surat cinta misterius yang tertuju untuk Yoon-hee, surat cinta yang berasal
dari Hokkaido, Jepang. Surat cinta
tersebut kemudian membuat Sae-bom merasa penasaran dengan masa lalu sang Ibu.
Merasa kondisi tersebut juga merupakan sebuah kesempatan bagi dirinya untuk
lebih mengenal Ibunya, Sae-bom kemudian menyusun rencana berlibur bersama
Yoon-hee, ia ingin membantu Yoon-hee keluar dari depresi dengan menggunakan
sebuah rencana yang ia rahasiakan.
Alasan utama mengapa drama dengan sedikit
bumbu romance ini berhasil bekerja
dengan baik adalah berkat kemampuan Sutradara Lim Dae-hyung dalam menjaga pesona dan fokus utama yang telah ia
bentuk sedari awal. Lika-liku masalahnya sendiri sangat sederhana, di sini
Yoon-hee adalah seorang wanita yang masih “terperangkap” di dalam sebuah
masalah di masa lalunya yang kembali datang menghantuinya setelah ia bercerai.
Masalah yang belum selesai itu tampak menggelayuti pikiran karakter utama kita
terlebih ketika ia kembali menerima sebuah surat cinta dari masa lalunya itu.
Tidak ada eksplorasi yang digali terlalu jauh dari sana, cerita sudah dipagari
agar menaruh fokus pada masalah utama tersebut hingga akhir.
Hasilnya fokus cerita terasa memikat di
sini, bagaimana rencana terselubung yang disusun oleh Sae-bom itu berhasil
memberikan jalan atau kesempatan bagi sang Ibu untuk mencoba berdamai dengan
batinnya. Lim Dae-hyung menciptakan ritme yang manis dalam eksposisi cerita
yang ia tampilkan, ketimbang membawa masuk karakter langsung ke point
permasalahan ia justru membawa Yoon-hee terombang-ambing di dalam perasaan
sedih dan bingung. Sembari hal tersebut perlahan membawa emosi Yoon-hee terus
berkembang secara kumulatif kita dibawa menyaksikan bagaimana di sisi lain
Sae-bom dan Yoon-hee juga perlahan membangun koneksi yang selama ini mungkin
terlalu biasa untuk ukuran seorang Ibu dan anaknya.
Cara ‘Moonlit
Winter´berjalan memang tenang, sangat tenang malah sehingga dari kulit luarnya
ia seolah tidak memiliki konflik yang benar-benar penting. Lim Dae-hyung memang mendorong proses “berdamai” yang sedang
dijalani oleh Yoon-hee dan karakter lain sebagai mesin penggerak utama cerita,
ia yang kembali ke kota asal cintanya di masa lalu itu mencoba untuk menghadapi
konsekuensi dari kisah yang telah kandas itu. Prosesnya sendiri dibentuk dengan
sabar dan perlahan tapi impact yang
dihasilkan sangat kuat. Itu bisa terlihat ketika momen mengejutkan itu muncul,
seolah tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi mereka membutuhkan waktu
yang cukup lama menemukan keberanian untuk memulai percakapan dan saling
mendekat.
Sederhana memang tapi ada emosi yang manis
di sana, sama seperti ketika Lim Dae-hyung menempatkan Sae-bom di sisi Yoon-hee
untuk kemudian membuat mereka perlahan mengamati satu sama lain. Perasaan sedih
yang terus ditunjukkan oleh Yoon-hee pada dasarnya bersumber dari rasa bersalah
yang ia simpan, dan itu diekplorasi dengan baik oleh Dae-hyung di sini. Ini
adalah kisah tentang penyesalan, cinta yang kandas serta hilangnya kesempatan,
tidak hanya dialami oleh Yoon-hee saja namun juga karakter lain yaitu Jun (Yūko Nakamura). Semakin cantik karena Lim Dae-hyung juga cerdik
dalam menggunakan putihnya salju dan bulan sebagai latar belakang dari upaya
berdamai karakter.
Sebenarnya ‘Moonlit Winter’ bukan sebuah drama yang “besar” namun sukses
menjadi sebuah presentasi yang memikat berkat racikan yang tepat di setiap
elemen pembentuknya. Tidak hanya pada cerita, eksposisi, hingga setting latar
termasuk cinematography dan score yang manis itu, Sutradara Lim
Dae-hyung berhasil membangun karakter yang cantik di sini. Ia mengedepankan
silent pain di sini, tampak minimum tapi mampu membuat karakter tersiksa dan
hancur di dalam penyesalan dari masa lalu. Tidak ada dramatisasi yang
berlebihan membuat fokus tertuju dengan kuat pada upaya karakter untuk
menemukan jalan dan mencoba mendapatkan ketenangan serta kedamaian batin.
Pencapaian tersebut juga tidak lepas dari
kualitas akting yang ditampilkan oleh para aktor. Menampilkan trauma,
kesedihan, rasa sakit, dan penyelesalan yang mendalam dengan cara yang
minimalis bukan sebuah pekerjaan yang mudah, namun itu dilakukan oleh Kim Hee-ae (Thread of Lies, Mrs. Cop, The World of the Married) dengan sangat
mudah di sini. Dalam ketenangan yang Hee-ae tampilkan penonton dapat merasakan
gejolak yang sedang terjadi di dalam diri Yoon-hee, ekspresi dan tatapan
matanya mengandung emosi yang manis. Begitupula dengan Yūko Nakamura meskipun ia memiliki porsi yang lebih
sedikit. Yang mencuri perhatian adalah Kim
So-hye, ia berhasil membuat Sae-bom menjadi anak perempuan berjiwa rebel namun memiliki hati lembut serta
energi yang menyenangkan untuk diikuti.
Overall,
‘Moonlit Winter (Yunhui-ege/윤희에게)’
adalah film yang memuaskan. Terkadang sebuah drama yang mencoba menggambarkan
kesedihan hingga trauma dari masa lalu kerap menggunakan dramatisasi yang excessive, mengeksploitasi rasa sakit
karakter untuk meninggalkan impact
yang kuat bagi penonton. Hal yang sebaliknya dilakukan oleh Lim Dae-hyung di
sini, tidak memaksa cerita dan karakter untuk tampak “besar” namun dengan
cara-cara sederhana dalam pergerakan yang tenang menghadirkan sebuah
introspeksi yang manis dan tetap mencapai sasaran serupa, yaitu meninggalkan impact yang kuat dan memikat. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment