“There
is no normal life that is free from pain.”
Tidak
dapat dipungkiri bahwa terkadang setiap manusia pasti akan berada pada kondisi
di mana mereka tidak dapat mengatur atau mengendalikan emosi maupun tekanan
yang berasal dari berbagai hal yang mereka temui di dalam kehidupan. Terkadang
kita dapat emosi lalu kemudian merasa kesal pada satu hal sederhana, terkadang
kita juga merasa angkuh atau egois untuk mengalah atau sekedar meminta maaf
karena merasa terlalu gengsi misal. ‘A
Beautiful Day in the Neighborhood’ : an uplifting therapy.
Lloyd Vogel (Matthew Rhys)
merupakan seorang jurnalis untuk majalah Esquire,
pria yang dari ekspresi wajahnya saja mudah untuk dinilai sedang merasa letih
dan lesu dengan kondisi hidupnya kini. Lloyd tinggal bersama istrinya, Andrea Vogel (Susan Kelechi Watson),
seorang wanita karir yang sedang beradaptasi dengan pengalaman baru menjadi
seorang Ibu, dan mereka memiliki seorang anak bernama Gavin. Suatu ketika
mereka diundang untuk menghadiri acara pernikahan Lorraine (Tammy Blanchard), saudara perempuan Lloyd.
Di
acara tersebut Lloyd bertemu dengan Jerry
Vogel (Chris Cooper), dan akibat tidak mampu lagi menahan rasa kesal dan
emosinya mereka berdua terlibat pertengkaran. Dalam kondisi tersebut Lloyd
justru mendadak mendapat tugas dari pimpinannya Ellen (Christine Lahti) untuk meliput keseharian sosok yang sangat
terkenal di kalangan masyarakat. Namanya Fred
Rogers (Tom Hanks), seorang pembawa acara Mister Rogers' Neighborhood, sebuah televisi series yang mencoba
memberikan edukasi untuk anak-anak, dan merupakan sosok yang dianggap pahlawan
bahkan sosok suci oleh banyak orang.
Jika
harus digambarkan dalam kalimat paling sederhana, ‘A Beautiful Day in the Neighborhood’ merupakan sebuah terapi yang
memikat. Saya pribadi telah menyaksikan film dokumenter yang menjadikan sosok Fred Rogers sebagai sorotan utama, Won't You Be My Neighbor?, yang sukses
membawa penonton mengenal sedikit lebih detail tentang sosok yang dinilai telah
“memperkaya” generasi muda lewat cara mengedukasi. Di tangan Marielle Heller (The Diary of a Teenage Girl, Can You Ever Forgive Me?) sosok
tersebut kemudian digunakan untuk menjadi jangkar utama bagi dramatisasi dari
kehidupan seorang pria yang sedang dirundung masalah, sosok dewasa yang di sini
justru secara tidak sadar menerima “treatment”
layaknya seorang anak kecil.
Marielle Heller
menggunakan berbagai mainan untuk membantu penonton menyaksikan “dunia” yang
dimiliki oleh Fred Rogers, ia
gabungkan itu dengan dunia nyata di mana Lloyd sedang berjuang menghadapi
gejolak emosi. Dari gedung-gedung tinggi, pesawat terbang dan juga trolley ada kesan misterius yang
kemudian tercipta namun memiliki kesesuaian yang manis dengan apa yang terjadi
di dunia nyata. Dua dunia tersebut menciptakan kombinasi yang manis, mereka
tidak terasa saling tumpang tindih namun justru saling memperkuat satu sama
lain, terutama pada gejolak emosi karakter utama kita yaitu Lloyd, sosok yang
sedang berjuang untuk mengatasi kondisi tidak bahagia yang sedang ia rasakan.
Ada
semacam kekacauan di dalam diri karakter Lloyd, seperti sedang merasa galau dan
sesak dengan hidupnya yang Lloyd butuhkan adalah sedikit udara segar yang akan
dapat membuatnya sejenak bernafas lega. Mengambil dasar dari artikel "Can You Say ... Hero?" karya Tom Junod, duet screenwriter Micah Fitzerman-Blue dan Noah Harpster berhasil menciptakan script yang menunjang dengan baik terbentuknya kondisi tersebut
tadi. Kita punya karakter yang sedang bermasalah, di sisi lain kita juga
menemukan karakter yang pekerjaan utamanya adalah mengedukasi anak-anak. Mereka
kemudian bertemu dalam sebuah agenda di dunia jurnalisme di mana kemudian
tercipta sebuah ikatan persahabatan.
Jujur
saja ini adalah sebuah film dengan cerita yang berada di kategori predictable, namun dengan menaruh fokus
pada perkembangan karakter ke arah positif justru membuat penonton perlahan
merasa terikat dengan pesona yang semakin kuat. Cara dari Marielle Heller mengemas premis dan juga fokus utama yang justru
membuat ‘A Beautiful Day in the
Neighborhood’ terasa menyenangkan. Awalnya terasa biasa saja namun seiring
berjalannya cerita ditemani dengan humor dalam kadar yang oke penonton berhasil
dibuat merasa terpikat pada karakter dan kehidupan mereka, trik yang mencoba
membuat sebuah narasi seolah-olah menjadi salah satu bagian dari episode
special "Mister Rogers' Neighborhood"
juga merupakan sebuah ide yang sangat baik.
Namun
hal yang paling menarik adalah bagaimana proses menyembuhkan dan disembuhkan
itu dibentuk. Bergerak tenang dan straightforward
Marielle Heller menyuntikan kepekaan yang sangat kuat pada setiap baris
kalimat di dalam dialog. Apa yang keluar dari mulut Fred Rogers terasa menenangkan dan encouraging, secara tulus dan hati-hati mendorong serta memberikan
semangat yang terasa hangat. Tidak hanya di momen tenang, bahkan di momen yang
tidak nyaman sekalipun hal tersebut berhasil hadir memikat. Berbagai macam pep talk yang hadir dari diskusi bahkan
hal-hal yang sedikit kekanak-kanakan berhasil didramatisasi secara halus, dari
membuat penonton merasa nyaman hingga kemudian membuat mereka tersadarkan akan
isu-isu menarik tentang menjadi manusia itu.
Pencapaian
tersebut tidak lepas dari kinerja akting yang memikat pula. Matthew Rhys tampil baik sebagai Lloyd,
ia berhasil menampilkan gejolak emosi yang terasa halus dan tidak dipaksa
secara berlebihan, serta yang paling penting ia mampu membuat Lloyd menjadi
sosok yang menarik untuk diamati. Namun bintang utamanya adalah Tom Hanks. Waktu atau kesempatan
karakter Fred tampil di layar tidak banyak namun di setiap kesempatan itu Tom
Hanks membuat Fred muncul di layar dengan aura yang breathtaking. Setiap gerak dan ucapan yang berasal dari Fred terasa
menenangkan, Tom Hanks meniru dengan sangat baik mimic Fred Rogers untuk
kemudian menampilkan sosok pria yang eksistensinya seolah menjadi pabrik dari
rasa semangat yang cantik bagi banyak orang di sekitarnya.
Overall, ‘A Beautiful Day in the
Neighborhood’ adalah film yang sangat memuaskan. Banyak
manusia yang bukannya tidak tahu namun terkadang lupa bagaimana cara menjadi manusia
yang bahagia, mereka butuh sosok yang mampu menenangkan mereka dari masalah dan
meyakinkan bahwa mereka dapat menjadi bahagia. Tampil layaknya sebuah terapi
yang hangat dan manis Marielle Heller
sukses menghadirkan itu di sini, sebuah drama dengan pesona dan irama yang
terasa menyenangkan, bergerak tenang dan straightforward
bersama dengan kepekaan yang manis berhasil menebar optimisme terkait isu
bahwa menjadi bahagia adalah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Such a sweet and uplifting therapy. Segmented.
"Anything mentionable is manageable."
ReplyDelete