“To
infinity...and beyond.”
Salah
satu rasa cemas terbesar dari ide kemunculan ‘Toy Story 4’ yang mencoba kembali menyapa para penonton adalah:
apakah perlu? Tiga film sebelumnya telah berhasil menjadi sebuah rangkaian yang
sangat baik bagi kisah para mainan tersebut, dari kisah tumbuh menjadi dewasa
hingga rasa sakit dari sebuah perpisahan. Namun ternyata dengan cerdik ‘Toy Story 4’ berhasil diramu menjadi
sebuah proses lanjutan dari “kehidupan” Woody
dan kawan-kawannya. ‘Toy Story 4’ :
another "beautiful" goodbye.
Sembilan
tahun lalu, di Toy Story 2, pada
sebuah malam Woody (Tom Hanks) bersama
dengan Bo Peep (Annie Potts) mencoba
untuk menyelematkan mobil remote control
milik Andy, namun celakanya upaya
tersebut memisahkan mereka. Bo didonasikan ke pemilik baru, sedangkan Woody memilih
untuk tinggal bersama Woody. Kini bersama dengan Buzz Lightyear (Tim Allen), Jessie (Joan Cusack) dan para mainan
ex-Andy lainnya Woody telah memulai kehidupan baru mereka bersama pemilik baru,
Bonnie (Madeleine McGraw), anak
perempuan yang ternyata tidak memilih Woody sebagai mainan favoritnya.
Suatu
ketika Woody mencoba untuk menarik perhatian Bonnie dengan cara masuk ke dalam
tas Bonnie dan menemaninya di masa orientasi taman kanak-kanak. Di sana ia
membantu Bonnie: membuat mainan baru. Mainan dari garpu plastik yang dinamai Forky (Tony Hale) tersebut ternyata
sukses membuat Bonnie jatuh cinta padanya, hal yang membuat Woody masuk ke
dalam sebuah dilema, ia cemburu namun juga senang melihat Bonnie bahagia.
Masalah Woody semakin besar setelah itu, berawal dari Forky yang ternyata
“hidup”, Forky yang “hilang”, hingga kemunculan Gabby Gabby (Christina Hendricks).
Kembali
hadir sembilan tahun setelah seri ketiganya, ‘Toy Story 4’ dengan sangat cepat
dan mudah berhasil membuat rasa ragu di awal tadi hilang begitu saja. Penonton
bertemu dengan isu yang menarik di awal, bagaimana posisi Woody yang di tiga
film sebelumnya selalu menjadi “kesayangan” dari Andy kini terpaksa harus turun
kasta. Semua berasal dari keputusan Bonnie, ia seolah menekan tombol “reset”
yang kemudian membuat semua mainan punya peluang untuk menjadi favorit baru
dari pemilik mereka tersebut. Namun yang kemudian hadir setelah itu adalah
bukti dari kecerdikan penulis cerita Andrew
Stanton (Finding Nemo, WALL-E,
Finding Dory) dan Stephany Folsom,
tidak ada konflik internal yang rumit namun justru dilema dengan pusat yang kembali
diletakkan pada karakter utama kita sedari awal, yaitu Woody.
Ya,
karakter lain termasuk Rex (Wallace
Shawn) serta Mr. Potato Head dan Mrs. Potato Head tetap hadir di dalam
petualangan baru ini, namun spotlight
tertuju pada Woody. Woody dihadapkan pada transisi yang menarik, tampak
sederhana namun berhasil dibentuk oleh Josh
Cooley (Inside Out) dengan baik
dan padat. Setelah posisinya “jatuh” Woody kini ditempatkan sebagai pelindung
dan mentor bagi Forky, ada emosi yang melekat kuat di sana tentang bagaimana
hal terpenting pada peran sebuah mainan adalah membuat pemiliknya merasa
bahagia. Berangkat dari sana kita bertemua dengan upaya Woody untuk juga
membangun kembali koneksi yang telah hilang sembilan tahun yang lalu tadi.
Secara
implisit Josh Cooley, Andrew Stanton
dan Stephany Folsom mensiasati
absennya karakter Andy di sini dengan cara membawa karakter mainan masuk ke
jalan baru di dalam petualangan mereka. Tidak hanya konflik namun emosi telah
eksis di ‘Toy Story 3’ berhasil dilanjutkan di sini, tidak berangkat dari titik
nol mereka terus berkembang menjadi besar seiring dengan berbagai situasi pelik
dan genting yang dihadapi oleh Woody dan karakter lain. ‘Toy Story 4’ dibentuk untuk tidak sekedar menjadi kisah tentang
para mainan yang “tersesat” lalu berusaha kembali pulang, ini juga merupakan arena
di mana karakter kembali dibawa untuk bertumbuh naik ke fase yang lebih tinggi
dalam kehidupan mereka setelah berpisah dengan Andy, untuk masuk ke dalam
sebuah “siklus” baru.
Dan
itu adalah ide yang sangat berani, terlebih jika mengingat kembali bagaimana
pada film sebelumnya Woody dan mainan lain dititipkan oleh Andy kepada Bonnie.
Terasa mengejutkan ketika menyadari bahwa ‘Toy
Story 4’ sedari awal ternyata dibentuk sebagai another goodbye, karakter Bonnie dan mungkin Forky digunakan
sebagai jembatan untuk membawa Woody ke dalam proses penemuan jati diri. Banyak
rintangan yang dihadapi, dari bertemu karakter-karakter baru seperti Ducky (Keegan-Michael Key), Bunny (Jordan Peele) serta Duke Caboom (Keanu Reeves) hingga
problem yang lebih serius melalui Gabby
Gabby, mereka semua karakter dan konflik yang terasa menarik serta sukses
menemani Woody menuju puncak yang penuh emosi itu.
Semakin
terasa mengesankan adalah karena berbagai hal yang tampak kompleks tersebut
tadi dikemas oleh Josh Cooley dalam
bentuk presentasi yang ringan dan menyenangkan. Memang beberapa momen dengan
emosi yang sedikit lebih dalam terselip di dalam cerita, menjalankan tugas
dengan baik serta meninggalkan punch yang kuat dan tepat, namun tetap “nyawa”
dari Toy Story menjadi roda utama di film ini. Petualangan yang menyenangkan ‘Toy Story 4’ dipenuhi dengan berbagai
lelucon dan gags yang lucu,
perjalanan Woody bermain layaknya roller
coaster dengan ritme yang tertata sangat rapi. Dari segi visual ini juga
merupakan sebuah sajian yang mengagumkan, dari detail karakter mainan, manusia,
hingga environment ditangani oleh
proses animasi komputer yang menawan.
Divisi
teknis ‘Toy Story 4’ memang menawan,
dari production design, editing,
hingga score gubahan Randy Newman, namun hasil kerja tim yang
menciptakan animated character berhasil
mencuri perhatian lebih. Karakter lama kembali dengan pesona mereka tapi para
karakter baru dengan cepat sukses mencuri perhatian lalu "menggeser"
posisi dari beberapa karakter lama. Ambil contoh Bunny dan Ducky, dibantu
dengan voice performance yang oke
dengan cepat menebar charm mereka, kemudian Forky
yang sederhana namun seolah menjadi sosok lemah yang tepat untuk menemani
dilema Woody. Duke Caboom sukses
menggunakan setiap kesempatan yang ia punya, ia lucu, sedangkan Gabby Gabby berhasil menjadi antagonis
yang creepy dalam kapasitas yang pas
serta juga sukses meraih empati penonton.
Overall, ‘Toy Story 4’
adalah film yang memuaskan. Sejak mengenal Woody, Buzz, dan para mainan lainnya
di ‘Toy Story’ lalu kemudian tumbuh
bersama mereka layaknya menjadi seorang Andy, hingga pada akhirnya bertemu bittersweet goodbye di ‘Toy Story 3’,
penonton telah menyaksikan sebuah proses kehidupan Woody dan kawan-kawannya. ‘Toy Story 4’ hadir untuk menjadi batu
loncatan selanjutnya bagi mereka, sebuah petualangan dengan sajian visual yang
menawan sukses mengeksekusi ide menarik yang ia bawa secara cerdas dan tajam,
membuat penonton tertawa untuk kemudian bertemu dengan berbagai emosi yang
tidak kalah cantik jika dibandingkan dengan pendahulunya. Yeah, it’s another "beautiful" goodbye.
0 komentar :
Post a Comment