“Dear,
your friend was killed before she made it into the water.”
Judul
film ini merupakan sebuah lagu pelaut Inggris di mana liriknya menceritakan
kecelakaan besar di laut yang disebabkan oleh hantaman badai besar dan dahsyat.
Badai besar itu datang secara tiba-tiba yang kemudian menghantam kapal, membuat
kapal kehilangan keseimbangan sehingga “meledakkan” kapal dengan kekuatannya,
termasuk “meledakkan” para pelaut laki-laki di dalam kapal tersebut. Makna
lirik tersebut mewakili situasi yang dihadapi dua karakter utama di film ini,
sebuah black comedy thriller in the style
of the Coen brothers. ‘Blow the Man Down’ : an effective tragicomedy.
Meskipun
telah dihibur oleh tiga wanita paruh baya, Susie
Gallagher (June Squibb), Gail Maguire (Annette O'Toole), dan Doreen Burke (Marceline Hugot) yang
merupakan sahabat dari mendiang ibu mereka, dua kakak beradik Priscilla Connolly (Sophie Lowe) dan Mary Beth Connolly (Morgan Saylor) tetap
kesulitan menghadapi masalah besar yang datang menghampiri mereka. Pasca
ditinggal oleh Ibu mereka Priscilla kini harus meneruskan fish shop keluarga untuk melunasi hutang keluarga namun hal yang
berbeda ada dipikiran adiknya, wanita pemalas yang sudah jengah dengan kondisi
kota tempat mereka tinggal.
Celakanya
ketika tidak terima dengan keputusan sang kakak yang dengan tegas menolak
keinginannya untuk pindah, Mary Beth secara tidak sengaja melakukan sebuah
tindakan kriminal yang berat. Kondisi tersebut semakin berbahaya bagi Mary Beth
ketika usahanya bersama Priscilla untuk menyembunyikan barang bukti dari aksi
kriminal tadi justru membuat mereka menjadi sorotan Enid Nora Devlin (Margo Martindale), wanita pemilik rumah bordil
yang mengaku juga sudah berteman lama dengan ibu Priscilla dan Mary Beth dan
sedang mencari pria bernama Gorski (Ebon
Moss-Bachrach).
Sebelum
membawa penonton menyaksikan bagaimana hidup dari dua karakter utama yang
sedang bersedih itu berubah menjadi semakin kacau, duet sutradara Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy telah berhasil
menciptakan atmosfir yang terasa cukup kuat dengan menggunakan sekelompok
nelayan menyanyikan lagu Blow the Man
Down layaknya sebuah orkestra. Tone
visualnya sendiri juga tidak kalah menarik, seperti yang disinggung di bagian
awal tadi akan banyak mengingatkan penonton dan juga membuat mereka merasakan feel presentasi layaknya sebuah black-comedy dengan gaya the Coen brothers. Ya, ‘Blow the Man Down’ memang mengangkat
cerita kejahatan namun ini dikemas dengan sentuhan black-comedy yang sangat kental.
Premisnya
sendiri tidak membawa sesuatu yang benar-benar baru sebenarnya, kisah tentang
sebuah aksi tidak disengaja yang kemudian dilanjutkan dengan upaya menutupi
atau menyembunyikan aksi tersebut. Film ‘Fargo’
akan terlintas di pikiran penonton dan tidak heran sebenarnya karena di sini Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy secara jelas juga menempakan
pula satu karakter polisi simpatik layaknya Marge
Gunderson, ia lapar dan kerap menjadi sumber tawa. Namun cara Bridget Savage Cole dan Danielle Krudy menggerakkan plot yang
membuat premis klasik tadi jadi terasa menarik, bagaimana mereka membagi potongan
cerita dengan baik sehingga menarik penonton untuk ikut menyusun puzzle sederhana itu.
Salah
satu kewajiban dari sebuah murder mystery
berhasil ditampilkan dengan baik di sini, dari memberikan kejutan yang terasa
kuat lalu membuat proses pencarian yang bertarung dengan upaya “melarikan diri”
memiliki tensi dan thrill yang
menarik. Bridget dan Danielle membangun dua hal tersebut dengan baik di sini,
cerita yang mereka tulis bersama telah disusun dengan urutan yang cermat,
terasa fun untuk diikuti kisah kakak
beradik yang bersembunyi dari hukuman ini terasa simple dan unik dengan plot
yang memiliki nafas noir klasik. Di
sisi lain tensi dan thrill di dalam
cerita terasa cukup kuat meskipun tidak tajam, sedangkan mood atau atmosfir cerita yang memadukan gloomy bersama komedi itu juga terasa oke.
Namun
sama seperti black-comedy pada umumnya,
‘Blow the Man Down’ punya kombinasi
yang membuatnya terasa segmented.
Walaupun kombinasi komedi dan crime drama
terasa seimbang di mana masing-masing tidak saling melemahkan, di sisi lain plot sendiri di beberapa bagian fokus
terasa sedikit longgar begitupula dengan cerita yang memiliki cukup banyak
karakter yang menyemarakkan cerita. Dan tentu, aksi bernyanyi dari para nelayan
itu ada yang terasa tidak pada tempatnya, tidak semua terasa fit. Untungnya adalah kombinasi dari
minus tersebut tidak membuat pesona unik dan aneh yang dihadirkan Bridget dan
Danielle menjadi rusak.
‘Blow the Man Down’
punya dialog-dialog oke dan dieksekusi dengan baik pula oleh karakter-karakter offbeat, dengan sedikit sentuhan
kontemporer dari gaya Agatha Christie,
Bridget dan Danielle berhasil menjaga excitement cerita, sehingga ketika sebuah
kejutan besar itu muncul penonton dibuat terdiam sejenak. Setelah sibuk
mempermainkan cerita yang sukses mengguncang kehidupan dua karakter utama, ‘Blow the Man Down’ punya kejutan lain
yang berhasil mengguncang penonton serta meninggalkan mereka dengan pertanyaan.
Disengaja memang namun dengan dibantu elemen teknis yang oke seperti visual
yang mampu mempertahankan mood sedih yang terasa cukup intim di dalam cerita
hal itu justru yang membuat kisah ini terasa cukup memorable.
Hal
lain yang memorable dari film ini ada
di divisi akting. Satu-satunya karakter pria yang memiliki peran di dalam
cerita adalah Officer Justin Brennan
yang diperankan dengan efektif oleh Will
Brittain. Dua pemeran utama sendiri, Morgan
Saylor dan Sophie Lowe dapat
dikategorikan menjalankan tugas mereka dengan baik mengingat materi yang
dimiliki oleh karakter mereka. Yang mencuri perhatian di sini justru adalah
trio older women dan juga Margo
Martindale. Trio older women yang
diperankan dengan baik oleh June Squibb,
Marceline Hugot, dan Annette O'Toole
sedari awal telah mengundang tanda tanya dari eksistensi mereka di dalam
cerita, dan tugas dijalankan dengan baik, sedangkan Margo Martindale menjalan tugasnya dengan baik membuat karakter Enid sebagai sosok yang “dikucilkan” di
lingkungannya.
Overall, ‘Blow the Man Down’
adalah film yang cukup memuaskan. Duet sutradara Bridget Savage Cole and
Danielle Krudy berhasil menghadirkan sebuah coming-of-age
story dengan mencampur beberapa genre
menjadi satu kesatuan yang cukup compact,
sebuah tragicomedy dengan style ala Coen brothers. Memang, hasil
akhirnya tidak sekuat film-film dari nama terakhir tadi, namun dengan penataan
yang baik dan cermat ‘Blow the Man Down’
adalah sebuah percobaan yang berani dan cukup memorable
dari duet Bridget Savage Cole and Danielle Krudy, sebuah twisty black-comedy thriller yang terasa sangat efektif. Segmented.
"You have eyes, my child, but you cannot see."
ReplyDelete