“I love you 3000.”
Kedigdayaan
Thanos di Avengers: Infinity War tidak hanya sekedar meninggalkan cliffhanger yang sangat besar bagi The Avengers namun juga pekerjaan rumah
bagi semua sosok di balik layar film berikutnya. Sederhananya, Infinity War menciptakan situasi yang sangat
hectic dan pertanyaan berikutnya
bagaimana dan ke arah mana perjuangan dari petualangan The Avengers selama ini
itu akan diurai serta berakhir? Avengers:
Endgame : a big and ambitious finale.
Setelah
banyak populasi dunia menghilang akibat kekuatan jentikan jari dari Thanos (Josh Brolin), yang di antaranya
termasuk anggota The Avengers, para
anggota The Avengers yang masih tersisa seperti Steve Rogers/Captain America (Chris Evans), Bruce Banner / Hulk (Mark
Ruffalo), Thor (Chris Hemsworth), Natasha Romanoff / Black Widow (Scarlett
Johansson), Clint Barton / Hawkeye (Jeremy Renner), James Rhodes / War Machine
(Don Cheadle) dan juga Rocket
(Bradley Cooper) mencoba untuk menangkap Thanos dan memperbaiki “kekacauan”
yang telah terjadi.
Itu
pekerjaan yang tidak mudah sekalipun Carol
Danvers/Captain Marvel (Brie Larson) telah bergabung dengan The Avengers.
Namun suatu ketika Dr. Stephen Strange
(Benedict Cumberbatch) melihat sebuah "celah" untuk membalik
keadaan saat ini. Melalui kehadiran Scott
Lang/Ant-Man (Paul Rudd) kemudian muncul harapan, Natasha dan Rogers
kemudian mengumpulkan kembali The Avengers yang tersisa, termasuk Tony Stark / Iron Man (Robert Downey Jr.),
bersama mempelajari cara untuk mengembalikan kondisi dunia dengan cara memutar
waktu.
Pertanyaan
di awal tadi tentu juga menjadi perhatian dari duet sutradara Anthony Russo dan Joe Russo (Russo brothers) sejak film Avengers: Infinity Wars hadir, yaitu bagaimana cara “menyembuhkan”
luka yang telah tercipta di bagian pertama tersebut? Kondisi dunia akibat
perbuatan Thanos adalah malapetaka, menghancurkan dunia dan meninggalkan
manusia yang tersisa dalam situasi dipenuhi rasa takut dan putus asa. Russo
brothers memanfaatkan kondisi tersebut untuk sedikit menurunkan tempo cerita di
bagian pembuka. Rasa sakit, hancur, tone cerita
penuh kemuraman, kita dibawa menyaksikan kondisi dari para karakter yang masih
bertahan.
Ending
Avengers : Infinity Wars terasa rushed sehingga di bagian awal film ini
Russo brothers mencoba untuk membuat mood
dan tone cerita menjadi sedikit lebih
ringan. Russo brothers memanfaatkan karakter yang telah lama dikenal penonton
untuk menarik penonton merasakan situasi pasca aksi Thanos. Karakter yang di
film pertama seolah menjadi pion yang terus bergerak cepat dalam proses
pengenalan dan membangun konflik di sini mereka diberikan kesempatan untuk “hangout” sejenak, mencoba mencari
solusi dan menyusun rencana dengan ditemani berbagai rangkain momen lucu yang
oke, terutama dengan pilihan tepat menggunakan kondisi terkini dari Thor yang
sukses mengundang tawa.
Berhasil
memang, script yang ditulis oleh Christopher
Markus dan Stephen McFeely
memberi kadar emosi yang terasa tepat untuk masing-masing karakter, terutama
ketika penonton bertemu dengan Tony Stark yang awalnya sudah memilih untuk
menetap. Ada semacam emosi dengan jangkar yang kuat baik itu di dalam cerita
maupun juga karakter, sebuah strategi yang sangat baik mengingat setelah itu
Russo brothers mencoba mengeksploitasi emosi dari masing-masing karakter
sebagai tandem bagi elemen action yang
kembali mereka kebut dalam gerak cepat. Multiple
plot lines, banyak hal yang terjadi di dalam Avengers: Endgame, dan
sebenarnya tidak semua dari mereka terasa kuat.
Rencana
mengalahkan Thanos misalnya, ditampilkan dengan sedikit tergesa-gesa, cerita
juga punya berbagai paradoks yang terkesan berbelit-belit. Kita juga mendapati
aturan yang dibuat dengan “cepat, hingga penggunaan elemen time travel yang
terasa sedikit manipulatif dan justru kerap lebih sering digunakan untuk
flashback dan mengulik masa lalu karakter ketimbang membawa plot bergerak maju.
Tapi itu tadi, itu merupakan strategi yang diterapkan di sini dan ternyata
sukses menambah kedalaman emosi ketika jualan utamanya muncul, yaitu peperangan
besar yang telah kita nantikan bersama.
Russo
brothers berhasil menyajikan pertarungan yang telah dinantikan itu dalam
presentasi yang sangat baik. Itu adalah momen yang, well, dapat membuat berbagai isu tadi dimaafkan dengan mudah,
sebuah monumental battle dengan begitu
banyak karakter MCU di dalamnya serta tidak lupa, CGI actions. Didukung dengan visual
effect yang sangat apik berbagai momen krusial penuh aksi itu dikemas
secara spot on oleh Russo brothers,
sama seperti ketika mereka memberi porsi serta kesempatan kepada cast member, dari Robert Downey Jr. dan Chris
Evans yang sukses menjadi pusat dari film hingga pemeran lain seperti Scarlett Johansson yang sukses
menjadikan momen yang dimiliki Black
Widow menjadi momen yang terasa sangat membekas.
Overall, Avengers: Endgame
adalah film yang memuaskan. Template
yang digunakan masih serupa dengan film pertama, tidak mencoba membuat gebrakan
meskipun di sini emosi dari cerita dan karakter terasa lebih mumpuni. Bermain
aman memang, namun jika menilainya sebagai sebuah “puncak” dari 20 lebih film
yang ada di Marvel Cinematic Universe
keputusan untuk tetap berada dalam batasan franchise
itu sendiri merupakan sebuah keputusan yang sangat tepat. Itu yang dilakukan
oleh 'Avengers: Endgame', a big bang
di bagian akhir dengan proses yang mengandalkan eksplorasi dan eksploitasi
emosi serta penokohan. It’s a big and
ambitious finale.
I love you 3000. :)
ReplyDelete