“I
just wanted to take another look at you.”
Setiap orang yang kita temui dalam kehidupan hadir tentu dengan alasan yang berbeda-beda. Ada yang hadir untuk menguji diri kita, ada pula yang hadir hanya untuk memanfaatkan kita, ada dari mereka yang hadir untuk mengajarimu, dan ada pula yang datang untuk mencintaimu. Mana di antara mereka yang paling penting bagi kehidupan kita? Adalah mereka yang hadir untuk membuatmu menjadi "the best version of yourself." Your best self. A Star is Born: an affecting love story.
Jackson Maine (Bradley Cooper)
merupakan seorang penyanyi country
yang terkenal, namun sayangnya aksi panggung memukau yang selalu berhasil ia
tampilkan merupakan hasil dari perjuangannya ketika bertarung dengan kecanduan
terhadap alkohol dan juga narkoba. Sikapnya yang kerap cenderung merusak
dirinya sendiri itu yang selalu membuat manager dan saudaranya Bobby Maine (Sam Elliott) pusing serta
kewalahan. Alhasil Jackson semakin “rapuh,” tidak hanya kejiwaannya saja namun
juga tubuhnya, ditandai dengan penyakit tinnitus
yang semakin lama semakin parah.
Suatu
ketika setelah konsernya di California
Jackson mendadak meminta supirnya untuk berhenti di sebuah drag bar. Di tengah keramaian para pria muncul seorang wanita
menyanyikan La Vie en rose, suara dan
aura wanita itu berhasil mencuri perhatian Jackson dan membuatnya terpesona.
Namanya Ally (Lady Gaga), seorang waitress yang kemudian ditawari oleh
Jackson untuk datang ke pertunjukkannya selanjutnya. Celakanya kehadiran Ally
di konser tersebut tidak hanya sekedar menjadi penonton, ia ditarik oleh
Jackson dari backstage naik ke atas panggung untuk bernyanyi bersamanya.
Lalu
yang terjadi selajutnya? Klasik sebenarnya, dua karakter utama yang memiliki
koneksi di dunia musik itu kemudian bersatu menjadi pasangan kekasih yang mabuk
asmara. Tampak sederhana memang namun dengan konflik di dalam cerita yang tidak
begitu rumit dari segi sebab dan akibat justru love story semacam ini justru terasa tricky. Ambil contoh film yang juga dibintangi oleh Bradley Cooper, Silver Linings Playbook,
kisah tentang dua individu yang sedang “sakit” dan kemudian bertemu untuk
saling “menyembuhkan” satu sama lain. Di sana cinta menjadi obat utama untuk
mengatasi berbagai masalah di antara dua karakter utama.
Hal
tersebut sumber dari kejutan di film ini, bagaimana kisah yang klasik dan
sederhana tersebut berhasil ditampilkan oleh ‘A Star is Born’ dalam bentuk sebuah sajian yang segar dan menawan.
Ada dua konflik utama di sini, seorang rising
star yang keluar dari insecurity
yang menyelimutinya selama ini dan di sisi lain seorang bintang terkenal yang
harus berhadapan dengan “setan” yang terus mengganggunya. Dua elemen yang
berbeda ini berkombinasi menjadi satu, bagaimana hasil dari sebuah upaya kerja
keras dan ditemani keberuntungan serta apa yang akan terjadi jika seseorang
melepas dua hal tersebut.
Hal-hal
tadi berhasil menjadi sebuah presentasi yang menawan di tangan Bradley Cooper pada debut perdananya sebagai sutradara, di mana ia juga menjadi penulis
naskah bersama Will Fetters dan Eric Roth. Di sini Cooper mendapat hasil
yang memuaskan dari keputusannya yang seolah sejak awal tidak ingin membuat
cerita klasik itu untuk tampil flashy.
Cooper fokus pada upaya menceritakan cerita, sebuah love story sebagai mesin penggerak lalu tempatkan mereka pada
posisi yang selalu tepat, sebuah interpretasi yang memilih untuk intim bersama
fokus pada karakter dan menjaga agar kisah klasik tersebut tidak jatuh menjadi
sebuah melodrama murahan.
Cooper
piawai mempermainkan alur cerita, ia tahu kapan harus menampilkan dua karakter
utama untuk perform di atas panggung, meminta kamera untuk membawa penonton
agar merasa dekat dengan karakter dan merasakan emosi yang kental dari setiap
baris lirik. Yang menarik adalah juga hadir gravity
yang sama ketika kita dibawa masuk ke elemen drama, elemen yang dijaga oleh
Cooper agar tidak perlu terlalu showy
tapi justru seiring berjalannya durasi terus membawa berbagai polemik seperti
cinta dan luka itu untuk semakin terasa authentic,
build-up yang tidak “cerewet” namun terus memberi berbagai punch emosi yang berkualitas.
Itu
yang membuat ‘A Star is Born’ terasa menawan,
membawa penonton ke dalam sebuah “journey”
yang thoughtful namun dipenuhi dengan
gairah cinta dan juga musik. Ya, unik, itu belum menghitung bagaimana ketika mereka hadir setiap kepingan dari hal-hal tadi terasa intim dan juga genuine. Bahkan musik. Musik di film ini
terasa besar dan powerful, lirik
punya power yang besar untuk mempermudah emosi di dalam cerita untuk transfer
atau berpindah ke penonton. Memorable
songs seperti "Shallow"
dipenuhi dengan chemistry yang nyata
dari dua karakter utama, lalu ada "I'll
Never Love Again" yang berhasil menjadi sebuah “selimut” emosi yang
terasa memukau.
Berbicara
emosi kinerja penampilan dari cast juga
tidak kalah penting. Berstatus superstar
sejak awal Jackson tidak pernah terasa mengintimidasi, berkat Bradley Cooper apa yang terjadi di dalam
hidup Jackson begitu mudah untuk dirasakan penonton. Dan di sini Lady Gaga tidak sekedar melakukan
pekerjaannya sebagai penyanyi, ia memberikan “kedalaman” yang oke bagi sosok
wanita rentan pada diri Ally. Chemistry
di antara keduanya juga juga solid dan impresif, sama seperti kinerja dari supporting cast lain seperti Sam Elliott dan juga Andrew Dice Clay yang berperan sebagai Lorenzo Campana, ayah Ally.
Overall,
‘A Star is Born’ adalah film yang
sangat memuaskan. Didukung dengan kinerja akting yang memikat, script yang padat dan proporsional, soundtrack yang dahsyat, cinematography yang indah, Bradley Cooper berhasil memberikan penonton
sebuah amazing journey dengan
menggunakan kisah klasik serta tujuan utama yang juga sederhana, yaitu
menceritakan cerita dengan love story
sebagai mesin penggerak utama. Bergerak penuh energi namun juga intim dan thoughtful di lain sisi, selalu ada rasa
“asli” di dalam ‘A Star is Born’ hingga
final act yang menawan itu, sebuah
cerita cinta yang tampil efektif dan tepat sasaran. Cooper menggunakan dua
belas note, dan tidak ada nada yang terdengar meleset di sini. It's an affecting tragic love story.
0 komentar :
Post a Comment