Warner Bros.
pada awalnya seolah merasa "gengsi" untuk membuat DC Extended Universe mereka keluar dari
tone “dark” yang sedari awal diusung.
Namun menariknya di ‘Wonder Woman’
justru hadir sedikit pergeseran tone
yang membuahkan hasil sangat positif. Beban kemudian berpindah ke pundak Aquaman dengan tantangan utama yang
masih sama: mampukah film selanjutnya di DC
Extended Universe tidak hanya sekedar meneruskan kesuksesan ‘Wonder Woman’ meraih cinta dari
penonton, namun juga menjadi an engaging
superhero movie with more “good” fun? Aquaman: a wild and weird rollercoaster.
Pada
tahun 1985, ketika badai melanda pesisir pantai kota Maine, penjaga mercusuar bernama Thomas Curry (Temuera Morrison) melihat seorang wanita terdampar
tidak berdaya. Nama wanita tersebut adalah Atlanna
(Nicole Kidman), sosok yang ketika terbangun dari kondisi pingsan justru
membuat kekacauan di dalam rumah Thomas. Mereka berdua jatuh cinta, memiiki
anak bernama Arthur Curry (Jason Momoa).
Namun sayangnya belum sempat melihat Athur tumbuh dewasa Atlanna terpaksa
pergi, kembali ke kerajaan bawah laut, Atlantis.
Tumbuh
dewasa Arthur kini menjadi “pelindung” lautan dari aksi kejahatan manusia, hal
yang kemudian membuatnya mendapat musuh baru yakni David Kane (Yahya Abdul-Mateen II), alias Black Manta. Namun itu tidak seberapa jika dibandingkan bahaya yang
sedang tumbuh di kerajaan Atlantis. Saudara Arthur, Orm Marius (Patrick Wilson), alias Ocean Master, berusaha menyatukan kembali tujuh kerajaan untuk
melakukan perang dengan dunia di atas laut. Hal tersebut memaksa Arthur
menerima permintaan dari Mera (Amber
Heard), untuk kembali ke bawah laut dan menyelamatkan Atlantis.
Setelah
menjadi karakter yang sudah terlebih dahulu “menyapa” penonton lewat Justice League, ‘Aquaman’ mengikuti cara
bermain yang sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh ‘Wonder Woman’, secara garis besar. Kita dibawa mundur untuk
melihat asal mula dari karakter superhero
yang eksentrik ini, di tangan James Wan
“dasar” dari karakter Arthur atau Aquaman itu terbentuk dengan cepat, efektif
dan juga ringan. Dan sama pula seperti ‘Wonder
Woman’, ‘Aquaman’ berhasil
menjadi film kedua di dalam DC Extended
Universe yang mampu menampilkan apa yang di tiga film lainnya tidak hadir,
yaitu more “good” fun and engaging story.
Belum
sempurna memang, namun di sini kita mendapatkan sebuah kisah epic yang berhasil
“feels like an epic.” Mengusung kisah
mitologi sutradara James Wan ('Saw', ‘The
Conjuring’) berhasil membentuk dan juga memanfaatkan dengan baik kesan
“aneh” yang dimiliki dunia bawah laut di dalam cerita, dari bentuk script yang disusun oleh David Leslie Johnson-McGoldrick dan Will Beall ke dalam presentasi visual
yang kental dengan cita rasa kartun. Pada awalnya memang akan terasa absurd dan lucu, ada rasa berbeda dari
film-film superhero pada umumnya, terasa segar dengan kuantitas dan kualitas
seperti yang Deadpool dahulu berikan
di film pertamanya.
Ya,
di banyak bagian ‘Aquaman’ memang
akan terasa aneh, terlebih dengan gerak cepat yang diterapkan oleh James Wan sehingga tidak ada eksplorasi
yang terlalu dalam di sektor cerita. James Wan fokus pada “menghidupkan”
berbagai ide dunia bawah laut menjadi visual, pakaian penuh warna-warni,
senjata dan kendaraan perang “mewah” dan unik. Seolah mencoba membangun “underwater Game of Thrones”, it’s so
crowded, script terasa sesak, muncul isu pada benang narasi dan juga
resonansi emosi, James Wan berusaha membuat ‘Aquaman’ terasa flashy namun juga menyebabkan tone menjadi terasa tidak konsisten di
beberapa area.
Namun
menariknya ‘Aquaman’ terasa unik justru karena hal-hal tadi hadir dengan kesan
“di sengaja” oleh James Wan. Kisah
kembalinya Arthur ke rumah asalnya ini sengaja terus dikemas oleh James Wan dengan cita rasa eksentrik,
dan untuk mencapai itu ia berani mengambil resiko: style over substance namun tetap tidak sampai terasa meaningless. Jagoan utama dibentuk agar
dengan cepat terasa dekat dengan penonton, kesan “awe” dari berbagai superhuman powers yang dimiliki Aquaman tetap
terasa punchy ketika hadir, bersama
dengan CGI dan juga elemen humor yang sama-sama terasa jenaka, James Wan menciptakan sebuah rollercoaster yang terasa flawed but fun.
Menonton
‘Aquaman’ terasa seperti menyaksikan sebuah B-Movie
yang dibentuk dengan perencanaan dan eksekusi yang matang. Lewat ‘Aquaman’ James Wan kembali membuktikan
bahwa dia seorang sutradara yang kreatif, strange material justru tanpa takut
ia tampilkan ke dalam bentuk sebuah rollercoaster
yang terasa bumpy dan messy namun tidak terasa menjengkelkan.
Dari humor efektif yang bertebaran di banyak area hingga pertempuran yang
terasa oke itu, James Wan sukses menjaga agar “charm” yang ia bentuk sedari awal secara konsisten terus mengikat
atensi dan memenangkan kembali senyum dari penonton ketika berbagai isu di atas
tadi muncul.
Hal
positif tersebut berhasil James Wan raih juga tidak lepas dari peran dari
jajaran cast. Sejak muncul di Justice
League salah satu hal paling berkesan dari Aquaman adalah karakteristik corny yang ia punya, Jason Momoa tampilkan itu dengan sangat
baik, kesan tangguh dan cool dari Aquaman terasa oke namun comic instincts juga terasa mumpuni. Amber Heard berhasil membuat Mera punya
pesona bersinar, chemistry dengan
Mamoa juga terasa oke jika menilik pergeseran tone yang kerap terjadi. Nicole Kidman berhasil menjalankan
tugasnya untuk menjadi jangkar emotional depth dari cerita, sementara dengan
“penjelasan” yang terasa simple pada
karakter Orm apa yang ditampilkan Patrick
Wilson di sini tidak terhitung buruk.
Overall,
‘Aquaman’ adalah film yang cukup
memuaskan. Sebelumnya DC Extended
Universe dikenal dengan pendekatan nada “kelam” pada superhero mereka, dan ‘Aquaman’ melanjutkan upaya pergeseran
tone tersebut sehingga menjadi lebih berwarna. Di tangan James Wan yang menghadirkan eksekusi “berani” ‘Aquaman’ hadir
layaknya sebuah rollercoaster B-Movie
yang terasa matang, dibantu dengan karisma yang oke dari karakter berhasil
menyuguhkan sebuah petualangan bawah laut yang terasa eksentrik with engaging story and a lot of fun. ‘Aquaman’
isn't great, but surely it’s a well-done wildly and weird superhero movies.
Segmented.
0 komentar :
Post a Comment