‘Whiplash’, kemudian disusul dengan ‘La La Land,’ harus diakui memang
bagaimana Damien Chazelle kemudian memilih bermain dengan sebuah biographical drama justru di sisi lain
membuat film ini terasa exciting.
Bagaimana approach dari sosok yang
telah lekat dengan image musik itu
terhadap salah satu kisah heroic yang
pernah tercipta di muka bumi ini, proses mendaratnya manusia untuk pertama kali
di Bulan. Bermain dengan kisah seorang pilot di sini Damien Chazelle kembali
membuktikan, he is a really great pilot.
First Man: an emotionally satisfying experience.
Pada tahun 1961, test pilot NASA bernama Neil Armstrong (Ryan Gosling) sedang menerbangkan pesawat X-15 di dalam uji eksperimen untuk
mencoba menembus sisi terluar atmosfir bumi. Meskipun pada akhirnya Neil
berhasil mendarat di Mojave Desert
namun tindakannya tersebut justu membuat Neil dihukum. Hal tersebut menambah
duka Neil yang bersama dengan istrinya Janet
Shearon Armstrong (Claire Foy) baru saja kehilangan anak kedua mereka
akibat kanker otak.
Ketimbang terperangkap dalam duka
berkepanjangan Neil justru ikut ambil bagian dalam program luar angkasa NASA
yang diselenggarakan di Houston, yaitu Project
Gemini, sebuah misi persiapan untuk misi mendaratkan manusia ke bulan yang
diusung nasa, yaitu Project Apollo.
Telah menjadi program yang meraih atensi banyak orang dan mulai mendapatkan
berbagai kritikan, para astronot berada di bawah tekanan, terlebih Neil yang
telah menaruh keluarganya sebagai fokus kedua setelah misi berbahaya yang belum
pernah manusia berhasil lakukan, yaitu mendarat di bulan.
Jika diambil rata-rata maka terdapat jarak
sebesar 238,855 miles atau sebesar 384,400 km yang memisahkan Bumi dan juga
Bulan. Berdasarkan data NASA maka jarak tersebut sama dengan 30 buah planet
seukuran Bumi. Dari sana bisa dibayangkan seberapa besar tantangan dan juga
tekanan yang dihadapi oleh para astronot NASA dalam program yang mereka jalani,
yaitu untuk mendarat di bulan. Namun menariknya angka yang sangat besar dan
ruang bermain di luar angkasa yang tentu saja sangat luas tidak menjadi senjata
utama Damien Chazelle di film ini. Ditempatkan secara sederhana status mereka
hanya sebuah goals, destinasi akhir dari sebuah cerita, Damien Chazelle justru membawa penontonnya bermain di ruang yang
lebih kecil dari itu.
Ruang kecil dan sederhana digunakan oleh
Damien Chazelle untuk membawa penonton menyaksikan one of the most impossible human achievement kala itu. Eksplorasi
personal, ketimbang fokus mengeksplorasi program NASA dan juga luar angkasa
lalu kemudian menjejali cerita dengan berbagai visual efek luar biasa, di sini kita justru dibawa masuk ke dalam
kehidupan personal Neil Armstrong. Neil
Armstrong melakukan manuver yang berhasil membawanya ke orbit, kamera
kemudian berputar ditemani suara keras dan instruksi dari Mission Control, kekacauan terjadi, bernafas, kemudian hening.
Berpadu dengan kondisi di mana anak kedua Neil sedang sakit, itu dua dari empat
bagian penting cerita dalam skala major, tantangan bagi Neil Armstrong, dan
mereka hadir di bagian awal cerita.
Bagaimana cerita ini akan berakhir kita sudah
sama-sama tahu, sebuah kesuksesan, berhasil berjalan di Bulan, perjuangan yang heroic. Di dalam keheningan yang manis
bagian final reward itu berhasil Damien
Chazelle kemas agar terasa sangat compact
namun tajam, dan meskipun kita sudah mengetahui ending tersebut tetap terasa emosi yang terasa sangat “kaya” di
sana, sangat moving. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh satu bagian lain
dari cerita, yaitu the process.
Damien tetap menaruh space race
sebagai komponen penting cerita namun di sisi lain itu ia gunakan sebagai
cetakan untuk kemudian diisi dengan berbagai “chaos” di dalam diri karakter utama, perjuangan Neil Armstrong.
Dan Damien
Chazelle ikut menarik penonton untuk masuk ke dalam sebuah ruangan yang
telah ia siapkan, duduk bersama untuk menyaksikan Neil Armstrong “tersiksa” dan
juga berjuang. Dan merasakan. Itu mengapa meskipun berkisah tentang space race namun ‘First Man’ justru terasa sangat intim. Dibantu dengan script dari Josh Singer (Spotlight, The Post) kita terus menemani Neil
berhadapan dengan berbagai hal tragis, di sisi lain emosi terus terbentuk
semakin atraktif. Damien berhasil menciptakan tone dan rhythm yang oke
di setiap sudut cerita agar koneksi antara penonton dan juga Neil Armstrong
terus bertumbuh semakin dalam, terjebak bersama pria biasa itu di dalam sebuah
ruang emosi dipenuhi claustrophobia.
Di sana letak kesuksesan ‘First Man’, sebuah penggambaran seberapa sulit perjuangan untuk
mencapai sesuatu, secara step-by-step
menunjukkan sebuah proses mewujudkan mimpi yang menguras fisik, mental, dan
emosi. Di tangan Damien kisah ini terasa sangat kaya secara emosi dan itu
dipadu padankan dengan thrill dalam komposisi yang sangat oke. Sense of danger selalu hadir dan terasa
jelas, bersama dengan beautiful
cinematography dari Linus Sandgren
dan juga score dari Justin Hurwitz yang terasa seolah
“terikat” dengan tiap scene yang muncul di layar. Damien sukses membuat character study ini tidak hanya membawa
penonton bermain dengan emosi dari cerita namun juga larut lebih dalam bersama
tekanan ekstrim Neil, bertemu “terror”
yang datang silih berganti dengan kuantitas dan kualitas yang terus
meningkat.
Kualitas dari “terror” yang terasa konsisten sejak awal hingga akhir juga tidak
lepas dari karakter Neil Armstrong
sendiri yang ternyata dikenal sebagai sosok introvert
yang tenang ketika berada di bawah tekanan. Ryan Gosling berhasil menampilkan itu dengan sangat baik, dari cara
ia menampilkan sisi cerdas dan optimis seorang Neil hingga internal thoughts dipenuhi rasa sakit dan takut lewat ekspresi yang
terasa halus dan tidak berlebihan. Claire
Foy juga punya peran sangat penting. Damien memberikan role kepada Janet sebagai "penonton" yang dipenuhi rasa takut dan gugup, itu
ditampilkan dengan sangat baik oleh Claire Foy, seorang istri yang menolak
untuk pasrah dan terus dipenuhi rasa cemas. Chemistry
antara Ryan Gosling dan Claire Foy juga terasa intens, siksaan batin di antara
suami dan istri yang terasa manis.
Overall,
‘First Man’ adalah
film yang sangat memuaskan. Mengangkat kisah heroic dari perjuangan seorang Neil Armstrong untuk menjadi manusia
pertama yang menjejakkan kaki di Bulan, ‘First
Man’ merupakan sebuah character study
dalam bentuk sebuah potret internal lives
Neil Armstrong, sebuah perjalanan berliku dipenuhi berbagai “chaos” yang ditampilkan oleh Damien
Chazelle dalam ruang yang lebih
sederhana tetap dengan signature andalannya.
Perpaduan drama dari seorang family man
bersama dengan space race yang
dipenuhi dengan berbagai “terror”
yang terasa mencengkeram, lalu balut mereka semua dengan emosi kualitas tinggi, ‘First Man’ is an emotionally satisfying
experience. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment