Bermain dengan hal-hal supernatural selalu tampak menjanjikan
sesuatu yang "menyenangkan", tidak heran dengan budget kecil film-film horror kerap berhasil meraih keuntungan
finansial yang besar termasuk that
dreadful ‘Ouija’ yang hadir dua tahun lalu. Budget kecil membuat rasa takut
pada potensi merugi juga kecil, tidak heran film-film di genre horror kerap tampak seperti trial and error, putar materi klise dan klasik di mana karakter
hantu melihat karakter manusia dan karakter manusia merasakan eksistensi karakter
hantu di sekitarnya. Genre horror tidak sepenuhnya membutuhkan materi baru yang
segar namun sosok tepat yang mampu mengolah materi klasik dan klise tadi
menjadi sajian yang segar. Film ini berada di tangan sosok yang tepat. Ouija: Origin of Evil: an effectively creepy
horror without being overly cheesy.
Alice
Zander (Elizabeth Reaser) merupakan seorang single mother
dengan dua orang putri, Lina (Annalise
Basso) dan juga Doris (Lulu Wilson),
dua sosok yang membantu Alice ketika ia sedang beraksi melakukan aksi penipuan
berkedok fortune teller. Sayangnya
usaha tersebut masih belum mampu untuk meringakan beban finansial yang sedang
mereka hadapi, tagihan belum dibayar menandakan potensi penyitaan rumah yang
mereka tempati semakin besar. Suatu ketika sedang berkunjung ke rumah temannya
Lina diajak untuk bermain ouija dan
dari sana ia menyarankan sang ibu untuk menggunakan papan tersebut untuk
membuat bisnis mereka semakin menarik.
Celakanya usaha
tersebut justru memanggil sosok asing yang tertarik untuk bermain dengan
mereka. Ketika sedang melakukan setting pada mainan barunya itu Alice tanpa
sadar telah memanggil roh yang bermukim di rumah mereka, bernama Marcus dan
hadir lewat perantaraan Doris. Doris tidak tahu bahwa sang ayah telah tiada
percaya bahwa situasi “unik” yang ia rasakan itu akibat arwah sang ayah, terus
dilanda rasa penasaran untuk bermain Ouija. Bersama dengan Father Tom (Henry Thomas) Alice dan Lina perlahan yakin bahwa Doris
kini berada di bawah kendali roh jahat.
Sinopsis
di atas tadi terkesan standard dan mungkin akan terasa basi jika menilik
hubungan sebab dan akibat yang ia tawarkan. Faktanya tidak ada materi yang
benar-benar fresh from the oven di
dalam cerita Ouija: Origin of Evil,
tidak hanya materi yang terasa hangat saja namun juga tidak terdapat materi
yang benar-benar segar dan baru. Formula
Ouija: Origin of Evil tipikal film horror pada umumnya, karakter bertemu
dengan masalah, lalu build-up dan kemudian bermain dengan situasi penuh rasa
waspada dari “kehadiran” sosok “asing” di sekitar karakter. Ya, there or not there dengan diselingi
beberapa fake-outs klasik, Mike
Flanagan sepenuhnya berpegang teguh dengan formula klasik dari genre horror
namun apa yang menyebabkan materi yang tidak segar tadi justru berhasil
menyajikan presentasi horror yang terasa segar adalah karena Mike Flanagan
sejak awal memilih bermain aman namun terkendali.
Mungkin terkesan kurang
menantang namun hal tersebut yang justru membuat berbagai hal dan materi klasik
genre horror di film ini bekerja dengan baik. Efektifitas adalah kata yang
paling tepat untuk menggambarkan Ouija:
Origin of Evil secara singkat, hal tersebut eksis sejak awal hingga akhir.
Karakter dan juga konflik berhasil dibentuk dengan cepat dan tepat, kita dapat
merasakan kehadiran tekanan yang sedang dihadapi oleh Alice dan dua putrinya di
dalam cerita, kemudian cara papan ouija masuk ke dalam rumah keluarga Zander
itu juga terasa halus termasuk penggunaan kondisi di mana Doris yakin bahwa
arwah tersebut merupakan sang ayah. Koneksi antar cerita dan juga karakter
terbangun dengan baik sejak awal, kita juga bertemu dengan Mikey (Parker Mack) yang berhasil menjadi “boneka” yang efektif
bagi Doris, dan setelah koneksi tadi sukses menjadi semacam “alarm” bagi
penonton setelah itu Flanagan coba menghadirkan “keriuhan” yang telah dinanti.
Kata yang digunakan
memang keriuhan namun mereka hadir tanpa kebisingan yang berlebihan. Bermain
dengan keheningan, itu senjata utama yang Flanagan gunakan di sini, dan seperti
disebutkan di awal tadi penonton yang telah merasa seolah menjadi bagian lain
dari keluarga Zander terus merasa waspada karena kita tahu di sana ada hantu.
Di paruh pertama semua terasa lowkey namun eerie
mood yang dihasilkan terus tumbuh dengan baik, penonton dibuat menantikan
kemunculan sosok asing itu dan ketika momen itu tiba Mike Flanagan (Absentia, Oculus, Hush, Before I Wake) sajikan
dengan punchs yang manis, effectively creeping audiences out. Pola
klasik yang digunakan berhasil dikendalikan dengan baik oleh Flanagan terutama
pada cara ia bermain tarik dan ulur bersama penonton, membuat penonton perlahan
merasa unnerving untuk kemudian
memunculkan berbagai “kejutan” yang manis.
Hal lain yang terasa
impresif dari eksekusi Flanagan di sini adalah ia tidak mencoba menggunakan berbagai
kejutan tadi untuk menciptakan kesan menakutkan yang terasa overwhelm. Ouija: Origin of Evil tidak
menawarkan sebuah petualangan layaknya rollercoaster
dengan track dipenuhi naik dan
turun yang mengerikan tapi dengan tetap tampak tenang the scares yang
dihasilkan justru terasa kumulatif, terasa terus bergerak semakin besar. Kesan creepy yang dihasilkan Ouija: Origin of
Evil secara perlahan terus menumpuk, meskipun memberi kesempatan bagi beberapa
humor kecil untuk tampil itu tidak membuat ekspektasi penonton pada menantikan
kemunculan berbagai “kejutan” menjadi turun. Hal tersebut disebabkan karena
Flanagan berusaha untuk menjauhkan materi yang dapat menciptakan kesan random
di dalam cerita, secara step by step
ia bangun mood and scare sehingga
kesan menakutkan ketika kejutan itu hadir terasa impactful.
Hal lain yang Flanagan
lakukan dengan baik di sini adalah ia berhasil menciptakan sebuah kemasan
dipenuhi dengan timing yang tepat
dari kemunculan setiap elemen cerita. Di awal dia fokus pada menciptakan dasar
bagi karakter dan juga konflik namun ketika itu telah usai dua hal tadi tidak
lantas berada di satu ruangan dengan tugas utama untuk hanya menciptakan
kehebohan yang mengejutkan penonton saja. Paruh kedua harus diakui terasa
predictable namun kesan fun yang dihasilkan paruh pertama tidak luntur di
bagian ini, dari karakter, konflik, hingga elemen teknis seperti score dan visual mereka berhasil
dikombinasikan dengan baik oleh Flanagan sebagai editor untuk menakut-nakuti penontonnya. Teror dikemas dengan
sangat efektif, dari twist and turns
hingga hal sederhana seperti mempermainkan silence
moments ketika that thing sedang mengintai karakter untuk perlahan mendekat
dan mendekat.
Hal-hal semacam itu
yang menjadi daya tarik dari film horror dan di sini ditampilkan Flanagan
dengan baik meskipun di babak akhir pace
terasa sedikit kendor dan tidak begitu kuat. Bersama dengan Jeff Howard screenplay yang dihasilkan
memang tidak istimewa namun lebih dari mampu untuk menciptakan kesan padat,
dari arena bermain bagi berbagai kejutan hingga pada hal yang sedikit lebih
berat seperti tentang family. Di sisi
lain terdapat api kecil yang terus membakar suspense,
mempertahankan atmosfir menakutkan yang telah terbentuk dan tetap stay away dari usaha “memukul” penonton
dengan berbagai kejutan yang cheap
dan random. Dan itu semua dilengkapi
dengan kinerja akting yang juga sangat efektif dari jajaran cast, dari Elizabeth Reaser sebagai “guardian”, kemudian Annalise Basso hingga Lulu Wilson yang tampil exceptionally good terlebih ketika ia
bermain dengan senyum yang gentle namun creepy
itu.
Overall,
Ouija: Origin of Evil adalah film yang memuaskan. Ini
merupakan kelanjutan dan juga prequel yang superior
for that dreadful ‘Ouija’, dan di sisi lain menjadi bukti bahwa genre
horror kembali mendapatkan satu talenta yang berhasil meninggalkan kesan
dependable, yaitu Mike Flanagan. Ini adalah bukti bahwa materi yang klise dan
basi pada industri film bukan masalah yang besar, materi klasik dan klise tetap
memiliki potensi untuk menciptakan sebuah sajian yang segar jika diolah dengan
baik dan benar. Mike Flanagan
melakukan itu di sini, memiliki great
sense pada eksekusi untuk membuat berbagai terror itu work dan
menghasilkan sebuah effective and
entertaining horror.
Gan...
ReplyDeleteSaya boleh tanya pribadi ga?
Walau ga ada hubungannya sama review film...
mw nanya apakah agan menghasilkan uang dr menulis blog?
misal iya, caranya gimana?
Saya punya blog udah lama tp ga tahu caranya ngasilin uang dr blog.
btw, ane dah sering berkunjung ke blog agan...
langganan.. soalnya ane jg suka baca review film.
Dari iklan. Tapi karena pada daftar prioritas profit berada di posisi paling akhir jadi saya hanya sebatas pasang, nothing to lose serta tidak bermain dengan tips and trik. Silahkan googling saja ya terkait masalah itu. Thanks kunjungannya. :)
Deleteoke sama2....
ReplyDeletethanks masukannya...
ReplyDeletebtw, boleh buat backlink disini ga?
Cuman mau promo blog Saya aja...
Saya juga bantu backlink blog rorypnm juga di laman blogger saya.
Jadi sebelumnya minta izin dulu
Di kolom komentar? Silahkan. Keyword + hyperlink.
Delete