Seorang pria muda yang memiliki popularitas tinggi di desa tempat ia tinggal merupakan manipulator yang ulung, ia akan melakukan apapun demi mendapatkan uang untuk menutup hutangnya, dari manipulasi surat cinta hingga membantu sebuah hubungan asmara yang terlarang. Suatu ketika ia dipaksa mengikuti test untuk menjadi seorang eunuch yang kemudian membawanya bertemu berbagai masalah akibat aksi manipulatif yang pernah ia lakukan sebelumnya. Namun masalah terbesar yang dimiliki pria muda tersebut justru berasal dari hal terkait identitas yang ia miliki, ia harus menjaga sebuah fakta yang selama ini ia sembunyikan: bahwa ia merupakan seorang wanita.
Sinopsis:
Hong Ra-On (Kim Yoo-jung) sesungguhnya merupakan wanita berparas manis namun sebuah "paksaan" yang sudah ia terima sejak kecil membuatnya tumbuh besar sebagai Samnom, seorang pria muda yang populer menjadi magnet di desa tempat ia tinggal. Dikenal sebagai seorang yang sangat ahli ketika berurusan dengan masalah cinta dan asmara Samnom banyak mendapat permintaan tolong dari para pria yang bingung menyatakan perasaan mereka pada sang wanita. Namun suatu ketika Samnom harus terlibat lebih jauh di dalam urusan cinta salah satu kliennya, situasi yang membawanya bertemu dengan pria bernama Lee Yeong (Park Bo-gum).
Celakanya seperti mayoritas penduduk desa Samnom juga tidak mengetahui identitas asli Lee Yeong, anak seorang raja dan pewaris tahta kerajaan yang gemar melakukan penyamaran ke dalam desa sebagai seorang pria biasa. Pertemuan singkat mereka tidak berjalan baik dan meninggalkan “luka” bagi Lee Yeong, namun sayangnya anggapan Samnom bahwa kini ia telah lolos dari masalah besar tersebut ternyata salah besar. Akibat masalah hutang yang belum mampu ia lunasi Samnom kemudian dipaksa untuk membayar hutangnya dengan menjadi seorang eunuch di kerajaan, membuatnya harus kembali berurusan dengan Lee Yeong sembari mencoba menutupi fakta yang belum diketahui oleh Crown Prince Hyomyeong dan seluruh penghuni kerajaan, bahwa Samnom merupakan seorang wanita.
Love in the Moonlight
Title: 구르미 그린 달빛 / Gureumi Geurin Dalbit
Also known as: Moonlight Drawn by Clouds
Genre: Historical, Comedy, Romance
Director: Kim Sung-yoon, Baek Sang-hoon
Writer: Kim Min-jung, Im Ye-jin
Broadcast Network: KBS
Cast:
Park Bo-gum as Lee Yeong (Crown Prince Hyomyeong)
Kim Yoo-jung as Hong Ra-on
Jung Jin-young as Kim Yoon-sung
Chae Soo-bin as Cho Ha-yeon
Kwak Dong-yeon as Kim Byung-yeon
Kim Seung-soo as King Sunjo
Cheon Ho-jin as Kim Hun
Jeon Mi-seon as Royal Consort Suk-ui
Han Soo-yeon as Queen Kim
Lee Jun-hyeok as Eunuch Jang
Park Chul-min as Kim Eui-gyo
Bang Joong-hyun as Kim Geun-gyo
Jung Yoo-min as Wol-hee
Lee Dae-yeon as Cho Man-hyung
Jang Gwang as Eunuch Han
Jo Hee-bong as Eunuch Sung
Oh Eui-shik as Sung-yul
Choi Dae-chul as Eunuch Ma
Tae Hang-ho as Do-gi
Jung Hye Sung as Princess Myung Eun
Ahn Nae-sang as Jeong Yak-yong
Heo Jung Eun as Princess Young Eun
[Spoiler Alert]
EPISODE 17
Broadcast Date: October 17, 2016
Eksistensi dari karakter dengan kontribusi besar namun tidak terlalu “dipuja” atau dalam bahasa sederhananya “unsung hero’ tentu merupakan pemanis yang sangat baik, bersama dengan Kim Yoon-Sung, dan juga ternyata Eunuch Han, serta anggota parlemen yang sukses menjaga konsistensi gesekan dari rencana jahat mereka, karakter Kim Hyung merupakan contoh unsung hero di Love in the Moonlight. Meskipun sejak awal terasa ambigu namun Kim Hyung tetap berhasil membuat penonton stick with him dengan sikap loyal melindungi serta membantu Lee Yeong, hal yang membuat apa yang terjadi padanya di awal episode ini terasa sangat mengejutkan. Sutradara melakukan pekerjaan yang sangat manis di bagian itu, cara ia memoles emosi yang terjadi ketika Lee Yeong meratapi “kepergian” sementara sosok yang paling ia percaya di dunia itu terasa sangat manis, salah satu momen terbaik yang dimiliki oleh episode ini.
Berbicara momen menarik episode ini secara mengejutkan berhasil kembali melakukan apa yang di dua episode sebelumnya terasa kurang bersinar, ia mampu mendorong kesan dan juga rasa hangat di dalam cerita meskipun masih diwarnai dengan berbagai upaya pemberontakan di dalamnya. Saya suka pada cara cerita di episode ini memajukan konflik yang harus diakui terasa sedikit mengulur waktu di beberapa episode terakhir. Itu adalah cara yang sangat tepat untuk membawa Kim Hun serta tangan kanan dan tangan kirinya untuk menuju meja penghakiman, ketimbang menggunakan kekerasan writer kembali memanfaatkan apa yang sejak awal membuat penonton merasa terpikat dengan Lee Yeong, menyelesaikan masalah dengan cara yang tenang. Berbicara tentang masalah writer juga piawai dalam memanfaatkan karakter Jung Yak-Yong, ia tidak hanya menjadi tameng di belakang Lee Yeong namun juga menjadi penasihat yang menarik untuk membawa masuk berbagai perumpamaan yang juga menarik itu.
Another good thing di episode ini adalah selain semakin panasnya masalah yang harus dihadapi oleh Queen Kim akibat rencana licik yang ia susun cukup senang mendapati writer memberi kesempatan yang sangat besar bagi satu dari sekian banyak pesona yang dimiliki oleh ‘Love in the Moonlight, yaitu persahabatan antara Lee Yeong, Kim Hyung, dan juga Kim Yoon-Sung. Masalah terkait family dan juga strata sejak awal telah menunjukkan batasan yang jelas di antara mereka namun di sini writer berhasil membuat agar tidak ada kesan permusuhan yang dapat menciptakan dampak merusak, mereka telah “clear” sekalipun kelak di episode terakhir Kim Yoon-Sung pindah menjadi anatagonis, sesuatu yang terlalu berlebihan jika terjadi. Kim Yoon-Sung sendiri sejak awal telah menjadi senjata tersembunyi bagi Kim Hun walaupun akan terasa sangat terlambat jika ia mulai “meledak” di episode terakhir.
Heroine utama kita, Hong Ra-on, di episode ini memang hanya muncul pada beberapa momen penting terkait Kim Hyung dan Lee Yeong namun itu merupakan keputusan yang tepat dari writer dan sutradara. Episode ini berhasil menyelesaikan salah satu hal penting yang selama ini tidak terlalu sering ia sentuh, dan di sisi lain ia juga berhasil membawa berbagai konflik lainnya untuk maju satu langkah ke depan. Seperti perumpamaan tangan kanan, kiri, dan kepala itu kini ‘Love in the Moonlight’ hanya menyisakan satu tugas lagi pada permasalahan terkait pemberontakan, hal yang membuat tugasnya menjadi sedikit lebih ringan di episode terakhir, arena yang tentu saja kita harapkan untuk menjadi tempat bagi dua karakter utama kita menyelesaikan “masalah” di antara mereka. Berbagai konflik di dalam alur cerita yang bersifat penting semakin dekat menuju garis finish, dan semoga Lee Yeong kembali berhasil menyelesaikan masalah terakhir tadi dengan cara elegant seperti yang selama ini ia lakukan, tentu saja untuk memberikan penonton sebuah "perpisahan" yang manis dan indah.
EPISODE 18
Broadcast Date: October 18, 2016
Dari cara dia berjalan sejak awal kita tahu bahwa ‘Love in the Moonlight’ bukan tipe series yang rutin mencoba menciptakan berbagai “kehebohan” dalam skala sangat besar, setiap masalah yang muncul mencoba saling menyambung satu dengan yang lain sehingga tidak menciptakan sebuah “tugas” besar yang harus diselesaikan dan bersifat menumpuk di bagian akhir. Itu mengapa ini merupakan sebuah penutup yang juga mungkin sebuah perpisahan yang manis, setiap masalah yang terdapat di dalam konflik cerita berhasil diselesaikan dengan cara yang understated. Selain adegan heroic dan terasa kaku yang dilakukan oleh Kim Yoon-Sung dalam upaya menyelamatkan Ra-on itu semua elemen pembentuk episode ini terasa sebagai satu kesatuan yang padat, itu termasuk konklusi terhadap beberapa konflik minor seperti masa depan Jo Ha-Yeon, hubungan antara Princess Myeong-eun dan Master Jeong, rencana licik Queen Kim, serta sebuah last arsenal dalam bentuk rahasia tersembunyi dari ibu Lee Yeong.
Cukup mengejutkan mendapati apa yang dialami oleh Princess Youngeun dahulu tidak hanya sebatas menjadi “jembatan” bagi Lee Yeong dan juga Ra-on, dan cara sutradara serta writer mengungkap misteri tersebut terasa subtle dan tidak berlebihan. Sejak lepas dari sembilan episode pertama satu dari sekian banyak pertanyaan yang terlintas sejak saat itu adalah bagaimana cara writer akan menyelesaikan masalah yang dibangun oleh Kim Hun karena di tangan Cheon Ho-Jin ia berhasil menjadi villain dingin yang terus menebar ancaman. Tidak ada kehebohan yang berlebihan di sana namun cara Kim Hun takluk di tangan Lee Yeong berhasil meninggalkan kesan yang cukup mendalam terlebih lagi disertai fakta bahwa dia “menyerah” dengan menggunakan senjata milik sang cucu, Kim Yoon-Sung. Nama terakhir tadi dapat dikatakan menjadi “penyeimbang” yang baik terhadap konklusi walaupun memang terasa bittersweet jika menilik pengorbanan yang telah ia lakukan selama ini kepada Ra-on.
Memang dengan tugas menyelesaikan tanggung jawab yang ia punya terhadap penonton episode ini memiliki beberapa momen yang terasa jumpy namun menariknya itu tidak menggerus kesan hangat dari perpisahan. Sebenarnya cukup aneh menyebut ini sebagai perpisahan karena setelah merasa seolah mengamati sahabat bergelut dengan masalah mereka masing-masing ini lebih terasa seperti perayaan dari sebuah kemenangan yang lembut. Ending yang dimiliki oleh ‘Love in the Moonlight’ tampak telah dipersiapkan secara matang sejak awal, berbagai rintangan karakter hadapi tentu saja tetap ditemani dengan berbagai keceriaan, dan ketika semuanya telah berakhir mereka berhasil mendapatkan “hadiah” dari perjuangan yang mereka lakukan sejak pertama kali menyapa penontonnya, dari yang terkait dengan unsur politik, cita-cita pribadi, hingga tentu saja cinta serta kasih sayang.
Salah satu hal terbaik yang dilakukan oleh episode ini adalah keputusan writer dan sutradara untuk tidak memberikan sebuah kepastian pada hubungan antara Lee Yeong dan juga Ra-on, semacam ikatan pernikahan yang sebenarnya juga terasa tidak bersifat wajib. Mengapa? Karena dengan demikian hal utama yang ‘Love in the Moonlight’ usung sejak awal serta telah dipoles lewat berbagai suka, duka, dan juga tawa berhasil meninggalkan kesan yang kuat dan dalam, dari sebuah perumpamaan bagaimana seorang raja yang baik tidak bersinar terang karena ia merupakan matahari, ia harus bersinar terang seperti bulan karena dikelilingi oleh banyak sinat lainnya, dalam hal ini orang-orang yang ia sayangi dan cinta serta tentu saja para rakyatnya. I’m considering becoming a moon from now on. Where’s my sunshine!
OVERALL
Sukses mencuri perhatian lewat teaser yang “bombastic” itu ‘Love in the Moonlight berhasil menjaga atensi yang telah ia raih dari penonton dengan secara stabil terus bertumbuh menjadi semakin menarik hingga akhir. Konsistensi kualitas pada pesona yang ia miliki merupakan salah satu kesuksesan terbesar yang ‘Love in the Moonlight’ capai, dari sutradara, writer, aktor, serta tim di balik layar berhasil bekerja sama dengan sangat baik untuk mewujudkan misi yang mereka emban sejak awal, yaitu menciptakan sebuah kisah romance yang pretty, sad, and charming. Keputusan untuk tidak terlalu terikat secara kaku pada fakta sejarah juga membuat kisah Lee Yeong dan juga Ra-on ini terasa sangat relatable dengan dunia modern meskipun latar belakang tempat di mana cerita bermain berada di abad ke-19. Dari emosi, drama dengan elemen politik, elemen komedi penuh aksi lucu, hingga tentu saja elemen romance dengan action yang manis, mereka berkombinasi menjadi satu kesatuan yang konsisten terasa padat sejak awal hingga akhir.
Itu alasan mengapa ‘Love in the Moonlight’ berhasil mencuri perhatian besar di negara asalnya sana, sebuah rom-com yang mencoba tampil bubbly namun dalam presentasi yang ia tampilkan ‘Love in the Moonlight’ memiliki keseimbangan yang manis pada berbagai rasa yang ia punya. Hal tersebut membuat penonton tetap dapat merasakan sisi serius dari elemen kingdom yang dipakai namun di sisi lain tidak terjebak di dalam sebuah drama yang monoton maupun terlalu serius, ada romance dan komedi sebagai penyeimbang. Cerita ‘Love in the Moonlight’ terasa sederhana namun sangat charming, tanpa unsur fantasi pada dasar cerita berhasil menebar kesan modern namun juga tidak membuat penonton lupa bahwa ia merupakan sebuah kisah di era Dinasti Joseon. Konflik di dalam cerita yang merupakan tipikal dari K-drama sageuk pada umumnya berhasil dikemas dengan segar di sini, tanpa menggunakan grand metaphor namun lebih ke arah bagaimana penonton menaruh fokus mereka pada proses mengidentifikasi hal-hal kecil namun penting dan menarik yang diberikan cerita setiap kali ia melangkah maju di setiap episode terbaru, dari pesan terkait politik hingga hal sederhana seperti keluarga serta kasih sayang dan cinta.
Ya, itu satu dari berbagai kelebihan lain yang dimiliki oleh ‘Love in the Moonlight’, ia berhasil terus mempertahankan serta meningkatkan standar yang telah ia capai dengan cara yang serius namun santai. Pesona lain dari ‘Love in the Moonlight’ adalah kemampuannya dalam membentuk momen yang ceria maupun momen yang lebih serius dan gelap untuk mencapai titik tertinggi yang dapat mereka capai. Dua bagian tersebut tidak hanya bersinar terang dan mampu menjaga atensi penonton saja namun juga menciptakan impact yang terasa memorable, ketika cerita masuk ke dalam pergulatan dengan masalah yang lebih serius kilas balik yang ditampilkan pada masa-masa di mana hal-hal ceria mendominasi isi cerita tetap terasa sangat manis. Mereka tidak hanya sangat kuat secara individu namun juga saling melengkapi satu dengan yang lain, dan hasilnya sangat positif karena tidak hanya membuat berbagai masalah yang sebenarnya klasik dan klise itu tetap mampu bernafas dengan baik hingga akhir saja namun juga membuat perjalanan penonton bersama karakter dan juga konflik terasa “hidup” dan colorful, sebuah proses penuh warna dan juga rasa dalam kombinasi yang terasa menyenangkan.
Senang melihat bagaimana cara ‘Love in the Moonlight’ membentuk berbagai konflik di dalam cerita, dari permainan “hide and seek” hingga ketika berurusan dengan intrik politik mereka dikemas secara ringan dan tidak berlebihan, memiliki beberapa momen yang menegangkan namun “pengalihan” yang digunakan tidak terkesan dipaksakan. Cara yang digunakan oleh cerita untuk menunjukkan something fishy yang terdapat di dalam cerita juga sangat manis, terasa kohesif dengan berbagai masalah pokok. Itu kesuksesan lain yang dilakukan oleh sutradara dan penulis cerita, jalinan cerita dengan berbagai konflik yang tersimpan di dalamnya berhasil mereka urai dengan lembut dan manis, secara perlahan materi yang serius naik step by step dan mulai mendapat atensi dari penonton secara lebih dalam namun tanpa mengganggu fokus utama di sisi lainnya: menjadikan ini sebuah romance comedy yang ringan yang lucu. Hal tersebut dapat dikatakan mendapat pengaruh pula dari bagaimana semakin terasa menyenangkannya menyaksikan banter antar karakter, tidak pernah ada kesan kaku ataupun canggung yang terasa mengganggu pada hubungan yang terjalin di antara mereka, dan yang lebih menarik lagi karakter berhasil menciptakan koneksi yang “dekat” dengan penonton sehingga mereka merasa seolah sedang menyaksikan sahabat bergelut dengan suka dan duka.
Kesuksesan tersebut juga tidak lepas dari pencapaian yang dari kinerja departemen akting. Cast dari ‘Love in the Moonlight’ tidak hanya berhasil meraih namun juga menjaga atensi penonton pada masing-masing karakter mereka, dari protagonis hingga antagonis, dari karakter besar hingga karakter minor seperti Eunuch Jang. Dua pemeran utama Park Bo-gum dan Kim Yoo-jung sangat sukses membuat penonton tertarik pada karakter mereka, tampak menarik ketika tampil bersama namun secara individual juga memiliki pesona yang sangat mumpuni. Park Bo-gum menampilkan semacam pesona liar dan nakal yang dimiliki Lee Yeong, karakteristik jahil yang ia punya menciptakan dua sisi yang selalu menarik untuk dinantikan. Kinerja akting yang memikat juga ditampilkan oleh Kim Yoo-jung, ekspresi wajah hingga tone suara yang ia tampilkan membuat Hong Ra-on menjadi karakter yang quirky dan lucu namun mampu menarik simpati penonton dengan kondisi yang ia alami, serta masa lalu kelam yang ia miliki. Pemeran pendukung juga menjalankan tugas mereka dengan baik, Jin Young, Chae Soo-Bin, dan Kwak Dong-Yeon sebagai compatriot dua karakter utama di panggung utama hingga karakter antagonis yang dipimpin oleh Cheon Ho-Jin, Kim Seung-Su dan Han Soo-Yeon juga berhasil membuat karakter mereka raja serta ratu yang “memorable”.
Dan mari jangan lupakan peran dari elemen teknis seperti cinematography dan editing yang oke serta musik dan juga OST yang berperan penting dalam membangun serta menjaga “feel” yang sedang berlangsung di dalam cerita, mereka selalu hadir pada posisi serta momen yang tepat namun juga tidak menciptakan kesan berlebihan yang terasa menjengkelkan, mereka duduk bersama di satu ruangan dan bekerja sama untuk menciptakan sebuah hiburan yang menyenangkan. Tanpa ego untuk saling mengalahkan. Ya, teamwork yang berkualitas mungkin dapat merangkum mengapa hiburan yang ‘Love in the Moonlight’ selama 18 episode itu terasa sangat menyenangkan, dari excitement hingga cara ia mempermainkan konflik, momen intens dengan thrill yang manis, momen lucu berhasil membuat penonton tersenyum, dan momen serius terkait kerajaan berhasil meningkatkan kadar panas menjadi naik satu tingkat lebih tinggi. Setiap elemen terus tumbuh semakin baik dan menarik di setiap episode terbaru, sesuatu yang merupakan hal terpenting yang harus dilakukan oleh sebuah tv-series, tidak hanya sekedar membuat penonton “berinvestasi” pada mereka namun juga terus tertarik menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Fondly, goodbye.
0 komentar :
Post a Comment