Menjadi sebuah hiburan
yang lucu, lalu berubah menjadi serius dengan menggunakan isu yang serius, lalu
menjadi lucu dan serius di saat yang bersamaan bukan sesuatu yang mudah untuk
dilakukan oleh sebuah film. Berbagai masalah yang sering dialami adalah mereka
terasa kurang seimbang, hanya satu elemen yang mampu bersinar, dan karena
saling “berebut” kualitas dari dua elemen tersebut menjadi tidak maksimal.
Bagaimana dengan film ini, ‘War Dogs‘,
sebuah biographical crime war
comedy-drama yang mencoba tampil serius dan lucu dengan tampil beraksi
dengan rasa chutzpah? It’s feels like
‘Scarface’, ‘Goodfellas’, and ‘The Big Short’ go get drunk together.
Tahun 2005, Miami,
Florida. Sebuah kabar mengejutkan dari pacarnya Iz (Ana de Armas) yang positif hamil membuat pria bernama David Packouz (Miles Teller), seorang massage therapist, menjadi kalang kabut.
Untung saja sahabatnya Efraim Diveroli
(Jonah Hill) yang merupakan salesman perdagangan senjata menawarkan sebuah
pekerjaan pada David, mereka melakukan perjalanan ke Timur Tengah di mana
Efraim mencoba membawa pesanan senjata dari Jordan menuju ke Irak. Suatu ketika
mereka mendapat order yang lebih besar dari pria bernama Henry Girard (Bradley Cooper) terkait pasokan amuinisi untuk
senjata AK-47. Mereka terbang ke
Albania, namun permainan kali ini ternyata lebih berbahaya.
Todd
Phillips kembali dengan sebuah buddy movie seperti yang pernah ia lakukan di The Hangover trilogy dan Due
Date, sinopsis klasik dengan memasukkan
karakter yang quirky ke dalam
perjalanan berisikan tantangan dan tentu saja masalah. Jika harus membandingkan
‘War Dogs’ dengan empat film tadi
percaya diri Todd Phillips di sini
terasa lebih meyakinkan, cerita punya lapisan dengan komentar terhadap society dan politik, cara ia bercerita
juga punya ritme yang lebih oke. Saya suka dengan energi yang film ini miliki,
kesan liar yang David dan Efraim lakukan di perjalanan mereka terasa cukup menarik
untuk diikuti, mereka terasa riang dan menikmati bisnis berbahaya yang mereka
lakukan. Efraim yang seperti versi konyol dari Tony Montana itu dapat mewakili seperti apa film ini ingin mencoba
tampil, ia mencoba menjadi versi komedi dari gabungan Scarface dan Goodfellas.
Menariknya meskipun
komedi dipakai sebagai jualan utama tapi ‘War
Dogs’ ternyata punya drama yang tidak begitu tipis. Jika digambarkan secara
sederhana apa yang film ini coba lakukan serupa tapi tak sama dengan apa yang ‘The Big Short’ lakukan tahun lalu,
praktik bisnis di dunia modern lengkap dengan masalah di dalamnya. Alur cerita
standar, berurusan dengan bisnis, uang, profit, mulai serakah dan muncul
masalah, Todd Phillips ingin menjaga
fokus pada elemen drama namun tetap membuat komedi bermain-main di sekitarnya.
Sayangnya kombinasi dua elemen tersebut terasa kurang nendang, kisah nyata yang Todd
Phillips tulis ulang bersama Stephen Chin dan
Jason Smilovic berdasarkan artikel Rolling Stone karya Guy Lawson ini kerap terasa seperti mengambang di atas danau, cukup menarik tapi tidak terasa menggigit. Celakanya masalah tidak hanya datang dari
cerita saja tapi juga dari senjata terbesar ‘War
Dogs’ itu sendiri yaitu, karakter.
Ini akan menghasilkan
ledakan yang lebih oke seandainya Todd Phillips tidak membuat drama agar tampak
sejajar dengan komedi, jika all out menjadi komedi mungkin hasilnya akan terasa lebih baik. Skema
cerita oke tapi masalah yang David dan Efraim harus selesaikan tidak konsisten
terasa menarik hingga akhir, ketika melakukan aksi absurd David dan Efraim
berhasil menghibur tapi perjalanan yang mereka lakukan itu semangat dan
tujuannya perlahan terasa redup. Efeknya domino,
rasa peduli dan tertarik penonton pada karakter juga tidak sekuat saat mereka
muncul pertama kali di layar, pesona mereka juga perlahan turun karena aksi
gila yang mereka lakukan memakai template yang sama, repetitif dan tingkat
kejutan yang dihasilkan tidak lagi besar. Konklusi ‘War Dogs’ juga kurang oke,
cara berbagai “detail” terkait bisnis “gelap” yang dilakukan oleh David dan
Efraim itu diselesaikan terasa underwhelming
dan rushed.
Niat Todd Phillips di elemen drama tentu
layak diapresiasi tapi seandainya “tone” elemen tersebut sedikit diturunkan
mungkin elemen komedi akan lebih bersinar. Dibantu soundtrack yang cukup oke
meskipun pesona mereka tidak stabil tapi kombinasi David dan Efraim tetap
terasa menarik hingga akhir, mereka mampu membuat penonton at least tersenyum dengan aksi mereka. Mereka seperti mencoba
tampil lucu dengan rasa satir, aksi bodoh tapi juga mencoba menarik simpati,
oke tapi kurang nendang. Performa Jonah
Hill terasa oke, usaha menonjolkan karisma memang tidak selalu berhasil
tapi kalimat konyol yang keluar dari mulut Efraim cukup mampu menggelitik. Miles Teller di sini berperan sebagai
pria innocent, David likeable ketika berkombinasi dengan
Efraim terutama pada bravado yang mereka tampilkan, tapi secara individual
David terasa cukup tumpul. Yang menarik Bradley
Cooper berhasil tampil bersinar lewat peran kecil yang ia miliki.
Setelah selama ini
lebih dikenal sebagai sutradara film komedi yang konyol di ‘War Dogs’ Todd Phillips mencoba
untuk menggabungkan komedi bersama sedikit drama, sistem bisnis lengkap dengan
masalah di dalamnya digabungkan bersama buddy
film dengan foolishness mencoba
tampak “cool” dan berani. Sajian yang diberikan komedi terasa oke tapi tidak
dengan elemen drama, unsur satir terasa kurang fit dan kurang menggigit dengan
tingkah konyol David bersama Efraim. Cukup menyenangkan namun cukup disayangkan
pula jumlah percobaan di elemen komedi serta drama yang berhasil ‘War Dogs’ lakukan dengan baik tidak
sebesar jumlah peluru yang ia gunakan karena di awal ia punya potensi untuk
menjadi sebuah crime war comedy-drama
dengan aksi chutzpah yang sangat
menyenangkan.
0 komentar :
Post a Comment