Setelah berhasil
menyajikan sebuah kehebohan yang menyenangkan lewat ‘The Lego Movie’ dua setengah tahun yang lalu kini Warner Bros. Animation kembali dengan
sebuah kehebohan lainnya. Tidak bermain dengan mainan berbentuk kubus itu yang
sekuelnya baru akan muncul di awal tahun 2019 mendatang, kali ini dengan sebuah
cerita rakyat asal Eropa di mana dahulu kala para burung bangau bertugas untuk
membawa bayi ke orang tua baru mereka. Ditulis oleh penulis cerita The Muppets, The Five-Year Engagement,
dan Neighbors 2: Sorority Rising
bagaimana hasil akhir dari 'Storks', animasi dengan rasa buddy comedy? One thing for
sure this is a playful and quite cute animation.
Di Stork Island para bangau memiliki tugas untuk menciptakan dan
kemudian mengantarkan bayi lewat door-to-door
service kepada para orangtua yang mengirimkan permintaan tertulis agar
dapat memiliki anak. Bisnis dengan model serupa warehouse Amazon bernama Cornerstore
itu suatu ketika akan berganti pemimpin dari Hunter (Kelsey Grammer) ke Junior
(Andy Samberg), celakanya tugas pertama bagi Junior adalah memecat manusia
bernama Tulip (Katie Crown). Tulip
sendiri suatu ketika secara tidak sengaja merespon sebuah permintaan bayi dari Nate (Anton Starkman), anak pasangan Henry Gardner (Ty Burrell) dan Sarah Gardner (Jennifer Aniston). Namun
ketika hendak mengantar bayi bernama Diamond
Destiny itu Tulip mengalami apa yang 18 tahun lalu para bangau rasakan
padanya, she’s falling in love with
Diamond Destiny.
Storks
mencoba tampil seperti angin topan, duet sutradara Nicholas Stoller dan Doug
Sweetland paham bahwa materi yang mereka miliki punya peluang untuk tampil
heboh sejak lepas dari sinopsis dengan
menciptakan kombinasi antara sweet dan
bitterness. Pada dasarnya ini kisah
tentang membesarkan seorang anak tapi ketimbang digali lebih jauh mereka hanya
jadi sebuah jalan untuk menampilkan berbagai hal konyol yang mencoba tampak
energik. Konyol bukan berarti buruk dan uniknya justru berhasil membuat
kualitas hiburan dari pondasi cerita yang sebenarnya tidak begitu kuat itu
terasa cukup oke. Nicholas Stoller
dan Doug Sweetland berusaha
menampilkan atau mengeksplorasi berbagai gags
dan juga goofiness yang dimiliki
cerita dan karakter dengan cukup oke, hal terbaiknya adalah komposisinya terasa
cukup oke. Meskipun konflik dan narasi dibangun dengan tidak begitu halus tapi
tapi at least pencampuran pesona bagi penonton muda dan penonton dewasa terasa
cukup oke.
Bukan berarti ini
sangat menarik dari sudut pandang penonton dewasa, di awal tidak mudah untuk
klik dengan karakter dan cerita tapi ketika mereka telah menemukan ritme yang
pas kualitas petualangan dengan rasa buddy
comedy dan road movie itu naik
satu tingkat menjadi lebih baik. Yang cukup mengejutkan adalah tampil dengan
semangat seperti 'The Lego Movie'
bersama karakter yang imut ‘Storks’
akan dengan mudah mencuri perhatian penonton muda, tapi di sisi lain tone cerita tidak semuanya terasa
ringan. Terdapat beberapa usaha untuk menyampaikan isu klasik bagi penonton
dewasa, dari tentang anak, keluarga, dan orangtua seperti selalu berusaha
bermain dengan anak di tengah kesibukan kerja. Meskipun dampaknya tidak megah
karena memang tidak berusaha mengaduk-aduk emosi penonton tapi setidaknya
berhasil menyentil. Tapi hasilnya meskipun terus memborbardir penonton dengan
berbagai hal konyol ‘Storks’ tidak punya irama naik dan turun yang memikat.
Di situ hal yang
membuat ‘Storks’ tidak terlalu
bersinar, sejak ketika ia menemukan ritme hingga berakhir ia stabil berada di
level yang normal. Hal tersebut bagus karena berarti ia bukan film animasi yang
buruk tapi dengan durasi 89 menit itu
don’t know why saya merasa kualitas
film ini seharusnya berada di posisi yang lebih baik lagi dari yang berhasil ia
capai. Minus yang cukup menonjol adalah karena pesona karakter dan cerita
berada di grafik yang datar cerita jadi terasa repetitif tidak peduli seberapa
kuat usaha karakter yang lucu dan imut itu tetap menjaga atensi penonton dengan
aksi lunatic mereka. Kekurangan lainnya adalah Nicholas Stoller dan Doug
Sweetland tidak berusaha menangkap dua kelinci dengan satu anak panah,
mereka gunakan dua anak panah di sini dan hasilnya cerita ‘Storks’ terasa canggung karena mencoba tampil “aneh” dengan aksi
konyol dia juga mencoba menjadi sebuah kisah yang heartwarming.
Humor yang jadi salah
satu hal paling menarik film ini sebenarnya juga tidak special, klise bukan
masalah tapi terasa sedikit terlalu routine sehingga meskipun terasa cukup oke
tapi punch yang dihasilkan juga tidak
ada yang benar-benar kuat. Satu hal yang pasti adalah ‘Storks’ akan mengingatkan kamu pada salah satu film animasi lain
yang rilis tahun ini, yaitu The Secret
Life of Pets yang dirangkum dengan manis di sini sebagai sebuah film
animasi yang good for kids, cute, but a bit charmless meskipun dari segi kualitas visual
The Secret Life of Pets sedikit lebih unggul dari ‘Storks’. Juga masih sama seperti ‘The Secret Life of Pets’ salah satu faktor yang membuat film ini
terasa menarik adalah performa dari para pengisi suara karakter. Andy Samberg adalah bintang utamanya,
dia menciptakan semacam “magic” buat karakter Junior sehingga terdapat udara
segar yang terasa menyenangkan di dalam script
yang ketat itu walaupun ketika cerita mulai terasa repetitif mereka mulai
terasa sedikit melelahkan di paruh kedua.
Jika melihat
filmography yang ia punya cukup mengejutkan mendapati eksekusi yang Nicholas Stoller lakukan di sini bersama
dengan Doug Sweetland, mereka cukup
berhasil menampilkan sebuah dongeng yang tampil penuh energi dengan gaya comical dan menciptakan kesan “unik”.
Semua elemen film ini tidak special, dari script,
visual yang colorful, mischief
characters, pengisi suara, hingga konten di dalam cerita baik itu yang
mencoba tampil lucu dan yang mencoba tampak heartwarming,
namun dengan segala kelebihan dan kekurangan tersebut ‘Storks’ berhasil menjadi
sebuah animasi rasa buddy comedy
energik yang odd, wild, manic, playful,
noisy, but cute and pretty enjoyable. Ibarat tugas para bangau itu ‘Storks’ berhasil menghantarkan para
bayi dengan selamat sampai tujuan meskipun di dalam perjalanan tidak dipenuhi
dengan thrill dan excitement yang terasa spesial.
0 komentar :
Post a Comment