"Little brother, let’s go get that money."
Berbicara tentang isu yang ia miliki heist crime film berjudul ‘Hell or High Water’ ini mungkin tidak akan berbeda dari berbagai drama dengan konflik utama serupa, seperti apa yang akan kamu lakukan untuk keluargamu serta apakah untuk meraih kebahagiaan kamu rela melakukan apapun termasuk merampok bank? Klasik memang tapi thoughtful story seperti tadi berhasil diolah dan dibentuk kembali menjadi sajian yang segar oleh film ini, menggabungkan crime bersama drama, thriller, hingga comedy yang membuatnya terasa seperti film Coen brothers yang tidak disutradarai dan ditulis oleh Coen brothers. From the director of ‘Starred Up’ and the writer of ‘Sicario’, one of the best drama films this year so far, ‘Hell or High Water’.
Setelah kehilangan sang
ibu pria bernama Toby Howard (Chris Pine)
juga terancam kehilangan peternakan kepada bankir yang memiki hak jamin
terhadap properti milik keluarganya itu. Kondisi mendesak tersebut membuat Toby
memutuskan untuk membantu saudaranya Tanner
Howard (Ben Foster) merampok bank agar dapat membayar kembali pinjaman
tadi. Celakanya mereka harus berhadapan dengan Marcus Hamilton (Jeff Bridges), seorang Texas Rangers yang sebentar lagi akan pensiun dan sedang menyusun
sebuah rencana untuk menangkap sebuah rangkaian aksi perampokan yang selama ini
menaruh target mereka pada Texas Midland Banks dan hanya mengambil uang tidak
lebih besar dari $10,000.
‘Hell
or High Water’ merupakan perpaduan dari dua film
terakhir dari dua sosok penting di balik layar, ‘Starred Up’ yang disutradari oleh David Mackenzie serta ‘Sicario’
yang ditulis oleh Taylor Sheridan,
sajian yang ketat dan mengikat dengan sedikit rasa 'No Country For Old Men' di dalamnya. Tidak ada hal yang
benar-benar baru dari materi film ini, dua orang kakak beradik, tindakan
kriminal, lalu diburu dua pihak berwajib, terasa simple dan to the point,
tapi menariknya materi perpaduan drama dan action-thriller
dengan sedikit unsur politik yang familiar
itu berhasil menjadi sajian yang terasa begitu segar. Sejak awal hingga akhir,
sejak sinopsis yang sederhana itu hingga ketika durasi 102 menit itu berakhir
tidak ada momen yang terasa “kering” di dalam film ini, menampilkan dengan baik
pesona dari tiap genre yang digunakan tapi juga memberikan penonton something dengan kedalaman yang menarik
namun tidak mengganggu aksi bersenang-senang yang karakter lakukan.
Di sini Taylor Sheridan membuktikan bahwa apa
yang ia ciptakan di Sicario itu bukan
kebetulan belaka. Petualangan ini punya rasa unik yang sama, Taylor Sheridan kembali menciptakan
karakter dengan karakterisasi yang menarik untuk membuat kamu merasa ambigu
antara bad guys dan good guys, menciptakan ruang agar kedua
sisi tadi punya ruang untuk diisi dengan rasa simpati dari penonton lalu
masukkan mereka dalam konflik yang tampil ketat namun tidak mencoba mengumbar
“ledakan” berlebihan. Cara cerita membangun suspense terasa sangat oke, materi
yang berat dan materi yang ringan berpadu dengan baik, sementara itu penjahat
yang memanggil korbannya dengan sir dan ma’am itu bukan satu-satunya “masalah”
yang coba dihadirkan cerita. Sekilas cerita tampak klise tapi saya suka cara
script menunjukkan “isi” yang terkandung di dalam cerita sama halnya dengan
cara ia menjaga kesan suram cerita agar tidak kalah dari berbagai humor yang
sukses menghibur itu.
Materi yang mumpuni itu
berhasil tampil baik juga berkat cara David
Mackenzie menerjemahkan mereka dari tulisan ke dalam visual. Film ini punya
suspense yang oke tapi itu bukan
satu-satunya pesonanya, hal cantik lain adalah mampu membuat penonton mencoba
mengamati apa yang sedang berputar di dalam pikiran karakter, seperti Kate Macer yang bingung di ‘Sicario’. Cara David Mackenzie menampilkan itu sangat oke, tone hitam dan putih
cerita seperti saling tarik menarik, dari humanity
dan social lalu masukkan humor dan wit, kombinasi mereka terasa oke. Dari
hutang hingga kebangkrutan di dalam bisnis, mereka sukses mengunci atensi
sebagai masalah utama tapi atmosfir depresif yang ditampilkan oleh ‘Hell or High Water’ tidak terasa begitu
berlebihan. Hal itu banyak membuat cerita jadi terasa segar karena alur cerita
tidak stabil di sisi gelap saja, kita menemukan banyak arah yang tidak pernah
mencoba menjadi “clear” sehingga ketika berjalan bersama suspense kita terus
merasa dalam kondisi alert.
Apa yang dialami oleh
Toby dan Tanner sebenarnya sebuah situasi hidup atau mati, mereka berpacu
dengan waktu sehingga terdapat urgensi yang oke. Tapi menariknya meskipun
terasa pumping tapi pendekatan film ini terasa rileks, ia punya bahaya yang
terasa horror tapi terror yang ditampilkan tidak berlebihan. Kualitas unsur
komedi film ini juga jadi salah satu kejutan menarik, karena konflik memiliki
isi seperti salah satunya tentang kemiskinan jadi sempat muncul kesan ‘The Big
Short’ di dalamnya, memiliki materi yang membawa pesan tapi tampil lucu dan di
sini plus dengan suspense dari direct crime. Hal tersebut juga dibantu oleh
departemen teknis yang juga mampu mencuri perhatian. Visualisasi yang David
Mackenzie coba terapkan di sini terasa stylish, cinematography menciptakan
atmosfir bleak yang uniknya terasa cantik, score juga tidak kalah oke karena
mampu membuat cerita jadi terasa haunting, kesan eerie yang ditampilkan terasa
oke. Dan kualitas yang mereka hasilkan tidak sia-sia karena berhasil digunakan
dengan baik oleh cast untuk “bergembira” bersama karakter mereka.
Saya suka empat
karakter utama, mereka berada di dua sisi yang berbeda tapi anehnya saya
rooting dengan apa yang mereka lakukan. Hasilnya memang jadi ping-pong tapi itu
tidak bukan masalah karena sebagai tim mereka berbagi beban ketika menghadirkan
kegelisahan yang oke untuk diikuti. Ben Foster berhasil membuat Tanner jadi
penjahat yang serius tapi lucu, punya trauma serta heart yang oke dan pesona
terbesarnya hadir dari sikap energik yang ia tampilkan. Sementara itu Chris
Pine oke sebagai seorang pria yang berada di bawah tekanan, seorang mastermind
yang kurang percaya diri tapi punya goal yang membuat penonton mendukungnya.
Bintang utamanya adalah Jeff Bridges yang membuat berbagai lapisan milik Hamilton
berpadu dengan baik, punya duka, suka menghina, lucu, menjengkelkan, ia membuat
Hamilton tampak seperti perpaduan antara Sheriff Ed Tom Bell dan Rooster
Cogburn dengan aksi investigasi a ala Sherlock Holmes, dan bersama dengan Gil
Birmingham yang juga tampil baik sebagai Alberto Parker mereka menjadi sebuah
tim yang begitu menyenangkan untuk diikuti.
Dari sebuah aksi
perampokan lalu berubah menjadi studi karakter yang intim namun juga
menghadirkan suspense yang oke bersama dengan berbagai humor yang lucu, ‘Hell
or High Water’ merupakan sebuah heist crime film yang begitu menghibur. Ini
seperti sebuah permen banyak rasa di mana setiap rasa berhasil mencuri atensi
penikmatnya dengan baik, perpaduan heist movie dengan sentuhan road movie yang
terasa tajam tanpa menggunakan gema yang berlebihan, dari neo-noir, western, drama, suspense,
crime, hingga comedy mereka memiliki urgensi yang mumpuni namun tampil rileks
dalam takaran yang pas. Tidak ada hal baru di materi yang mengandung thoughtful
story itu tapi mereka dibentuk dengan baik sejak script, pengarahan, elemen
teknis hingga kinerja akting sehingga terasa segar dan menyenangkan. Just like
Coen brothers movies it’s charming in a unique ways. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment