Satu setengah dekade
yang lalu muncul karakter wanita bernama Bridget
Jones, selalu cemas akan berat badannya dan dianggap sinting hingga vulgar
karena gemar berfantasi tentang boss yang ia kagumi. Kala itu ia menuliskan
keinginannya pada sebuah diary kesayangannya bahwa ia ingin berhenti merokok,
menurunkan berat badan, dan menemukan Mr.
Right. Wanita “sinting” itu ingin merasakan cinta. Berlanjut di tahun 2004
lalu kemudian tertidur selama 12 tahun kemudian, kisah Bridget Jones kembali berlanjut, masih dengan formula, pesona, dan
tentu saja kegilaan yang sama. Bridget is back! Just like its heroine, ‘Bridget
Jones's Baby’ is a crazy but likeable and charming romance comedy.
Bridget
Jones (Renee Zellweger) memutuskan untuk merayakan hari
ulang tahunnya bersama Miranda (Sarah
Solemani), sahabatnya yang juga co-worker, di sebuah festival musik.
Celakanya setelah itu wanita yang sedang mencoba untuk menjadi “a new woman”
itu justru masuk ke dalam sebuah masalah besar: one night stand dengan seorang pria asing bernama Jack Qwant (Patrick Dempsey) dan juga
kembali hooking up with her ex, Mark Darcy (Colin Firth). Seminggu
kemudian Bridget mendapati bahwa ia kini telah hamil dan pertanyaan yang muncul
selanjutnya adalah siapa ayah dari janin yang sedang dikandungnya itu?
Melihat sinopsis di atas tadi mudah untuk
mengatakan bahwa cerita film ini tidak special,
dan itu fakta, sebuah premis yang lagi-lagi bermain dengan kisah love triangle seperti pendahulunya. Tapi
walaupun premisnya standar cerita yang berputar-putar di pertanyaan “who’s the father?” ini justru berhasil
mengobati rindu penonton terhadap Bridget
Jones, membuka kembali nostalgia dari dua film sebelumnya hingga
mengekspansi dunia dari Bridget Jones
dengan cara modern tapi tidak kehilangan kekuatan magic yang dimiliki oleh pesona dari Bridget Jones. Ya, selang
waktu 12 tahun bukan sebuah jarak yang singkat untuk sebuah kelanjutan film series, karakter kini telah satu
dekade lebih tua (meskipun tidak semuanya menjadi lebih dewasa) hingga
perubahan yang terjadi pada dunia di sekeliling mereka. Namun di tangan Sharon Maguire yang kembali setelah
absen di Bridget Jones: The Edge of
Reason cerita dengan premis standar yang ditulis oleh Helen Fielding, Dan Mazer, serta Emma Thompson itu mampu menjauh dari kesan usang, sejak awal hingga
akhir.
Bridget Jones's Diary merupakan sebuah rom-com yang sangat charming,
dan Bridget Jones's Baby berhasil
memanfaatkan kelebihan pendahulunya tersebut (sorry Bridget Jones: The Edge of Reason). Penonton telah merindukan
kembalinya Bridget dan ketika momen di mana lagu "All By Myself" dari Jamie
O’Neal itu berputar film ini telah berhasil membuat penonton bergumam “glad you back again Bridget”. Sharon
Maguire berhasil menampilkan nyawa dari sebuah kisah tentang Bridget Jones di sini, situasi yang sama
bahkan dengan tipe humor yang sama namun rasa fresh dari cerita dengan rasa “absurd”
itu begitu memikat. Ini punya semacam pesona yang membuat berbagai aksi yang
dilakukan oleh Bridget memberikan joy
bagi penontonnya, tidak peduli ia terasa naif dan clumsy apa yang ia lakukan tidak pernah terasa going too far. Itu tidak mudah, karakter middle-age woman seperti ini jika melakukan aksi sinting akan mudah
untuk jatuh menjadi menjengkelkan, tapi di tangan Sharon Maguire yang sukses
membentuk tone witty di cerita
penonton bertemu dengan sebuah petualangan yang terasa cheerful and charming.
Hal tersebut tercapai
juga berkat script yang meskipun terasa
familiar tapi mampu membuat hal-hal penting yang pernah hadir di petualangan Bridget Jones sebelumnya bersinar dengan
baik di sini. Saya suka karakterisasi Bridget
Jones di sini, ia masih minum tapi mencoba untuk berubah dengan mencoba
mengurangi berat badan, ia tidak banyak berubah dari Bridget Jones yang kita
kenal di dua film sebelumnya, dengan personality
yang sama serta dengan diary yang
kini berada di dalam tablet. Hasilnya Bridget
Jones seperti karakter yang terakhir
kali penonton temui hanya seminggu yang lalu, merayakan ulang tahunnya
dengan pikiran negatif bersama sebuah single
cupcake. Masalah Bridget kini adalah love
life yang miliki masih suram, dan itu digambarkan dengan baik oleh script, bermain tarik dan ulur bersama
dua karakter pria dengan tetap setia pada formula klasik yang Bridget Jones miliki meskipun juga
mencoba menghadirkan beberapa kejutan atau twist
yang cukup oke.
Kekurangan dari Bridget Jones’s Baby adalah ini terasa
sedikit terlalu panjang. Script familiar dengan konflik besar yang tidak begitu
banyak, Bridget Jones’s Baby punya durasi
123 menit, a bit overlong. Tetap
terasa engaging tapi di beberapa
bagian cerita terasa stretched dan
komedi yang jenisnya cukup berwarna itu juga kerap terasa cukup forced meskipun masih mampu tampil lucu
dan menghasilkan tawa. Untung saja hal tersebut tidak membuat goofiness yang dijual oleh cerita dan
karakter terasa menjengkelkan terlebih dengan performa akting juga menjaga
karakter untuk tidak terasa annoying. Renee
Zellweger, with botox in her face,
membuat Bridget sangat appealing di
sini, tampak rentan tapi punya pesona unik yang hangat dan relatable. Sementara itu Colin
Firth kembali berhasil menjadi love
interest yang menarik dan persaingan memperebutkan Bridget tetap menarik
karena absennya rival Hugh Grant
berhasil ditutupi dengan baik oleh Patrick
Dempsey. Pemeran pendukung juga berhasil mencuri perhatian, dari Jim Broadbent dan Gemma Jones, Sarah Solemani, hingga Emma Thompson yang tampil sebagai gynecologist.
Tidak mudah untuk
mengulas film ini secara detail karena sejak awal apa yang ingin ia jual lebih
condong pada nostalgia antara
penonton and their lovely heroine. Bridget Jones's Baby merupakan sebuah rom-com standard tapi ia tahu memuaskan
apa yang penonton cari dari petualangan terbaru Bridget Jones, semuanya masih sama termasuk pesona yang mampu
membawa penonton bergembira bersamanya. Script klasik yang berani tampil have
fun, eksekusi sutradara yang menjaga denyut nadi dari konflik standar di dalam
durasi yang gemuk itu, performa akting yang oke, alur cerita dengan tone witty dan vibe yang enak dibantu soundtrack dan musik dengan Ed Sheeran dan Gangnam Style di dalamnya, ini memang klise, cheesy, dan tidak bersinar sama terangnya seperti Bridget Jones's Diary namun tetap
berhasil menjadi sebuah reuni yang menyenangkan di mana penonton bergembira
bersama heroine yang cukup sinting
namun charming itu. Just like Ellie Goulding’s song, I’m still falling for you Bridget!
kyaaak cinemaxx bakal muter ini ga sabar pengen nonton, sayangnya the edge of seventeen ga diputer di indonesia.
ReplyDelete