"Every man got the right to choose where he dies."
Antoine
Fuqua merupakan sutradara yang senang bermain
dengan “kemarahan”, menampilkan cerita dengan rasa slow-burn lalu kemudian
menghajarnya dengan ledakan yang menciptakan kesan brutal, dari Training Day, Shooter, Olympus Has Fallen,
The Equalizer, hingga Southpaw.
Kali ini dia mencoba bermain dengan materi klasik, sebuah remake dari ‘The Magnificent Seven’ rilisan tahun
1960 yang dianggap sebagai salah satu film western terbaik yang pernah dibuat. Started with a bang, 'The Magnificent Seven'
is when cowboy hang out and then playing with a gun while watching a cartoon.
Rose
Creek, 1879, perampok kejam bernama Bartholomew Bogue (Peter Sarsgaard)
mengintimidasi para petani yang dipimpin oleh Matthew Cullen (Matt Bomer) agar menyerahkan tanah mereka
kepadanya. Tapi rencana Bogue itu bertemu hambatan ketika bounty hunter bernama
Sam Chisolm (Denzel Washington) tiba
di Rose Creek. Emma Cullen (Haley
Bennett), istri Matthew, meminta pertolongan Sam Chisolm untuk menghentikan
aksi Bogue tadi. Sam Chisolm kemudian membentuk sebuah tim beranggotakan Josh Farraday (Chris Pratt), Goodnight
Robicheaux (Ethan Hawke), Jack Horne (Vincent D'Onofrio), Billy Rocks (Lee
Byung-hun), Vasquez (Manuel Garcia-Rulfo), dan Red Harvest (Martin Sensmeier).
Kembali bersama Denzel Washington di kursi terdepan sutradara
Antoine Fuqua (Training Day, The
Equalizer) mencoba menghidupkan kembali kisah tentang para cowboy dari film dengan judul yang sama
rilisan tahun 1960 karya John Sturges
yang juga merupakan remake dari Akira
Kurosawa's Seven Samurai. Film ini
tidak mencoba menyimpang terlalu jauh dari formula film dua film klasik tadi
tapi screenwriters Richard Wenk dan Nic Pizzolatto tampaknya mencoba membentuk irama mereka sendiri.
Beberapa memang terasa sedikit too much
tapi di bagian awal semua usaha penyegaran dengan perubahan minor itu tampil
baik, dari sinopsis sederhana yang kemudian dibuka dengan sebuah unsettling moment kualitas ancaman yang
dihasilkan oleh karakter Bogue cukup oke dan membuat daya tarik pada usaha heroism yang akan dilakukan oleh Sam
Chisolm dan timnya serta konsekuensinya menjadi menarik untuk dinantikan.
For me bagian terbaik
dari ‘The Magnificent Seven’ ada di
paruh pertama, eksposisi cerita terasa menarik and shaping tujuh karakter utama. Sayangnya yang hadir setelah itu
adalah a lacking and generic western dish.
Salah satu daya tarik dari ‘Seven
Samurai’ dan the 1960 The Magnificent
Seven adalah memiliki sebuah “pertarungan” di mana tidak hanya tujuh
karakter utama saja yang menarik, bahkan enemy
mereka juga menarik. Di sini Antoine Fuqua
kurang berhasil membuat pesona dari tujuh karakter utama tumbuh semakin
menarik, dan di sisi lainnya kesan berbahaya dari antagonis perlahan meredup.
Karakter terasa underdeveloped dan
yang mereka lakukan adalah menembak dan menciptakan ledakan dengan kohesi
terhadap masalah utama yang kurang kuat. Kita punya tujuh karakter yang punya
basis penuh warna tapi rasa yang mereka tampilkan menariknya sama. Dan yang
lebih gawat adalah meskipun punya misi mengalahkan “evil” di samping melakukan adegan aksi mereka sering berusaha sedikit terlalu keras untuk adu
skill agar dapat tampil paling lucu di antara yang lain.
Hasilnya ini kerap
terasa seperti hang out para cowboy, harus diakui beberapa dari usaha
mereka terasa lucu. Tapi dari situ pula yang membuat kesan magnificent dari ‘The Magnificent Seven’ terasa terus bersembunyi dan membuatnya kesulitan untuk terlihat perkasa, tidak terasa kuat hanya karena sebuah minus simple: tim beranggotakan tujuh pria ini
terasa kurang “kompak” dengan rasa persahabatan yang kurang kokoh. Sebagai
sebuah tim di awal mereka oke tapi semakin jauh durasi berjalan mereka masih
berada di level yang sama seperti di awal tadi. Menariknya Antoine Fuqua dan screenwriters
terasa konsisten pula ketika berurusan dengan konflik di dalam cerita, seperti
misalnya tentang masalah racial yang
di awal mereka lemparkan sebuah prasangka tapi setelah itu tidak coba
dipertajam. Hasilnya sama seperti performa akting dari cast konflik terasa lacking the urgency, mereka menarik tapi
terasa kurang matang atau kurang bumbu untuk membuat rasa menjadi lebih sedap.
‘The
Magnificent Seven’ bukan sebuah remake yang menjengkelkan, ia datang kehadapan penonton dengan
impresi yang cukup oke tapi yang disayangkan setelah itu ia tidak tumbuh
menjadi sebuah sajian yang semakin dan semakin menarik untuk mencapai potensi
besar yang ia punya. Antoine Fuqua
dan screenwriters melakukan pekerjaan
yang baik ketika berusaha membuat arena bermain mereka sendiri dengan rasa yang lebih modern, berusaha
bermain aman menjadi sebuah crowd-pleaser
ketimbang sebuah “puisi” bagi genre
western dengan berbagai berusaha menghadirkan "kejutan" yang memang tidak semuanya berhasil bekerja dengan sangat baik. But well, that’s it, berhasil tampil cukup menarik namun akibatnya ia tidak
pernah terasa dekat untuk mencapai kesan magnificent. Segmented.
0 komentar :
Post a Comment